Seperti banyak sektor teknologi lainnya, stigma dunia blockchain, kripto dan Non-Fungible Token (NFT) secara signifikan masih didominasi oleh laki-laki. Ternyata sudut pandang seperti ini menjadi salah satu penyebab ketimpangan gender di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di Indonesia.
Ironisnya, kripto, blockchain, NFT lahir dan dirancang untuk menciptakan level playing field yang sama atau desentralisasi untuk mengatasi banyak bias yang ditemukan di area konvensional. Namun, perbedaan gender untuk kripto, mirip dengan yang ditemukan di bidang-bidang, seperti keuangan dan teknologi.
Mega Septiandara, seorang pengacara dan konsultan blockchain mengakui untuk masuk ke dunia kripto bagi seorang perempuan itu penuh tantangan. Kripto dan blockchain hingga saat ini masih menjadi dunia yang identik dengan maskulinitas.
Lebih lanjut, Mega bercerita selain dominasi laki-laki, keterbatasan informasi dan pengetahuan menjadi hambatan perempuan untuk mendalami dunia kripto, blockchain dan NFT. Perempuan yang aktif di komunitas Girls in Bali ini punya trik khusus agar, para wanita lain bisa masuk dan menikmati dunia kripto dan ekosistemnya.
Baca juga: Korea Selatan Investasikan Rp 2,6 Triliun Ambisi Jadi Raja Metaverse
“Untuk challenge pribadi menurut aku itu emang industri ini overwhelming banget dan aku berusaha buka internet it’s like jungle, susah banget untuk baca what’s blockchain, itu kaya enggak ada yang bisa jelasin secara simpel. Jadi cara untuk atasinya itu kita harus punya teman atau gabung komunitas yang bisa support kita,” kata Mega dalam IG Live Women in Crypto & NFT bersama Tokocrypto, Selasa (1/3).
Senada dengan Mega, seorang penguasa muda dan blockchain enthusiast, Cath Halim, mengatakan bagi perempuan yang ingin masuk ke ekosistem kripto, seperti NFT harus aktif di komunitas dan menggali pengetahuan yang lebih dalam. Alasannya, sama seperti bidang teknologi lainnya, dalam dunia kripto, blockchain dan NFT banyak istilah-istilah yang tidak mudah dipahami oleh perempuan pada umumnya.
“Dunia blockchain itu emang overwhelming banget, enggak semua orang itu akan langsung paham. Bahasa-bahasa yang digunakan di dunia ini lumayan intense. Tapi, seniman mau berkarya dan belajar tentang NFT, bisa join komunitas. Pasti ada tips yang dibagikan untuk orang yang baru mau berkarya di NFT,” jelas Cath yang diketahui juga konten kreator dan sering membantu project NFT.
Baca juga: Tips Kelola Gaji untuk Investasi Kripto #SiapLebihCuan Bareng Tokocrypto dan GoPay
Keterbatasan Informasi jadi Hambatan Besar
Lebih lanjut, Cath menerangkan dalam dunia teknologi blockchain ini masih banyak pekerjaan dan kesempatan yang bisa dieksplor, khususnya untuk perempuan. “Menurut aku, (perempuan) jangan terlalu takut, satu mungkin ngobrol dulu dengan orang yang paham mengenai dunia blockchain, kripto atau NFT untuk dapat perspektif yang berbeda,” tambahnya.
Di sisi lain, konten kreator NFT, Aprilia muktirina, juga mengakui keberadaan komunitas menjadi jalan yang penting dirinya untuk terjun ke dunia aset digital ini. Aprilia menceritakan sempat kebingungan dalam mendigitalisasikan karyanya ke dalam bentuk NFT hingga untuk mendapatkan profit.
“Aku kan ndeso ya istilahnya, hal-hal kaya gitu (blockchain, kripto dan NFT) itu mumet banget. Untungnya ada komunitas yang bantu. Kalo tidak dibantu, mungkin aku udah banting HP, soalnya ribet. Buat teman-teman yang ingin terjun ke dunia NFT, mending cari mentor atau masuk ke komunitas biar ada yang kasih semangat,” tuturnya Aprilia dengan sedikit canda.
Baca juga: Cermat Pilih Aset Kripto Lokal yang Tepat, Jangan Mudah Ikut Hype
Dunia blockchain sendiri memiliki prospek yang baik ke depannya bagi perempuan. Menurut Mega, industri ini tidak hanya berbicara soal cuan atau keuntungan saja dari investasi aset kripto, melainkan ada potensi yang lebih besar untuk masa depan.
“Blockchain dan Web3 itu potensinya sangat besar untuk 3-5 tahun ke depan, kita bisa lihat, perubahan cultural dan teknologi. Sama seperti kita sebelum kenal media sosial dan awalnya dilihat sebelah mata, dan sekarang semua orang menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam hidup. Hal ini akan terjadi juga pada blockchain dan akan jauh lebih besar,” terang Mega yang juga Founder Your Crypto Babe dan Gamesta Guild.
Perempuan tidak perlu lagi ragu untuk terjun ke dunia blockchain, kripto dan NFT. Ketiga industri tersebut bisa menjadi revolusi yang harus membawa kesetaraan dan inklusivitas serta menormalkan kehadiran perempuan di dalamnya. Kesenjangan gender pun akhirnya bisa mulai menyusut.
Dalam rangka peringatan Hari Perempuan Internasional 2022 yang jatuh pada tanggal 8 Maret nanti, Tokocrypto menggelar berbagai program menarik, mulai dari IG live yang membahas soal pemberdayaan perempuan di dunia blockchain dan ekosistemnya hingga program Bulan Perempuan Cuan yang bertujuan mendorong tingkat partisipasi wanita di investasi kripto.
The post Dunia Blockchain, Kripto dan NFT Bisa Jadi Tempat Ramah Perempuan appeared first on Tokocrypto News.