Teknologi.id - Kelompok KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang diketuai oleh Muhammad Hafiizh Imaaduddiin asal Institut Sepuluh Nopember (ITS) ini berhasil ciptakan alat penakar hujan otomatis guna memitigasi banjir.
Awal mula munculnya ide pembuatan alat mitigasi banjir ini bermula ketika tim KKN asal ITS melihat rendahnya elevasi--sebutan untuk ketinggian suatu tempat terhadap daerah sekitarnya di atas permukaan laut--rumah warga di desa tempat KKN mereka, yaitu Desa Tambaksumur, Kabupaten Sidoarjo.
Selain rendahnya elevasi rumah warga desa, faktor lain ide pembuatan alat mitigasi banjir ini ialah karena bertumpuknya limbah cair dari pertumbuhan perumahan di sekitar. Pertumbuhan tersebut mengakibatkan terjadinya fenomena sedimentasi dan kenaikan muka air pada saluran.
"Dengan permasalahan tersebut perlu adanya pembersihan dan pemantauan rutin saluran drainase warga," ujar Ketua Pelaksana KKN seperti yang dikutip dari Sindonews (10/11).
Ciptakan Alat Agar Warga Sigap Melawan Banjir
Tim KKN ini menciptakan ARR atau Automatic Rainfall Recorder dan AWLR atau Automatic Water lever Recording yang berfungsi untuk memantau keadaan saat hujan.
Sebanyak 10 dosen dan 32 mahasiswa yang terdiri dari berbagai fakultas yaitu Fakultas Vokasi, Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan, dan Kebumian (FTSPK), dan Fakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) tergabung dalam kelompok KKN asal ITS ini.
Dosen asal Departemen Teknik Infrastruktur Sipil (DTIS) ini juga mengungkapkan bahwa penempatan alat ARR dan AWLR tersebut sudah diperhitungkan. Mahasiswa KKN telah melakukan pemetaan untuk melakukan survei dan juga pengukuran topografi agar menentukan titik efektif dalam menempatkan kedua alat tersebut.
ARR sendiri ditempatkan di atas salah satu atap rumah warga, sedangkan AWLR ditempatkan di salah satu saluran drainase milik perumahan warga.
Baca juga: Asal-Usul Kamera Pertama Kali Ditemukan oleh Seorang Muslim, Siapa Dia?
Alasan penempatan ARR di atas atap rumah ialah untuk menampung air dan menghimpun berbagai macam data ketika hujan turun yang nantinya dilaporkan melalui aplikasi yang telah ter-install di ponsel pintar warga setempat.
Ketika air penampungan ARR penuh, maka alat tersebut akan mengirimkan data tinggi dan durasi hujan serta ketinggian genangan air.
Kemudian menyoal AWLR berfungsi sebagai pemantau muka air saluran warga dengan sistem Internet of Things atau IoT. Sama seperti ARR, terdapat aplikasi untuk AWLR yang akan mengirimkan data secara realtime keadaan saluran drainase saat hujan ke ponsel pintar para warga.
"Sehingga dengan adanya aplikasi internet, para warga tidak perlu datang ke lokasi untuk melihat kedaan saluran saat hujan," tutur Hafiizh.
Kolaborasi Lintas Bidang Ilmu
Ketua Pelaksana KKN Hafiizh juga mengungkapkan bahwa kelompok KKN ini merupakan kegiatan kolaborasi lintas bidang keilmuan.
Hafiizh sendiri sebagai mahasiswa DTIS memiliki pemahaman mengenai curah hujan dan topografi dalam lingkup Teknik Sipil. Lalu terdapat mahasiswa dari Teknik Elektro Otomasi dan Teknik Instrumentasi ITS yang membantu Hafiizh dalam merancang ARR dan AWLR.
Kolaborasi ini diharapkan dapat membantu warga Desa Tambaksumur dalam melakukan mitigasi banjir.
(ai)