Sagara Technology - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai uang kripto (cryptocurrency) masih memiliki potensi pengembangan ke depan. Pasalnya, berdasarkan data dari Fintech News Singapore, pada 2020 lalu pangsa pasar uang kripto dalam financial technology (fintech) masih sebesar 8 persen.
"Peluang menjadi alternatif investasi potensial karena sejauh ini baru 8 persen pangsa pasar. Dengan maraknya penggunaan uang kripto, maka supply demand diharapkan meningkat sehingga harganya makin naik," kata Peneliti Center of Innovation and Digital Economy Indef Nur Komaria, dalam diskusi online Indef Plus-Minus Investasi Aset Kripto pada Kamis, 24 Juni 2021.
Sementara lanjut nur, mayoritas pasar fintech dikuasai oleh fintech peminjaman sebesar 50 persen, diikuti oleh fintech pembayaran sebesar 23 persen.
"Dengan diversifikasi produk investasi, aset kripto mampu menjadi alternatif investasi yang potensial," imbuhnya.
Kendati demikian, di tengah sejumlah peluang tersebut, Nur mengungkapkan masih ada sejumlah ancaman dalam pengembangan uang kripto. Ia menuturkan regulasi keamanan data dalam perdagangan uang kripto masih belum komprehensif.
“Ancamannya sendiri karena borderless keuntungannya cepat, tapi negatifnya masih belum ada pengawasan yang cepat dan regulasi keamanan ini masih belum komprehensif,” ucap Nur.
Selain itu, lanjut Nur, masih banyak potensi tindakan scamming dan phising atau metode penipuan melalui email atau pesan teks. Modusnya, penipu menyamar sebagai lembaga yang sah agar targetnya memberikan data sensitif. Selain itu, perdagangan uang kripto masih dibayangi fluktuasi harga.
“Fluktuasi harga yang sangat volatil jadi sangat bergantung pada supply dan demand. Jadi, risiko dari harga kripto sendiri bisa tinggi sekali harganya dan bisa rendah sekali,” pungkas Nur.