Otomatisasi AI Ancam 50% Pekerjaan Manusia di Tahun 2030 Mendatang

Ardi Aryaguna . August 25, 2023

Sumber: The Ethicalist

Teknologi.id - Teknologi terus maju dengan cepat, banyak ahli yang meramalkan bahwa otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) akan mulai menggantikan pekerja manusia dalam jumlah yang cukup besar.

Terdapat laporan dari McKinsey Global Institute tahun 2017 yang berjudul "Jobs Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions in a Time of Automation" (PDF - 5MB) yang mengonfirmasi kekhawatiran ini. Mereka menemukan sekitar setengah dari semua aktivitas kerja manusia yang sekarang dibayar bisa jadi terotomatisasi pada tahun 2030.

Meskipun masih banyak lapangan kerja yang bisa dipertahankan di sebagian besar skenario, proses peralihan ini mungkin akan menantang untuk kebanyakan orang.

Sumber: Robotics Business Review

Salah satu bidang yang paling terancam adalah peran-peran level bawah seperti data entry, pencatatan buku, ritel/gudang, dan customer service.

Para profesional harus punya strategi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan ini, termasuk perubahan dalam skill tenaga kerja dan gaji.

Masa depan pasar kerja memang belum pasti, tapi dengan bersiap dari sekarang, kita semua bisa memposisikan diri menuju tahun-tahun mendatang.

Pahami Dulu Resiko Otomatisasi AI

Tren terkini dalam otomatisasi AI menunjukkan bahwa banyak bisnis yang kini menggunakan AI untuk mengurangi biaya operasional, meningkatkan efisiensi, dan meningkatkan customer experience pelanggan. Mulai dari chatbot yang memberikan customer service instan hingga marketing campaign otomatis, AI sedang mengubah cara operasional bisnis.

Di masa depan, pertumbuhan otomatisasi AI akan terus berlanjut dengan cepat, dan banyak pakar industri memprediksi bahwa banyak pekerjaan yang akan diotomatisasi.

Baca Juga: Cara Menghasilkan Uang Pakai ChatGPT, Dijamin Mudah!

Otomatisasi sudah meningkat dalam waktu yang cukup lama sekarang, dengan teknologi saat ini,  ada kemungkinan hampir 50% dari semua aktivitas yang dibayar di seluruh dunia bisa diotomatisasi.

Meskipun ini mungkin terdengar seperti angka yang besar, penting untuk dicatat bahwa hanya sekitar 5% dari semua jenis pekerjaan yang bisa sepenuhnya diotomatisasi. 

Sumber: Jobs Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions in a Time of Automation

Pada tahun 2030, perkiraan otomatisasi global akan mencapai angka sekitar 15%, tergantung pada tingkat adopsinya. Faktor negara, aktivitas, dan gaji akan berbeda-beda tergantung faktor.

Selain itu, tidak semua pekerjaan memiliki risiko yang sama digantikan oleh otomatisasi. Tugas-tugas fisik di lingkungan yang bisa diprediksi dan pengumpulan/pengolahan data adalah menjadi pekerjaan yang paling rentan.

Namun, bukan berarti pekerjaan di bidang ini hilang, karena tugas-tugas  yang baru juga akan muncul sebagai respons terhadap kemajuan teknologi baru. 

Selain itu, ada beberapa pekerjaan yang sangat bergantung pada manajemen manusia, spesialisasi, dan interaksi sosial, yang jauh lebih tidak mungkin diotomatisasi. Di industri-industri ini, tingkat kinerja manusia sulit untuk disaingi oleh AI, dan upah minumum yang rendah membuat otomatisasi dianggap kurang menarik. 

Dampak Otomatisasi AI

Otomatisasi AI merevolusi banyak industri dan menciptakan peluang kerja baru, namun juga mengancam eksistensi beberapa sektor pekerjaan. Industri-industri seperti kesehatan, manufaktur, transportasi, dan customer service adalah bidang yang paling terdampak oleh otomatisasi kecerdasan buatan. 

Tenaga kerja pabrik juga sangat terpengaruh. Meskipun penggunaan robot dan software AI di bidang manufaktur meningkatkan efisiensi dan produktivitas, hal ini juga mengurangi kebutuhan akan manusia di jalur perakitan. Begitu juga dengan chatbot AI yang sudah mengambil alih pekerjaan customer service

Sumber: Jobs Lost, Jobs Gained: Workforce Transitions in a Time of Automation

Upah minimum suatu daerah yang tinggi juga menjadi alasan banyak bisnis untuk mengadopsi otomatisasi. Hal ini tentu saja otomatisasi jauh lebih efisien dan murah dibandingkan menyewa manusia. Namun, sebaiknya kita juga pelu mempertimbangkan negara-negara dengan upah minimum rendah juga mungkin terpengaruh. Banyak perusahaan mengadopsi otomatisasi bukan hanya untuk memangkas biaya tenaga kerja, tetapi juga untuk meningkatkan kualitas dan memiliki kendali produksi yang lebih baik.

Baca Juga: Lindungi Seniman dan Perusahaan Rekaman, Ini Strategi YouTube untuk Musik Bikinan AI

Potensi otomatisasi bagi suatu negara tergantung pada kombinasi sektor ekonomi dan jenis pekerjaan di setiap sektor. Misalnya, Jepang memiliki potensi otomatisasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Amerika Serikat karena lebih menekankan sektor-sektor seperti manufaktur yang dapat diotomatisasi dengan baik.

Jenis Pekerjaan Apa yang Akan Hilang?

Diperkirakan pekerjaan yang hanya membutuhkan jenjang pendidikan menengah (SMP dan SMA) atau kurang akan mengalami penurunan drastis, sementara pekerjaan yang memerlukan tingkat pendidikan lebih tinggi akan tumbuh. Ini berarti para pekerja di masa depan harus memiliki lebih dari sekadar pengetahuan akademis dasar - keterampilan sosial dan emosional menjadi semakin penting, serta kemampuan kognitif tingkat lanjut seperti berpikir kritis dan kreativitas.

Strategi Mempersiapkan Masa Depan

Di pasar kerja yang terus berubah oleh AI, berikut adalah cara menjadi profesional berlevel tinggi memerlukan pendekatan yang proaktif:

1. Kenali Sektor Yang Bertumbuh: Saat mempertimbangkan karier, kamu harus fokus mencari peran level tinggi di sektor-sektor yang lebih sedikit rentan pada otomatisasi. 

  • Kreativitas jadi bidang yang membuatmu bisa berkembang, seperti di desain dan hiburan. 

  • Posisi kepemimpinan juga sangat dibutuhkan, orang yang bisa membimbing dan menginspirasi tim menuju kesuksesan. 

  • Konseling juga menyediakan layanan dukungan dan panduan dalam berbagai aspek kehidupan untuk manusia. 

  • Akhirnya, posisi teknologi khusus, seperti data analyst atau cybersecurity

2. Kembangkan Skill yang Relevan: Kamu bisa memulai berlatih skill IT tingkat lanjut untuk tetap bertahan perkembangan teknologi. Kembangkan skill kewirausahaan dan mengambil peluang. Asah keterampilan komunikasi dan negosiasi agar kamu bisa berkolaborasi secara efektif. 

3. Pahami Perubahan Dalam Organisasi: Setiap organisasi, baik perusahaan maupun lainnya, sedang mengalami perubahan transformasional dalam struktur, alokasi kerja, komposisi tenaga kerja, dan strategi manajemen talent mereka. Para profesional yang berpikiran maju perlu aktif bersiap dengan peralihan menuju tim cross-functional dan kehadiran freelancer yang semakin besar.

4. Buat Rencana untuk Tenaga Kerja Masa Depan: Untuk memposisikan dirimu secara efektif, kamu perlu memahami strategi-strategi para perusahaan. Strategi-strategi ini mungkin seperti pelatihan ulang, penempatan ulang, perekrutan, mencari kontraktor, atau bahkan pemutusan hubungan kerja dengan karyawan. Saat ini, perusahaan-perusahaan sangat menekankan pada skill yang punya nilai strategis, seperti IT tingkat lanjut dan berpikir kritis. Sebagai para profesional berlevel tinggi, kita wajib menyelaraskan diri agar tetap kompetitif di pasar kerja.

Di pasar kerja yang cepat berubah ini, para profesional wajib mengikuti tren dan teknologi otomatisasi terbaru. Menolak hal ini hanya akan menghambat pertumbuhan karier dan membatasi peluangmu. 

Satu-satunya solusi adalah peningkatan skill,  yang menjadi strategi efektif untuk tetap berada di atas ancaman otomatisasi dan membedakan diri dari mesin. Selain itu, meningkatkan softskill seperti berpikir kritis, kecerdasan emosional, dan adaptabilitasmu sangat penting untuk tetap kompetitif. Di masa depan yang diotomatisasi, skill-skill ini akan menjadi kunci untuk mengamankan pekerjaan gaji tinggi dan memajukan kariermu. 

Cek juga berita dan artikel lainnya di Google News!

(AA)

Share :