Kemenkes Lakukan Uji Pemodelan AI untuk Diagnosis Penyakit

Afanin Hazimah . October 03, 2024

Kemenkes

Foto: Awall.id

Teknologi.id - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Indonesia manfaatkan teknologi AI untuk kemajuan di bidang kesehatan. Melalui uji pemodelan artificial intelligence, Kemenkes diagnosis penyakit menggunakan AI untuk mencapai hasil yang lebih tepat dengan pengobatan presisi. 

Chief of Digital Transformation Office (DTO) Kemenkes, Setiaji pada Selasa (1/10/2024), menjelaskan bahwa kemajuan AI saat ini telah dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Uji pemodelan AI telah dilakukan di beberapa rumah sakit, untuk melihat apakah sudah tepat atau belum, serta memastikan kualitas yang dihasilkan tidak hanya bagus di luar saja. Tes pemodelan ini juga untuk memastikan lebih tepat digunakan untuk mendiagnosis penyakit seperti kanker paru-paru atau penyakit yang ada di otak. 

Lebih lanjut lagi, Setiaji menegaskan bahwa akan dilakukan optimalisasi pemanfaatan AI dalam bidang kesehatan untuk layanan kesehatan non-klinis terlebih dahulu. Hal ini dilakukan agar dampak yang dihasilkan dapat dirasakan oleh masyarakat dalam jangkauan yang lebih luas. 

"Oleh karena itu, saya memandang baik sekali hasil survei Future Health Index ini untuk bisa meningkatkan dan masuk ke cetak biru kepemimpinan berikutnya, bagaimana kita fokus meningkatkan cara untuk mendiagnosis, menangani penyakit, dan lain sebagainya, karena AI itu sudah ada untuk yang non-klinis, misalnya hipertensi. Nanti sebentar lagi juga akan masuk dalam Satu Sehat. Jadi, kita bisa lihat, 'Oh saya punya prediksi bakal kena hipertensi lho', begitu," ujar Chief DTO Kemenkes lebih lanjut. 

Ia juga menyampaikan bahwa saat ini juga sedang dilakukan uji model AI bisa mengenal data dari foto ronsen, foto otak. Sejauh ini, AI sudah bisa mengenal kurang lebih sebanyak 30 peyakit. 

Berdasarkan hal tersebut, disampaikan bahwa pemanfaatan teknologi AI juga diproyeksikan mampu mendeteksi penyakit-penyakit lainnya, seperti diabetes, bahkan mampu memberikan deskripsi hasil dari timbangan anak di layanan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). 

"Begitu Ibu kita timbang di posyandu, kemudian nanti akan muncul video yang mendeskripsikan hasil timbangan dan sebagainya. Sekarang kita juga lagi tes untuk misalnya data foto rontgen, foto otak itu bagaimana AI bisa mengenal," terang Setiaji, Chief DTO Kemenkes. 

Baca juga Gandeng Starlink, Kemenkes Siap Fasilitasi Akses Internet Ke Puskesmas Terpencil

Saat ini, Kemenkes juga sedang melakukan pengoptimalan AI dalam meningkatkan kepuasan pelanggan untuk layanan antrean di beberapa rumah sakit. 

"Di sisi lain adalah bagaimana kita meningkatkan layanan, artinya antrean. Mungkin kita antre sekarang sudah bisa daring atau online, tetapi pada saat datang tetap harus antre, dan sebagainya. Itu jadi tantangan kita yang perlu kita antisipasi, termasuk saat ini kan juga ada banyak fasilitas kesehatan yang masih belum ada akses internet, sehingga saat ini kita sedang menggunakan salah satu teknologi satelit untuk daerah-daerah yang terpencil," ujar Chief DTO Kemenkes.

Harapannya, pemanfaatan AI ini bisa berdampak positif dalam mendorong peningkatan infrastruktur dan kapabilitas tenaga kesehatan di Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari kondisi Indonesia yang masih sangat terbatas untuk aspek infrastruktur dan kapabilitas di bidang kesehatan. Oleh karena itu, peningkatan layanan secara jaringan memang dalam proses peningkatan saat ini.

Dalam keterangannya juga disampaikan bahwa 60% fasilitas kesehatan di Indonesia yang telah diintegrasikan dengan sistem Satu Sehat.  Chief DTO Kemenkes menyampaikan "Mulai dari rumah sakit, laboratorium, hingga layanan primer sudah diintegrasikan dengans sistem Satu Sehat. Dengan begitu, masyarakat bisa mengakses rekam medisnya melalui aplikasi Satu Sehat. Saat ini, aplikasi Satu Sehat bisa diakses cukup dengan login (masuk) sendiri dengan IKD atau Identitas Kependudukan Digital. Kita juga sudah bekerja sama dengan Dukcapil atau Kependudukan dan Pencatatan Sipil pada Kementerian Dalam Negeri. Sebentar lagi, nanti juga bisa diakses menggunakan ID," akhir penjelasan dari Chief DTO Kemenkes. 

Tidak hanya dari segi fasilitas, tetapi juga kualitassumber daya manusia (SDM), juga disiapkan untuk mampu berjalan beriringan dengan kemajuan teknologi AI yang digunakan. Pihak Kemenkes, Chief DTO Setiaji meminta pihak kampus untuk membekali calon dokter dengan pemahaman dan kemampuan menggunakan AI. 

Dengan demikian, adanya uji tes pemodelan AI untuk mendiagnosis penyakit yang mampu pendeteksian penyakit secara lebih akurat, fasilitas kesehatan yang mampu diakses dalam jaringan secara lebih luas, dan kemampuan penggunaan AI yang dibekali kepada para dokter dan para calon dokter, menjadi wujud pemanfaatan AI untuk kemajuan di bidang kesehatan. 

Baca juga artikel lainnya di Google News.

(ah)

Share :