Sumber : X
Teknologi.id - Aplikasi Telegram adalah salah satu aplikasi untuk berkomunikasi sama seperti yang lainnya. Namun, berita mengenai CEO Telegram akhir akhir ini merupakan sebuah kabar yang mencengangkan. Pavel Durov, pendiri Telegram ditangkap di Paris, Prancis seusai turun dari pesawat pribadinya.
Aplikasi pesan itu dikenal karena fitur enkripsi dan keamanan tinggi, namun telah menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir karena kabar penggunaannya oleh kelompok yang lebih kontroversial.
Berdasarkan media asal Prancis, Le Monde, Durov ditangkap untuk penyelidikan awal polisi Prancis dengan dugaan kurangnya moderasi konten di Telegram.
Baca juga: Dukung Konten Kreator, Telegram Buat Fitur Tambahan Penghasil Uang
Penyelidikan tersebut menuduh bahwa aplikasi dengan pengguna sebanyak 900 juta itu mendorong aktivitas kriminal, seperti perdagangan narkoba, penipuan pencucian uang, pornografi anak, dan terorisme.
Polisi pun menjatuhkan tuduhan bahwa pihak Telegram tidak mengatasi aktivitas kriminal tersebut dan gagal bekerja sama dengan penegak hukum.
Kontroversi lainnya terkait penangkapan tersebut bahwa penangkapan Durov ada sangkut pautnya dengan pemerintah Rusia, mengingat sejarahnya dengan negara asalnya sendiri.
Pada tahun 2014 lalu, Durov menolak untuk menyerahkan data pengguna dari jejaring sosial yang ia dirikan sebelum Telegram, VKontakte, kepada pemerintah Rusia.
Ia melarikan diri dari Rusia dan meninggalkan tanda tanya bagi publik, mengenai kejelasan kewarganegaraannya terhadap negara tersebut.
Mendengar berita penangkapan tersebut, sebagian besar orang penting menyerukan tanggapan mereka bahwa penangkapan tersebut melanggar HAM. Mulai dari Elon Musk hingga Robert F. Kennedy Jr., mengkritik tindakan tersebut melalui kanal mereka.
Snowden juga angkat bicara dan mengatakan pengakapan itu sebagai serangan terhadap hak asasi manusia untuk berbicara dan berasosiasi.
Baca juga: CEO Telegram Pavel Durov Ditangkap di Prancis, Ini Kasus yang Menjeratnya
Pihak Telegram sendiri pun mengirimkan pembelaan mereka di saluran pada aplikasi, di Hari Senin (26/08/2024). Telegram mengatakan bahwa pihaknya “mematuhi hukum Uni Eropa, termasuk Undang-Undang Layanan Digital” dan bahwa “moderasinya berada dalam standar industri dan terus ditingkatkan.''
“CEO Telegram Pavel Durov tidak menyembunyikan apa pun dan sering bepergian ke Eropa,” kata pernyataan itu. “Tidak masuk akal untuk mengklaim bahwa suatu platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform tersebut.
”Sementara itu, sebagian lain pun memberikan pendapat yang berbeda. Brian Fishman, mantan manajer kebijakan kontraterorisme di Meta, berpendapat, pihak yang membela tidak boleh meremehkan isu platform tersebut sebagai masalah moderasi konten yang tidak memadai atau “ringan”.
Presiden Prancis juga menyuarakan pikirannya terkait penangkapan Durov melalui X pada hari Senin. "Prancis sangat berkomitmen pada kebebasan berekspresi dan berkomunikasi," ungkapnya.
"Kebebasan ditegakkan dalam kerangka hukum, baik di media sosial maupun dalam kehidupan nyata, untuk melindungi warga negara dan menghormati hak-hak dasar mereka."
Baca juga: Bos Telegram Ditahan, Elon Musk Ikut Serukan #FreePavel
Elon Musk pun memberikan balasannya di komentar postingan tersebut, “Akan sangat membantu bagi masyarakat global untuk memahami lebih banyak rincian tentang mengapa dia ditangkap”.
Masa depan Telegram mungkin bergantung pada putusan yang akan dihadapi Pavel Durov. Akan tetapi, masyarakat luas juga butuh penjelasan mengenai privasi hingga keamanan platform.
Penangkapan Pavel Durov adalah pengingat kuat akan kompleksitas dunia digital saat ini, di mana teknologi, privasi, dan keamanan nasional sering kali bertabrakan. Bagaimana Telegram dan Durov akan menavigasi tantangan ini akan menjadi momen penting bagi aplikasi tersebut.
Baca berita dan artikel lainnya di : Google News.
Tinggalkan Komentar