Pembelajaran Offline Sudah Kuno! Saatnya Beralih ke Tren Teknologi Edukasi

Naufal Fadillah Ramadhan . August 17, 2022

Sumber: Freepik

Teknologi.id - E-commerce dan fintech menjadi salah satu sektor yang cukup pesat perkembangannya. Terlebih lagi, kebiasaan masyarakat mulai berubah sejak pandemi melanda yang pada akhirnya mereka mulai mengurangi kontak face-to-face dengan orang lain. Tidak hanya itu, edukasi pun saat ini mulai beralih ke dunia teknologi, sebutannya education technology (edtech). 

Pada dasarnya, para startup di bidang tersebut mencoba menghadirkan demokratisasi teknologi di dunia pendidikan. Edtech sudah masuk ke indonesia dan menjadi tren ketika tahun 2015-an silam. Kendati demikan, banyak pengusung platform teknologi edukasi lahir jauh dari tahun tersebut. Sebut saja Zenius yang sudah ada sejak tahun 2004. Di sisi lain, saingan besar mereka, seperti Ruangguru dan HarukaEdu melakukan debutnya pada tahun 2013. Popularitas mereka juga mengikuti tren digital yang berkembang di masyarakat, misalnya pemasaran broadband yang meluas, makin akrabnya dengan pengguna dengan layanan berbasis teknologi, dan kemudahan dalam metode pembayaran yang semakin bervariatif.

Model Bisnis Teknologi Edukasi


Sumber: Freepik

Tren teknologi di Indonesia bukan hanya sekadar pembelajaran online berbasis teknologi semata, walaupun beberapa tampak demikian. Jenis layanan yang ditawarkan oleh edtech di Indonesia antara lain sebagai berikut:

Pembelajaran Online

Layanan ini menyediakan materi pembelajaran secara online. Kamu dapat mengakses materi tersebut dalam bentuk video maupun tulisan. Ada juga sesi latihan soal online untuk menguji seberapa jauh kamu dapat memahami materi yang kamu pelajari. Cara penyampaian pun bermacam-macam. Ada yang disajikan dalam video pembelajaran interaktif dengan animasi yang menggambarkan setiap detail materi, seperti Ruang Guru dan Pahamify. Ada pula yang hanya berupa tulisan layaknya gurumu menjelaskan di kelas, tetapi ini berbasis digital, seperti Zenius. Selain itu, kamu juga bisa melihatnya secara on-demand agar kamu bisa menikmatinya di lain waktu. Dari sudut pandang materi yang ditekuni, masing-masing dari platform ini juga beragam, mulai dari murid sekolah, konten belajar bahasa asing, hingga penguatan kemampuan dasar dan personal, seperti pemrograman dan akuntasi. Ada pula kelas keahlian yang dapat kamu pelajari, seperti yang dijelaskan dalam aplikasi Pahamify. Startup yang bergerak ini cukup beragam, meliputi Arkademi, Bahaso, Kode.id, Ruangguru, Zenius, Kelas Pintar, Pahamify, dan lainnya.

Baca Juga: 5 Perusahaan EdTech Terbaik di Dunia!

Layanan pembelajaran online yang ada di Indonesia paling banyak menyasar kalangan pengguna umum, dilanjutkan K-12 (jenjang SD hingga SMA). Ada pula yang menghadirkan pembelajaran secara spesifik untuk anak pra-sekolah, seperti Playable, Titik Pintar. Ada pula yang menghadirkan untuk target pasar mahasiswa, seperti DQLab.

Learning Management System

Model bisnis lain dari teknologi edukasi adalah Learning Management System (LMS). Berbeda dengan e-learning, LMS lebih menekankan untuk membantu merencanakan kegiatan pembelajaran. Sebelumnya, banyak digunakan di tingkat institusi. Namun, perkembangan zaman mendorong platform juga menyasar untuk kalangan personal. Beberapa platform LMS hanya menyediakan sistem manajemen administrasi kegiatan belajar mengajar, lainnya turut menyajikan marketplace materi pembelajaran.

LMS dikembangkan untuk mengakomodasi beberapa pangsa pasar. Hal ini untuk menjangkau target audiens yang tepat sasaran dari masing-masing sektor tersebut, misalnya sektor bisnis (Codemi, RuangKerja), jenjang K-12 (Kelase, Mejakita), universitas (Ngampooz), dan umum (ZumiApp). 

Software as a Services (SaaS)

Software as a Services (SaaS) sebagai aplikasi on-demand  membantu banyak institusi pendidikan melakukan transformasi dengan mendigitalkan proses bisnis. Hal yang dikelola, antara lain administrasi, tata kelola perusahaan, dan presensi kegiatan. Sejauh ini, SaaS mengkreasikan kegiatan mereka dengan menyasar jenjang K-12. Alasan di balik pemilihan target market ini pun terbilang masuk akal. Sektor bisnis dan universitas pada umumnya telah memiliki tim solid yang mengelola manajemen di dalamnya. Hal ini berbanding terbalik jika kita berkaca pada sekolah dasar dan setingkatnya yang kurang memadai untuk mengelola hal tersebut. Contoh layanan yang bekerja untuk model bisnis seperti ini adalah AIMSIS, Gredu, Infradigital, SekolahPintar, dll.

Baca Juga: Bagaimana Cara Memeriksa Kualitas VPN?

Direktori

Model ini menampung berbagai informasi digital seputar kebutuhan pendidikan, misalnya daftar rekomendasi universitas atau lainnya. Dari rekomendasi tersebut, lulusan SMA tidak menjadi bingung dalam memilih jurusan yang mereka inginkan.

Financial Technology

Pada sektor ini, para investor menginjeksikan dananya untuk membantu pergerakan roda bisnis mereka agar tetap bertahan. Beberapa dari mereka juga melakukan kolaborasi guna tujuan untuk menyasar target market yang lebih besar.

E-Library

Ditengah gempuran digitalisasi yang semakin masif, banyak beberapa toko buku beralih ke dalam buku digital. Walaupun di sisi lain, beberapa dari mereka tetap lebih menyukai peminjaman dan pembacaan buku secara langsung (fisik bukunya terlihat). Fitur ini sangat membantu sekali bagi banyak orang untuk menambah referensi bacaan mereka dengan praktis karena mereka tidak perlu membawa berlembar-lembar buku untuk membacanya di sebuah tempat.

Baca Juga: Xiaomi dan Samsung Bersaing Ketat Menjadi Handphone Sejuta Umat, Iphone Ke Mana?

Pasar Teknologi Edukasi di Masa Depan

Sumber: Freepik

Ruangguru menjadi salah satu startup edtech lokal dengan pertumbuhan paling signifikan. Layanan utama mereka, video on-demand dan online class dan tutoring. Kelas ini difokuskan untuk pelajar setingkat SD sampai SMA. Dewasa ini, mereka juga merilis Skill Academy untuk merangkul pangsa pasar di luar itu.

Untuk jumlah pelajar di Indonesia sendiri berdasarkan data Kemendikbud per tahun ajaran 2019/2020 ada di sekitar 50,6 juta siswa/i/ Sebanyak 57,9 persen merupakan tingkat dasar, 19,9 persen tingkat menengah, 9,9 persen tingkat atas, dan 12,1 persen tingkat kejuruan.

Konsep online tutoring sebenarnya juga coba mendisrupsi model bisnis yang sudah tervalidasi baik sebelumnya. Dalam pendekatan tradisional, adanya lembaga pendidikan non-formal menyajikan kursus atau bimbingan belajar membantu banyak para siswa/i di sekolah dalam memahami pembalajaran di sekolah. Ini yang meningkatkan peminat dari pelajar dan orang tuanya dalam persiapan mereka untuk ujian akhir.

Jadi, apakah bisnis teknologi edukasi menjadikan sektor yang menjanjikan?

(nfr)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar