Teknologi.id - Baru-baru ini, publik dikejutkan dengan terungkapnya keterlibatan Kepala Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, Andi Ibrahim, dalam sindikat pembuatan uang palsu yang beroperasi di kampus.
Meski ada klaim bahwa teknologi canggih dapat digunakan untuk memproduksi uang palsu, para ahli mengatakan bahwa selalu ada tanda atau celah yang membedakan uang asli dari yang palsu.
Alfons Tanujaya, seorang pengamat keamanan siber dari Vaksincom, menjelaskan bahwa meskipun teknologi pembuat uang palsu semakin canggih, masih sulit untuk menciptakan uang palsu yang benar-benar sempurna.
Baca juga: Aplikasi Pencuri Uang Meningkat di iPhone, Pakar Ungkap Faktanya
Elemen pembeda
Menurutnya, ada beberapa elemen yang membedakan uang asli dan palsu, seperti bahan kertas khusus, tinta khusus, dan benang pengaman, yang tidak dapat ditemukan dengan mudah di pasaran dan sangat sulit untuk ditiru.
"Kalau kedua uang kertas yang asli dan palsu dibandingkan langsung, apalagi menggunakan kaca pembesar atau orang yang ahli dan terbiasa memegang uang seperti teller bank," ujar Alfons seperti dikutip dari DetikInet, Selasa (24/12/2024).
Dia juga menambahkan bahwa meskipun ada mesin cetak yang canggih yang digunakan oleh pembuat uang palsu, uang palsu tetap akan memiliki kelemahan yang bisa dideteksi. Bahkan, penggunaan teknologi canggih untuk mencetak uang palsu pun tetap tidak dapat meniru bahan dasar pembuatan uang asli, yang secara ketat tidak dijual bebas.
Alfons melanjutkan, bahwa para pembuat uang palsu juga terbagi dalam berbagai "kelas" berdasarkan teknologi yang digunakan. Beberapa hanya menggunakan peralatan sederhana seperti scanner dan printer biasa, sementara yang lain menggunakan mesin pencetak uang yang lebih canggih, yang seringkali diimpor dari negara seperti China.
Baca juga: Kementerian Keuangan Buka Suara Soal Isu PPN 12 Persen untuk QRIS
Sementara itu, kasus pembuatan uang palsu yang melibatkan Andi Ibrahim bermula pada Oktober 2022. Saat itu, sindikat ini mulai beroperasi di Makassar dan semakin berkembang pada tahun 2024.
Dalam perkembangan terbaru, para tersangka mulai memesan mesin cetak uang palsu berharga Rp 600 juta untuk meningkatkan produksi. Mesin tersebut akhirnya dibawa ke dalam kampus UIN Alauddin Makassar, dengan keterlibatan Andi Ibrahim, yang diduga membeli alat tersebut.
Awalnya, pembuatan uang palsu dilakukan oleh seorang tersangka yang berinisial AS di Makassar, menggunakan mesin cetak kecil. Namun, karena kebutuhan untuk mencetak uang palsu dalam jumlah yang lebih besar, mereka memesan mesin baru yang lebih besar. Mesin ini dibeli di Surabaya dan dipasok dari China.
Kapolres Gowa, AKBP Rheonald T. Simanjuntak, mengungkapkan bahwa mesin cetak tersebut diangkut ke kampus UIN Alauddin Makassar pada September 2024. Hal ini semakin menguatkan dugaan keterlibatan Kepala Perpustakaan, Andi Ibrahim, dalam sindikat pembuat uang palsu.
(dwk)
Tinggalkan Komentar