Teknologi.id - Setelah beberapa waktu lalu mengalami masalah dengan blue screen, Microsoft kembali menghadapi gangguan. Kali ini, masalah tersebut disebabkan oleh serangan DDoS (Distributed Denial of Service). Menurut PC Mag, serangan ini menyebabkan layanan Microsoft 365 dan Azure tidak dapat diakses selama delapan jam pada Kamis (1/8/2024).
Meski mekanisme perlindungan Microsoft langsung diaktifkan setelah mendeteksi serangan, hal ini justru memperburuk dampak yang ditimbulkan. Microsoft menjelaskan bahwa kesalahan dalam penerapan sistem pertahanan menyebabkan serangan tersebut semakin parah.
We've confirmed after extended monitoring that the issue is now resolved. Please see MO842351 in the admin center for more details.
"Berdasarkan penyelidikan awal, kesalahan pada penerapan pertahanan membuat dampak serangan membesar daripada memitigasi masalah," ujar Microsoft.
Hingga kini, belum diketahui siapa pelaku serangan DDoS tersebut. PC Mag melaporkan bahwa ada dua kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini.
Baca juga: Microsoft Rilis Tools untuk Atasi Masalah Blue Screen di Windows Akibat CrowdStrike
Microsoft belum memberikan tanggapan resmi terkait laporan ini, namun mereka berjanji akan merilis laporan tinjauan awal insiden dalam waktu 72 jam.
"Setelah melakukan retrospeksi internal kami, selama 14 hari, kami akan mempublikasikan Tinjauan Akhir Pasca Insiden dengan rincian dan pembelajaran tambahan apapun," kata pihak Microsoft.
Insiden ini terjadi kurang dari dua minggu setelah Microsoft mengalami gangguan layanan yang hampir melumpuhkan banyak negara pada Jumat (19/7/2024). Gangguan tersebut dilaporkan akibat pembaruan pada perangkat lunak milik perusahaan keamanan siber, Crowdstrike, yang menyebabkan kerusakan pada komputer yang menjalankan Windows.
Akibat pemadaman tersebut, berbagai layanan publik menjadi lumpuh, termasuk beberapa bandara di berbagai negara. Salah satu maskapai yang terdampak adalah Delta, yang mengalami kerugian sebesar US$350 juta hingga US$500 juta (sekitar Rp5,7 triliun-Rp8,1 triliun) serta harus menangani lebih dari 176 ribu permintaan refund.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(dwk)
Tinggalkan Komentar