Teknologi.id - Deputi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto, mengatakan, pada Selasa, 29 November 2022 bahwa pemerintah sedang membangun pabrik litium dan fasilitas produksi material anoda untuk melengkapi industri material baterai berbasis nikel.
Perkembangan ini diharapkan dapat menjadikan Indonesia sebagai pusat pembuatan kendaraan listrik (EV). Investor sedang membangun pabrik lithium hidroksida berkapasitas 60.000 ton di jantung industri nikel di Morowali.
Pabrik material anoda dengan kapasitas 80.000 ton akan mulai dibangun pada Januari 2023. Kedua material tersebut dibutuhkan untuk membuat baterai EV.
“Kita sedang membangun ekosistem, jadi tidak hanya memproduksi komponen berbasis nikel dan kobalt saja,” kata Seto.
Baca juga: Wah, Rusia Tawarkan Indonesia Kerja Sama Pembangunan Pembangkit Tenaga Nuklir
Menurut Seto, saat ini pemerintah sudah mulai memproduksi komponen baterai EV yang diekstraksi dari nikel, namun bahan lain juga diperlukan untuk memproduksi baterai EV. Namun, Indonesia saat ini belum memiliki tambang litium sendiri. Belum diketahui dari mana bijih lithium untuk pabrik itu akan berasal.
Indonesia sendiri telah melarang ekspor nikel mentah untuk menarik investasi dalam negeri dan mengamankan bahan untuk produksi dalam negeri bahan logam nikel dan baterai.
Tentu akan menarik untuk menunggu keseriusan pemerintah dalam mengupayakan transformasi energi dengan mengubah kendaraan berbahan bakar fosil menjadi energi bertenaga baterai dan berkelanjutan.
Namun, rencana pemerintah untuk membangun pabrik mobil listrik belum terungkap. Hanya pabrik baterai EV yang disebut-sebut sejak awal.
(MAJ)
Tinggalkan Komentar