Foto: Unsplash
Teknologi.id – Para ilmuwan berhasil menciptakan sebuah alat penerjemah babi. Alat itu diciptakan agar dapat membantu para peternak dalam meningkatkan kesejahteraan babi melalui kesehatan mental.
Para peternak mulai menyadari bahwa kesehatan mental hewan penting guna kesejahteraan mereka. Namun, langkah dalam mensejahterakan hewan saat ini hanya berfokus pada kesehatan fisik saja dan tidak fokus pada kesehatan mental.
Guna mengatasi masalah tersebut, sekelompok ilmuwan di Eropa baru-baru ini memperkenalkan sebuah alat penerjemah babi agar peternak bisa mengetahui perasaan babi dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Alat penerjemah berbasis kecerdasan buatan atau AI ini dapat mengubah suara menguik babi menjadi emosi seperti gembira atau sedih.
“Kami telah melatih algoritma untuk memecahkan kode gerutuan babi,” ucap Elodie Briefer, penulis utama studi sekaligus pakar komunikasi hewan di University of Copenhagen.
Baca juga: Sebuah Robot Baru Saja Melakukan Operasi Otonomi Pada Seekor Babi
“Sekarang kami membutuhkan seseorang yang ingin mengembangkan algoritma menjadi aplikasi yang dapat digunakan petani untuk meningkatkan kesejahteraan hewan mereka,” tambahnya.
Dalam laporannya di jurnal Scientific Reports, para peneliti mengatakan bagaimana mereka menggunakan AI untuk menganalisis tanda akustik dari 7.414 suara babi yang direkam dari lebih dari 400 hewan.
Sebagian besar rekaman ini berasal dari peternakan, sedangkan sisanya berasal dari kandang eksperimental di mana babi diberi mainan, makanan, dan benda asing untuk para babi telaah.
Para ilmuwan menggunakan algoritma guna membedakan suara babi yang terkait dengan emosi positif dan emosi negatif.
Para peneliti berhasil menemukan bahwa suara bernada tinggi menandakan perasaan babi berada dalam situasi negatif. Sementara itu, dengkuran serta nguikan pendek pada umumnya merupakan tanda perasaan babi dalam situasi negatif.
Suara babi yang tengah bahagia ditemukan saat para babi bermain dengan teman mereka, menyusu kepada ibu mereka, hingga berlarian dan berkumpul dengan keluarga.
Adapun suara yang menandakan perasaan negatif dari babi yang muncul ketika babi tengah berkelahi, dikebiri dan menunggu di rumah potong hewan.
“Ada perbedaan yang jelas dalam panggilan babi ketika kita melihat situasi positif dan negatif,” ucap Briefer.
“Dalam situasi positif, panggilan jauh lebih pendek, dengan fluktuasi kecil dalam amplitudo. Dengusan, lebih khusus, mulai tinggi dan secara bertahap menjadi lebih rendah dalam frekuensi,” tambahnya.
Briefer mengatakan bahwa dengan lebih banyak rekaman, alat penerjemah babi mungkin dapat belajar membedakan kumpulan emosi yang lebih luas serta menjelaskan kesejahteraan mental hewan lain.
Briefer dan rekan-rekannya percaya bahwa alat penerjemah hewan mereka dapat membuka jalan bagi sistem otomatis baru di industri peternakan yang memantau suara di peternakan untuk menilai kesejahteraan psikologis dari hewan.
(MIM)
Tinggalkan Komentar