
Sumber: cnbctv18
Teknologi.id - Artificial Intelligence (AI) lagi-lagi jadi topik panas di Sidang Umum PBB ke-80. Bukan hanya soal teknologi semata, tapi juga soal bagaimana AI bisa jadi mesin pendorong pembangunan global. Pada pertemuan tingkat tinggi Inisiatif Pembangunan Global (Global Development Initiative/GDI), Selasa (23/9/2025), Pemerintah Cina meluncurkan gagasan AI+ yang langsung mencuri perhatian dunia.
Baca juga: Raksasa Pencarian Cina Baidu Bakal Luncurkan Bot Mirip ChatGPT , Google Makin Panik!
Inisiatif ini bukan sekadar branding baru, melainkan tawaran kerja sama internasional untuk memanfaatkan AI dalam pembangunan ekonomi, sosial, hingga kebudayaan. Bahkan, Cina menekankan bahwa AI harus jadi bagian penting dalam upaya dunia mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) 2030.
AI Bukan Cuma Teknologi, Tapi Transformasi Sistemik
Lewat inisiatif AI+, Cina menegaskan bahwa kecerdasan buatan bukan hanya upgrade teknologi. Lebih dari itu, AI dianggap sebagai transformasi sistematis dan komprehensif yang akan mengubah cara negara-negara berkembang. AI dipandang mampu menjawab masalah besar dunia, mulai dari akses kesehatan, pendidikan, hingga efisiensi industri.
Bagi Cina, AI+ harus diletakkan sebagai fondasi pembangunan berkualitas. Karenanya, mereka mengajak negara-negara anggota PBB untuk aktif mengadopsi AI di berbagai sektor sesuai kebutuhan masing-masing.
Lima Pilar AI+: Dari Publik Hingga Budaya
Dalam paparannya, Cina memetakan lima substansi utama dari AI+, yang semuanya diarahkan untuk pembangunan inklusif dan berkelanjutan:
-
Kesejahteraan Publik AI+
AI bisa dipakai untuk meningkatkan layanan publik. Contohnya, pemanfaatan AI dalam layanan kesehatan, pengelolaan kota pintar, dan pendidikan yang lebih adaptif. Cina menyebut hal ini sebagai prioritas, karena langsung bersentuhan dengan kehidupan masyarakat sehari-hari. -
Kemajuan Teknologi
Kolaborasi internasional penting untuk memastikan perkembangan AI tidak timpang. Cina mendorong agar penelitian AI dibuka lebih luas, sehingga hasil inovasi bisa dirasakan bersama, bukan hanya segelintir negara. -
Penerapan Industri
AI tidak boleh berhenti di level riset, tapi harus jadi mesin produktivitas. Cina menekankan peran AI dalam menjaga rantai pasokan global, meningkatkan efisiensi manufaktur, dan mendorong inovasi lintas sektor. Intinya: AI sebagai penggerak ekonomi nyata. -
Kemakmuran Budaya
Salah satu kritik terhadap AI saat ini adalah dominasi data berbahasa Inggris dalam model pelatihan. Hal ini berpotensi menciptakan bias budaya. Cina menegaskan perlunya aplikasi AI yang lebih beragam secara linguistik dan kultural. AI harus menghargai bahasa, tradisi, dan konteks budaya lokal agar inklusif. -
Pengembangan Talenta
SDM juga jadi perhatian utama. Inisiatif AI+ mendorong pelatihan talenta digital agar semua negara bisa punya kapasitas mengembangkan dan mengelola AI, bukan hanya jadi konsumen teknologi.
SDGs Jadi Target Utama
Poin besar dari AI+ adalah kontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030. AI dianggap bisa membantu mempercepat pengentasan kemiskinan, meningkatkan kualitas pendidikan, memperluas akses kesehatan, hingga mendorong energi bersih.
Misalnya, AI dalam sektor pertanian bisa membantu negara berkembang meningkatkan hasil panen lewat prediksi cuaca atau pemantauan lahan. Di bidang energi, AI bisa mengoptimalkan distribusi listrik dari sumber terbarukan. Semua diarahkan untuk memastikan bahwa AI benar-benar punya dampak sosial yang terasa nyata.
Tantangan: Dari Regulasi hingga Kepercayaan
Meski terdengar menjanjikan, implementasi AI+ tentu penuh tantangan. Salah satu isu terbesar adalah regulasi dan tata kelola AI. Cina mengajak para regulator di tiap negara untuk berbagi praktik terbaik, merancang standar keamanan, serta memastikan AI dipakai secara etis.
Selain itu, isu kepercayaan antar negara juga jadi sorotan. Di tengah rivalitas geopolitik, kolaborasi AI global berpotensi tersendat jika negara-negara masih saling curiga. Di sinilah PBB didorong jadi wadah untuk menjembatani kepentingan tersebut.
AI+ sebagai Jalan Tengah?
Dengan AI+, Cina ingin menunjukkan bahwa teknologi ini bisa jadi jembatan, bukan jurang, bagi pembangunan global. Alih-alih eksklusif, AI harus jadi alat bersama yang membawa manfaat kolektif.
Namun, apakah negara-negara lain akan sejalan dengan visi ini? Mengingat isu AI sering kali juga terkait dominasi ekonomi dan politik, perjalanan AI+ tentu tidak akan mulus. Meski begitu, inisiatif ini membuka percakapan baru tentang bagaimana kecerdasan buatan bisa diarahkan untuk kemanusiaan dan pembangunan berkelanjutan, bukan sekadar keuntungan bisnis atau kepentingan geopolitik.
Baca juga: Cip Mediatek dalam HP Cina Perlu Diwaspadai!
AI+ dan Masa Depan Pembangunan Global
Inisiatif AI+ dari Cina di Sidang Umum PBB 2025 memperlihatkan ambisi besar untuk menjadikan AI sebagai motor pembangunan dunia. Dengan lima pilar utama, yaitu kesejahteraan publik, teknologi, industri, budaya, dan talenta, AI+ diproyeksikan mampu membantu dunia mewujudkan SDGs 2030. Pertanyaannya, mampukah dunia benar-benar menyatukan langkah dalam memanfaatkan AI untuk masa depan bersama?
(mo)

Tinggalkan Komentar