Rencana Bandara Antariksa di Biak, Begini Nasibnya Sekarang

Teknologi.id . October 23, 2021

Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko. Foto: BRIN/Humas

Teknologi.id - Meski sudah lama senyap dan tidak ada kabar terbaru, rupanya rencana pembangunan Bandara Antariksa di Biak, Papua, hingga kini masih terus berjalan.

Terbaru, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko baru saja meninjau calon lokasi di Desa Saukobye, Biak Utara, Papua, Kamis (21/10).

Di antara syarat dapat dimulainya pembangunan Bandara Antariksa tersebut adalah faktor ketersediaan lahan dan kesiapan investor.

"Jika kedua syarat tersebut sudah jelas, BRIN akan memulai pembangunan. Kita akan bermitra dengan konsorsium swasta. Bandara ini nantinya bukan sekedar fasilitas negara untuk riset tetapi juga untuk bisnis peluncuran satelit," kata Handoko seperti dikutip dari keterangan resmi BRIN, Jumat (22/10/2021).

Baca juga: Daftar Lowongan Kerja Google di Indonesia dan Kualifikasinya

Menurut Handoko, urgensi pembangunan Bandar Antariksa di Indonesia tidak terlepas akan adanya kebutuhan terkait pengembangan teknologi keantariksaan nasional mengingat luasnya wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau.

Selain itu, di sisi lain Indonesia mempunyai pangsa pasar yang besar terkait keantariksaan, sekaligus sebagai upaya menciptakan nilai ekonomi dari kegiatan keantariksaan, khususnya yang berkaitan dengan peluncuran roket.

"Keunggulan geografis Indonesia yang terletak di khatulistiwa, menjadikan Indonesia cocok menjadi pusat peluncuran satelit. Indonesia berharap memiliki kemandirian dalam meluncurkan satelit untuk komunikasi, surveilans, mitigasi perubahan iklim, mitigasi bencana, dan sebagainya," jelas Handoko.

Foto: BRIN


Sementara itu, Kepala Organisasi Riset (OR) Penerbangan dan Antariksa, Erna Sri Adiningsih menambahkan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sudah melakukan studi feasibilitas pada lahan untuk kepentingan penelitian dan pengembangan di Biak.

Lokasi yang dipilih tersebut berdasarkan beberapa aspek hasil kajian adalah Pulau Morotai dan Pulau Biak. Naskah urgensi pengembangan sudah diselesaikan sejak tahun 2019 lalu.

"Lokasi Biak diketahui sudah sesuai dalam hal teknis dan lingkungan secara fisik. Namun untuk luasannya, harus diperluas karena belum memenuhi persyaratan minimum 1.000 hektar untuk kebutuhan yang lebih besar," jelas Erna.

Selain kesiapan lahan secara teknis dan fisik, Erna mengungkap bahwa ada aspek lain yang perlu diperhatikan juga secara serius, yakni aspek sosial budaya yang masih lekat di masyarakat Biak dan Papua pada umumnya.

"Selain itu, ada aspek sosial budaya yang harus dipikirkan secara serius. Stasiun Bumi di Biak sudah ada sejak lama sebelum BRIN terbentuk. Posisinya berbeda dengan lokasi yang diisukan akan dibangun bandara roket pengorbit satelit," pungkas Erna.

(dwk)


author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar