Meta Hentikan Perekrutan Tenaga Ahli AI, Apa yang Terjadi?

Farrah Nur Fadhilah . August 21, 2025
Foto: AInvest


Teknologi.id – Meta, perusahaan induk Facebook, kembali jadi sorotan setelah kabar mengejutkan beredar bahwa mereka tiba-tiba menghentikan perekrutan karyawan di divisi kecerdasan buatan (AI). Keputusan ini datang hanya beberapa bulan setelah Meta melakukan belanja besar-besaran demi merekrut puluhan peneliti serta insinyur AI terbaik di dunia.

Lalu, apa alasan sebenarnya di balik langkah mendadak ini? Apakah Meta mulai ragu dengan ambisinya membangun superintelijen, atau justru ada strategi tersembunyi di balik kebijakan tersebut? Mari kita ulas lebih dalam.

Meta dan Ambisi Besar di Bidang AI

Sejak berganti nama dari Facebook menjadi Meta pada 2021, perusahaan Mark Zuckerberg ini gencar mengembangkan teknologi canggih, mulai dari metaverse hingga AI generatif. Divisi AI Meta bahkan disebut sebagai salah satu yang paling agresif setelah merekrut lebih dari 50 peneliti dan insinyur dari berbagai lembaga riset ternama.

Menurut laporan Wired, Meta dikabarkan rela menggelontorkan hingga USD 300 juta (Rp4,88 triliun) untuk menarik talenta terbaik di bidang AI. Meski kabar itu dibantah pihak Meta, tidak dapat dipungkiri bahwa perusahaan memang menginvestasikan dana besar untuk mengejar ketertinggalan dari pesaing seperti OpenAI, Google DeepMind, dan Anthropic.

Baca juga: Mark Zuckerberg Ungkap Meta AI Kini Bisa Belajar Mandiri, Menuju Super Intelligence

Mengapa Meta Tiba-tiba Stop Rekrut Karyawan AI?

Berdasarkan laporan The Wall Street Journal, kebijakan penghentian perekrutan ini mulai berlaku sejak pekan lalu sebagai bagian dari restrukturisasi organisasi.

Seorang juru bicara Meta menjelaskan bahwa langkah tersebut bukan berarti berhenti berinvestasi di bidang AI, melainkan sedang melakukan “perencanaan organisasi dasar.”

“Yang terjadi di sini hanyalah menciptakan struktur yang kuat untuk upaya superintelijen baru kami setelah proses rekrutmen besar-besaran serta latihan penganggaran tahunan,” ungkap juru bicara Meta.

Dengan kata lain, Meta ingin memastikan struktur internal divisi AI benar-benar solid sebelum melangkah lebih jauh, sekaligus mengatur ulang strategi agar penggunaan sumber daya—baik talenta maupun dana—lebih efisien.

Biaya AI yang Terus Melonjak

Salah satu alasan munculnya spekulasi adalah biaya riset AI yang semakin tinggi. Perusahaan teknologi besar seperti Meta, Google, hingga Microsoft menghabiskan miliaran dolar untuk infrastruktur, pusat data, dan pengembangan model AI terbaru.

Bahkan CEO OpenAI, Sam Altman, menyebut dunia teknologi kini menghadapi fenomena “AI Bubble” atau gelembung AI. Investor dinilai terlalu bersemangat dan membabi buta dalam membiayai proyek-proyek AI.

Kekhawatiran itu berdampak ke pasar saham. Dalam sepekan terakhir:

  • Saham Meta dan NVIDIA turun sekitar 4%

  • Saham Palantir Technologies (PLTR), perusahaan AI populer, anjlok hingga 16% dalam enam sesi perdagangan berturut-turut.

Apakah Meta Mengurangi Ambisi di AI?

Meski terlihat mengejutkan, Meta tidak melemahkan ambisi AI-nya. Justru langkah ini dipandang sebagai strategi jeda untuk menata ulang arah bisnis.

Meta tampaknya menyadari bahwa rekrutmen besar-besaran tanpa struktur yang jelas hanya akan membebani keuangan. Karena itu, mereka menghentikan perekrutan baru dan fokus memaksimalkan kinerja talenta yang sudah ada.

Strategi ini sejalan dengan filosofi Mark Zuckerberg yang kini lebih berhati-hati dalam mengelola biaya. Setelah pandemi, Meta pernah melakukan PHK massal sebagai bagian dari efisiensi. Kini, pendekatan serupa diterapkan di perekrutan AI.

Persaingan Ketat di Dunia AI

Keputusan Meta ini juga tidak lepas dari kompetisi sengit di industri AI.

  • OpenAI sukses besar dengan ChatGPT, pionir AI generatif.

  • Google DeepMind mengembangkan model Gemini untuk menyaingi ChatGPT.

  • Anthropic, startup AI, mendapat dukungan besar dari Amazon dan Google.

Di tengah persaingan tersebut, Meta tidak bisa sembarangan menghamburkan dana. Mereka harus memastikan strategi yang tepat agar tidak tertinggal, sekaligus menghindari risiko finansial yang terlalu besar.

Dampak terhadap Industri Teknologi

Langkah Meta bisa menjadi sinyal penting bagi industri teknologi global. Jika perusahaan sebesar Meta mulai berhati-hati dalam belanja AI, kemungkinan besar perusahaan lain akan mengikuti. Investor juga akan semakin selektif dalam mendanai startup AI.

Bagi para talenta AI, kabar ini memang mengecewakan. Namun, permintaan global terhadap ahli AI tetap tinggi sehingga peluang kerja di perusahaan lain tetap terbuka lebar.

Baca juga: Matt Deitke, Ilmuwan 24 Tahun yang Dibayar Rp4 Triliun oleh Meta untuk AI Super

Kesimpulan

Keputusan Meta menghentikan perekrutan karyawan AI jelas menjadi berita besar di dunia teknologi. Meski terlihat mengejutkan, langkah ini lebih tepat disebut sebagai strategi restrukturisasi dan pengendalian biaya, bukan pengurangan ambisi.

Meta ingin menjaga keseimbangan antara persaingan AI global dan kepercayaan investor. Apakah strategi ini akan membuat Meta lebih kuat atau justru tertinggal dari kompetitor seperti OpenAI dan Google? Hanya waktu yang bisa menjawab.

Yang jelas, dunia AI kini semakin dinamis—dan setiap langkah raksasa teknologi seperti Meta selalu jadi sorotan.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(fnf)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar