Foto: Popular Mechanics
Teknologi.id – Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) baru saja mengerahkan sejumlah pesawat pengebom atau bomber jenis B-1 untuk pertama kalinya ke Norwegia. Hal tersebut dimaksudkan sebagai sinyal untuk Rusia bahwa militer Amerika bisa bereaksi cepat jika muncul ancaman di kawasan strategis Arktik untuk membela sekutunya.
Setidaknya, AS meluncurkan empat pesawat B-1 dan 200 personel dari Pangkalan Udara Dyess di Texas yang dikirimkan ke Pangkalan Udara Orland di Norwegia. Dalam tiga pekan ke depan, mereka akan menjalankan misi di kawasan Lingkaran Arktik dan wilayah udara internasional di sebelah barat laut perbatasan Rusia, menurut keterangan sejumlah pejabat Kementerian Pertahanan AS.
Amerika meyakini bahwa belum lama ini Rusia sudah melakukan investasi di kawasan Arktik, meliputi jaringan aset-aset serangan udara dan sistem rudal kawasan pesisir.
Arktik sendiri merupakan wilayah strategis sebagai upaya menunjukkan pertahanan sekutu dari berbagai serangan. Rusia secara aktif melakukan agresi dengan perbatasan negara di kawasan tersebut.
Baca juga: Bobol Sistem Air Minum, Hacker Racuni 15.000 Orang
Selain mengerahkan jet tempur pengebom B-1, dalam beberapa bulan terakhir Pentagon telah mengoperasikan pesawat serupa yakni B-52 di Timur Tengah sebagai antisipasi potensi ketegangan di kawasan teluk.
Komandan Angkatan Udara AS di Eropa
dan Afrika, Jeff Harrigian mengatakan pergerakan pasukan ke Rusia menandakan
jika Washington dapat bereaksi lebih cepat terhadap potensi agresi Moskow. Selain
mengerahkan jet tempur pembom B-1, dalam beberapa bulan terakhir Pentagon telah
mengoperasikan pesawat serupa B-52 di Timur Tengah sebagai antisipasi potensi
ketegangan di kawasan teluk.
Pemerintahan Presiden Joe Biden
menunjukkan kesiapannya melakukan pendekatan yang lebih keras ke Rusia,
dibandingkan era Trump. Akhir bulan lalu, Biden melakukan pendekatan dengan
menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin untuk pertama kalinya.
Dalam percakapan telepon itu, Biden
mengkonfrontasi sejumlah isu, mulai dari serangan siber secara massif hingga
dugaan keracunan tokoh oposisi, Alexei Navalny.
(MIM)
Tinggalkan Komentar