Picture: IDN Times
Teknologi.id
- Pernahkah kamu
membuat kesalahan yang kamu harap dapat kamu perbaiki? Memperbaiki kesalahan
masa lalu adalah salah satu alasan bahwa konsep time travel atau perjalanan waktu begitu menarik.
Seperti yang sering digambarkan dalam
fiksi ilmiah, dengan mesin waktu, tidak ada lagi yang permanen. Kamu selalu
dapat kembali dan mengubah peristiwa yang terjadi. Tetapi, apakah time travel benar-benar mungkin terjadi
di alam semesta kita atau hanyalah fiksi ilmiah?
Ronald Mallett, seorang fisikawan
teoretis asal Amerika, sedang dalam misi untuk mengembangkan mesin waktu kerja
nyata yang menggunakan laser. Terpesona dengan konsepnya sejak kecil, ia kini
berusia 77 tahun.
Hingga saat ini, ia masih percaya bahwa laser
loop yang berputar selalu dapat membelokkan
waktu. Tetapi hal itu akan sulit karena menurut apa yang kita ketahui tentang
fisika sekarang, time travel tidak
mungkin bisa dilakukan, meskipun time
travel sering ditampilkan dalam fiksi ilmiah.
Seperti yang kita ketahui, hukum fisika
tidak mengizinkan perjalanan waktu mundur dengan cara yang konsisten dengan
kausalitas, artinya peristiwa tidak dapat terjadi sebelum sebab-sebabnya
terjadi. Tetapi beberapa teori, seperti teori relativitas umum dan gagasan
lubang cacing (wormholes), mampu memungkinkan
perjalanan untuk melintasi waktu.
Namun model ini didasarkan pada banyak
dugaan dan memerlukan kondisi yang tidak dapat dicapai dengan teknologi yang
ada saat ini. Jadi, meskipun perjalanan waktu masih menjadi tema umum dalam
fiksi ilmiah, hal itu dianggap tidak mungkin berdasarkan apa yang kita ketahui
tentang sains saat ini.
Tetapi untuk Mallett, mungkin menurutnya
ia telah menemukan celah. Idenya adalah untuk membuat lubang hitam buatan, yang
dapat menghasilkan medan gravitasi yang dapat menyebabkan perputaran waktu dan
kemampuan untuk melakukan perjalanan ke masa lalu.
Sejak 2019, prototipe tersebut telah
menghasilkan berkas cahaya yang terus berputar. Menurut Mallett, "Cahaya
dapat menciptakan gravitasi, dan jika gravitasi dapat memengaruhi waktu, maka
cahaya itu sendiri dapat mempengaruhi waktu."
“Katakanlah Anda memiliki secangkir kopi
di depan Anda sekarang,” ia menjelaskan kepada The Guardian.
"Mulailah mengaduk kopi tersebut
dengan sendok, itu mulai berputar-putar, kan? Itulah yang dilakukan lubang
hitam yang berotasi. Dalam teori Einstein, ruang dan waktu berhubungan satu
sama lain. Itu sebabnya disebut ruang-waktu. Jadi saat lubang hitam berotasi, hal
itu akan menyebabkan putaran waktu,” ia menambahkan.
Beberapa tahun lalu, Mallett menyatakan,
"Wright Brothers tidak sekadar membuat pesawat terbang. Awalnya, mereka
membuat terowongan angin untuk menentukan konfigurasi sayap pesawat yang
optimal. Mengenai pembangunan mesin waktu, terowongan angin harus dibangun
sebelum pesawat,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia menciptakan mesin
prototipenya. Dia yakin hal tersebut bisa berhasil meskipun hal itu belum
terjadi. Namun jika berhasil, mesin tersebut tidak bisa mundur sejauh yang ia
inginkan. Sebaliknya, dia menegaskan bahwa penurunan waktu tersebut terbatas
pada saat loop dibuat.
Dia masih berharap untuk eksperimennya.
Katakanlah kita memiliki perangkat ini beberapa tahun yang lalu dan sekarang
kita mungkin memiliki obat yang dapat menyembuhkan COVID, menurutnya.
“Bayangkan jika kita bisa memprediksi dengan tepat kapan gempa atau tsunami
akan terjadi. Jadi, saya telah membukakan pintu untuk kemungkinan semacam
itu." Tambahnya.
Mengapa
Time Travel Ditentang?
Picture: CNN
Ada dua masalah utama yang membuat kita
percaya bahwa persamaan ini mungkin tidak realistis. Masalah pertama adalah
praktis. Membangun mesin waktu sepertinya membutuhkan material yang eksotis,
yaitu material dengan energi negatif.
Segala sesuatu yang kita lihat dalam
kehidupan kita sehari-hari memiliki energi positif karena energi negatif tidak
mudah untuk dihadapi. Kita tahu dari mekanika kuantum bahwa hal-hal seperti itu
secara teoretis dapat muncul, tetapi hanya dalam jumlah yang terlalu kecil dan
dalam waktu yang terlalu singkat.
Namun demikian, tidak ada bukti bahwa menciptakan
material eksotis dalam jumlah yang cukup adalah hal yang tidak mungkin.
Selain itu, kesamaan lain dapat
ditemukan yang mampu memungkinkan time
travel tanpa memerlukan bahan-bahan eksotik. Oleh karena itu, masalah ini
mungkin saja merupakan hanya keterbatasan teknologi kita saat ini atau keterbatasan
pemahaman kita tentang mekanika kuantum.
Masalah besar lainnya, mungkin kurang
praktis tetapi lebih penting, adalah pengamatan bahwa perjalanan waktu
tampaknya menentang logika dalam bentuk paradoks time travel. Ada beberapa
paradoks seperti itu, tetapi yang paling bermasalah adalah paradoks
konsistensi.
Dalam kiasan populer pada fiksi ilmiah,
paradoks konsistensi terjadi setiap kali ada peristiwa tertentu yang mengarah
pada perubahan masa lalu, tetapi perubahan itu sendiri telah mencegah peristiwa
ini terjadi sejak awal.
Ada kesalahpahaman umum dalam fiksi
ilmiah, yaitu paradoks dapat "dibuat-buat". Penjelajah waktu biasanya
diperingatkan untuk tidak mengubah masa lalu secara signifikan, dan karena
alasan itu mereka harus menghindari menghadapi masa lalu mereka. Contohnya bisa
ditemukan di banyak film time travel,
seperti trilogi Back to the Future.
Namun dalam fisika, paradoks bukanlah
peristiwa yang benar-benar dapat terjadi, melainkan sebuah konsep teoretis
murni yang memiliki kontradiksi dalam teori itu sendiri. Dengan kata lain,
paradoks konsistensi tidak hanya berarti bahwa perjalanan waktu adalah usaha
yang berbahaya, tetapi juga merupakan hal yang tidak mungkin.
Hal ini adalah salah satu motivasi seorang
fisikawan teoretis bernama Stephen Hawking untuk merumuskan dugaan perlindungan kronologisnya, yang menyatakan bahwa time travel seharusnya tidak mungkin dilakukan.
Namun, dugaan tentang hal ini hingga sejauh ini masih belum terbukti. Selain itu, alam semesta akan menjadi tempat yang jauh lebih menarik jika, alih-alih menghilangkan perjalanan waktu karena paradoks, kita bisa menghilangkan paradoks itu sendiri.
(gfr)
Tinggalkan Komentar