5 Peralatan Perang Buatan Indonesia yang Jadi Rebutan Dunia

Muhammad Iqbal Mawardi . February 15, 2021

Foto: Unsplash

Teknologi.id – Bangsa Indonesia sempat membuat dunia takjub dengan kemampuan juga keahlian Indonesia dalam membuat peralatan perang. Negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Australia sempat dibuat terkejut akan hal tersebut.

Indonesia sendiri mempunyai PT Pindad yang selalu menjadi sorotan bangsa luar atas produksi alat-alat tempur yang super canggih. Bahkan tidak sedikit peralatan perang ciptaan PT Pindad yang berhasil membuat dunia gempar, seperti senapan SP2 Kopassus hingga Panser Badak.

Selain itu, terdapat beberapa peralatan perang lainnya buatan Indonesia yang berhasil membuat gempar dan menjadi incaran negara-negara lain. Apa sajakah itu? Berikut ulasannya.

Panser Anoa

Foto: Pindad

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menjadi pelanggan setia perusahaan negara pembuat senjata PT Pindad. Peralatan langganan yang dipesannya yakni Panser Anoa.

Panser Anoa tergolong kendaraan armoured medium personnel carrier. Kendaraan tempur ini dipergunakan untuk mengangkut personel di medan pertempuran.

Selama ini, sejumlah negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, dan Thailand kerap menggunakan produk Pindad tersebut. Untuk pasar Afrika, negara-negara seperti Madagaskar, Mesir, Nigeria, dan Mozambik menjadi pasar dari produk Pindad tersebut.

Sedangkan untuk kawasan Timur Tengah, negara-negara seperti Kuwait, Yordania, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar merupakan pasar dari produk Pindad tersebut.

Kapal Perang

Foto: Artileri

PT PAL Indonesia telah meluncurkan dua kapal perang, yakni Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR)-1 dan Kapal Perang Strategic Sealift Vessel (SSV)-1. Sedangkan kapal SSV merupakan kapal canggih karya mandiri anak bangsa dan pesanan Kementerian Pertahanan Filipina yang berada di kelas Lloyd Register.

Direktur Utama PT PAL Indonesia, M. Firmansyah menyebut ada beberapa kecanggihan dalam kapal perang buatan anak bangsa ini. Kapal PKR-1 yang memiliki panjang 105,11 meter, lebar 14,2 meter, dan kecepatan 28 knot ini mampu berlayar selama 20 hari pada kecepatan 14 knot.

Kedua kapal tersebut menjadi pesanan dari beberapa negara Asia salah satunya yakni Kementerian Pertahanan Filipina yang berada di kelas Lloyd Register.

Baca juga: "Artificial Skin" Ini Bisa Buat Tentara Jadi Tak Terlihat

Kepala Roket

Foto: Wallpaper Cave

Indonesia mengekspor hulu ledak asap (smoke warhead) kaliber 70 milimeter sebanyak 260 unit ke Cile. Ekspor tersebut merupakan ekspor pertama senjata yang dibuat PT Sari Bahari.

Direktur Utama PT Sari Bahari Ricky Hendrik Egam mengatakan pihaknya harus bersaing dengan 43 negara lain yang mengikuti tender internasional pengadaan hulu ledak asap bagi kebutuhan angkatan bersenjata Cile.

Ricky mengatakan produksi dari PT Sari Bahari, membuktikan teknologi pertahanan nasional mampu bersaing dengan negara maju. Hulu ledak asap buatan Indonesia memiliki keunggulan dari sisi aerodinamis trajectory dan mampu mengeluarkan asap selama dua menit setelah hulu ledak terjadi dalam sasaran.

Peluru

Foto: Unsplash

PT Pindad adalah salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang produknya telah mencapai pasar Amerika Serikat. Pindad telah mengekspor amunisi kaliber kecil yaitu 5,56 mm ke negeri Paman Sam tersebut.

Marketing Manajer PT Pindad, Sena Maulana, mengatakan selain ekspor ke Amerika pihaknya juga telah mengekspor amunisi ke Singapura dan Thailand. Selain itu, pada tahun 2000, Pindad juga pernah mengekspor amunisi ke Nigeria.

Senjata Api

Foto: KBR

Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) telah menyetujui kerja sama lisensi senapan SS2 dan pemasaran amunisi Pindad di wilayah Timur Tengah. Persetujuan ini tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Pindad (Persero) dan Continental Aviation Services yang dilakukan saat forum bisnis yang dihadiri oleh Presiden Jokowi, di Abu Dhabi.

Menurut Menlu, UEA merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia di Timur Tengah, dengan nilai perdagangan mencapai USD 4,25 miliar di tahun 2014, dan Indonesia menikmati surplus USD 748 juta.

(MIM)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar