Robot Berubah Bentuk Ini Menjadi Alat Yang Bagus Di Luar Angkasa

Farrel Yudhistira . February 25, 2022

Foto: Planet Storyline


Teknologi.id - Manusia kini telah menjadi makhluk yang semakin dominan di bumi dengan berkembangnya teknologi dengan pesat. Manusia telah mampu membuat robot yang mampu memenuhi kebutuhan sehari - hari. 


Seperti apa jadinya jika robot pada suatu momen menjadi meja, dan kemudian mengubah dirinya menjadi sofa? Selama beberapa dekade, para ahli robotik telah mencari ide perangkat yang dapat dikonfigurasi ulang, tetapi sekarang mereka telah menemukan mesin multifungsi yang bisa sangat membantu untuk membangun sesuatu di ruang angkasa di mana para astronot memiliki alat dan ruang terbatas di atas pesawat ruang angkasa.


Para ilmuwan di MIT Computer Science and Artificial Laboratory (CSAIL) menciptakan robot berbentuk kubus menggunakan elektromagnetisme yang dapat dirakit menjadi bentuk yang rumit. Penjelasan lebih lanjut akan dipresentasikan pada Konferensi Internasional 2022 tentang Robotika dan Otomasi.


Meskipun ukurannya kecil, prototipe yang berubah bentuk ini disebut dengan ElectroVoxels, yang memiliki beberapa aplikasi yang cukup besar untuk eksplorasi ruang angkasa, ucap tim peneliti. ElectroVoxels sebagian besar terinspirasi oleh robot modular dalam film kartun Big Hero 6, kata Martin Nisser, Ph.D. mahasiswa di Massachusetts Institute of Technology serta penulis utama dalam studi ini.


Dikarenakan ukuran robot yang sangat kecil, proyek ini memiliki jumlah ruang yang lebih luas pada ruang angkasa dibandingkan dengan Bumi.


“Banyak yang berpendapat bahwa membangun sesuatu di luar angkasa lebih sulit daripada di Bumi, karena anda memiliki semua kendala ini pada benda apa yang dapat anda terbangkan,” ucap Nisser. Misalnya, ruangan di Stasiun Luar Angkasa Internasional begitu sempit bahkan furniture untuk astronot harus dipadatkan dan diorientasikan agar pas secara optimal.


Meskipun membangun objek di luar angkasa bisa lebih merepotkan dan mahal daripada nilainya, ada dorongan besar untuk mengecilkan ukuran objek teknologi tersebut untuk untuk mengeksplorasi ruang angkasa lebih lanjut.

BACA JUGA: UniPin, Perusahaan Karya Anak Bangsa yang Mendunia

“Menempatkan sesuatu di luar angkasa dengan roket sangat mahal,” kata Zachary Manchester, asisten profesor di Institut Robotika di Universitas Carnegie Mellon, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Menurut NASA, biayanya sekitar $10.000 atau Rp 143 juta untuk membawa 450 gram muatan ke orbit.


ElectroVoxels kini menawarkan solusi yang murah dan mudah dibuat. Lapisan elektromagnetik ini dibuat dengan 3D printer. Di dalam setiap blok, papan sirkuit 3D printer dan elektronik bekerja sama untuk mengirim arus yang mengarahkan pergerakannya, namun untuk menggerakkan kubus ini, Nisser dan timnya harus merancang perangkat lunak sehingga memungkinkan pengguna untuk memanipulasinya menjadi bentuk apa pun yang mereka lihat. Simulasi memungkinkan pengguna untuk mengontrol hingga seribu ElectroVoxels sekaligus.


Namun terdapat dampak negatifnya, kata Manchester. Di luar angkasa dengan nol gravitasi, kubus itu tidak dapat berfungsi. Meskipun ElectroVoxels telah diuji dalam penerbangan parabola, akan sulit bagi mereka untuk mengumpulkan kekuatan yang cukup untuk bermanuver kembali ke Bumi, menurut Manchester.


Nisser dan tim ingin membuat kubus tersebut cukup kuat untuk bergerak melawan gravitasi bumi. Hal ini akan memungkinkan robot-robot ini untuk meringankan kehidupan yang berat di luar angkasa.


(FY)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar