Foto: Kemenkes
Teknologi.id - Baru-baru ini Kementerian Kesehatan RI melakukan kembali penyebaran nyamuk berbakteri Wolbachia. Selain melakukan penyebaran di Jakarta Barat, Kemenkes juga melakukan inovasi ini di Semarang, Bontang, Bandung, dan Kupang. Penyebaran nyamuk Wolbachia ini dimaksudkan untuk mengurangi penyebaran virus DBD di daerah yang dituju.
Apa itu Nyamuk Wolbachia ?
Nyamuk Wolbachia adalah nyamuk yang diinfeksi dengan bakteri wolbachia. Wolbachia adalah bakteri yang umumnya dapat ditemukan di dalam sel-sel inangnya, termasuk nyamuk. Wolbachia memiliki kemampuan untuk menginfeksi berbagai spesies nyamuk dan mengubah perilaku reproduksi mereka. Hal inilah yang dimanfaatkan para ahli dalam menangani masalah penyebaran virus demam berdarah.
Fungsi dari bakteri Wolbachia pada sendiri adalah untuk mengurangi anakan dari nyamuk yang menyebabkan virus. Proses dari pengembangbiakan nyamuk Wolbachia ini disebut dengan fenomena “cytoplasmic incompatibility”.
Dalam prosesnya, nyamuk yang terinfeksi Wolbachia dapat menghasilkan keturunan yang mati jika berpasangan dengan nyamuk yang tidak terinfeksi atau yang terinfeksi oleh strain Wolbachia yang berbeda. Hal ini dapat mengurangi kemampuan nyamuk saat menyebarkan virusnya.
Dokter Ningz menerangkan, “Jadi, kalau ada nyamuk jantan yang mengandung Wolbachia dan kawin dengan nyamuk betina yang tidak mengandung Wolbachia, ini telurnya tidak akan menetas. Kalau yang mengandung Wolbachia adalah betina, nanti seluruh telurnya akan mengandung wolbachia dan akan menjadi nyamuk yang mengandung Wolbachia," ucapnya. Penggunaan penyebaran berbakteri Wolbachia pada nyamuk kini telah menjadi fokus penelitian sebagai potensi alat pengendalian penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk, seperti demam berdarah dan Zika. Beberapa penelitian penyebaran bakteri ini juga pernah diuji di Negara lain sejak 2011. Terdapat sejumlah negara endemis DBD seperti Brazil, Australia, Vietnam, Meksiko dan Sri Lanka. Baca juga:Riset Oxford: AI Bisa Prediksi Resiko Serangan Jantung Lantas?, apakah tindakan ini juga dapat menjadi solusi bagi kemenkes dalam menangani kasus virus demam berdarah di Indonesia? Keamanan Bakteri Wolbachia Kemenkes menekankan, masyarakat tidak perlu khawatir. Berhasilnya penggunaan penyebaran bakteri Wolbachia di negara lain juga diikuti oleh keberhasilannya di Indonesia. Uji coba penyebaran nyamuk berbakteri Wolbachia dilakukan pada tahun 2022 di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Inovasi ini ternyata membuahkan hasil yang manis, bahkan menunjukkan angka yang signifikan. Tndakan kemenkes ini mampu menekan angka kesakitan akibat demam berdarah hingga 77 persen serta mengurangi risiko rawat inap menjadi 86 persen. Melihat keberhasilannya, tentunya keamanan dan pengaruh dari penggunaan nyamuk berbakteri Wolbachia tetap terus menjadi perhatian utama dalam pengembangan dan implementasi. Ning mengatakan, "Sebetulnya enggak ada yang rekayasa genetik baik dari nyamuknya maupun Wolbachia-nya karena semua prosesnya alami baik dari Wolbachia-nya maupun proses regenerasi atau perkembangbiakan nyamuknya juga alami," jelas dia. Bakteri Wolbachia yang digunakan dalam mengurangi virus dengue adalah bakteri alami yang terdapat pada 60 persen jenis serangga seperti lalat, ngengat, capung, dan kupu-kupu. "Ini adalah bakteri yang alami ada, jadi tidak dibuat-buat," ujar Dokter Ningz. Namun, penyebaran bakteri Wolbachia ini tidak serta merta menjadi satu-satunya solusi dalam mengatasi persebaran virus aedes aegypti, penyebaran ini justru harus tetap dilengkapi dengan tindakan lain dalam penekanan pertumbuhan virusnya. "Meskipun teknologi Wolbachia bermanfaat dan efektif, pencegahan demam berdarah, harus dilakukan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Jangan lupa 3M menutup, menguras dan mengubur," pungkasnya. Baca berita dan artikel lainnya di Google News: Teknologi.id
(lh)
Tinggalkan Komentar