
Foto: Freepick
Teknologi.id – Media sosial di Indonesia, khususnya Sumatera Barat, baru-baru ini dihebohkan oleh video viral yang memperlihatkan fenomena alam yang janggal dan mengkhawatirkan: sebuah sungai yang alirannya tiba-tiba menghilang di tengah jalur. Peristiwa ini terjadi di Jorong Gantiang, Nagari Singgalang, Kabupaten Tanah Datar, dan menimbulkan kecemasan di kalangan masyarakat setempat, mengingat wilayah tersebut baru saja dilanda rangkaian bencana hidrometeorologi.
Pada bagian hulu, aliran sungai tampak normal dan deras. Namun, di titik tertentu pada bagian bawah, air seolah lenyap ditelan bumi, meninggalkan dasar sungai yang kering. Warga menduga kuat bahwa air sungai tersebut tersedot masuk ke rongga atau celah baru yang terbentuk di dasar sungai, sebuah indikasi adanya pergerakan geologis yang mendadak.
Menanggapi kehebohan ini, para ahli geologi angkat bicara, memberikan penjelasan ilmiah yang menenangkan sekaligus menyerukan kewaspadaan. Fenomena yang terlihat aneh bagi mata awam ini ternyata adalah gejala geologis yang umum terjadi pada struktur batuan tertentu, meskipun kemunculannya yang tiba-tiba dan besar menjadi penyebab kekhawatiran.
Kawasan Karst dan Pelarutan Batuan Kapur
Ade Edward, ahli geologi sekaligus pakar mitigasi bencana geologi dan vulkanologi, menegaskan bahwa fenomena hilangnya aliran sungai secara tiba-tiba ini kemungkinan besar berkaitan erat dengan karakteristik geologi lokal.
"Nah, kalau ada sungai yang airnya hilang, ya itu biasanya terjadi pada daerah-daerah kawasan bukit kapur. Kawasan bukit kapur itu kan mudah mengalami pelarutan," jelas Ade Edward, yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Patahan Sumatera Institute, di Kota Padang.
Secara ilmiah, bukit kapur membentuk kawasan yang dikenal sebagai karst. Kawasan karst memiliki komposisi batuan yang sangat rentan terhadap proses pelarutan kimiawi oleh air hujan yang bersifat sedikit asam. Proses pelarutan ini, yang berlangsung selama ribuan hingga jutaan tahun, menciptakan jaringan luas berupa celah, lorong, dan gua di bawah permukaan tanah.
Ketika air sungai mengalir melintasi kawasan karst, ia mencari jalur dengan resistensi paling rendah. Seiring waktu, tekanan air yang terus-menerus dan pelarutan batuan kapur dapat membuka atau memperlebar rongga-rongga tersebut. Dalam kasus di Tanah Datar ini, adanya hujan ekstrem dan pergerakan tanah pascabencana hidrometeorologi diduga kuat menjadi pemicu yang mempercepat pembukaan celah tersebut secara mendadak.
Baca juga: Ekspedisi OceanX–BRIN Ungkap Misteri Gunung Laut Sulawesi yang Jarang Diteliti

Foto: Liputan6
Identifikasi Fenomena: Sinkhole dan Sungai Bawah Tanah
Hilangnya aliran sungai yang viral ini, menurut Ade Edward, merupakan manifestasi dari fenomena geologis yang dikenal sebagai sinkhole atau runtuhan tanah. Sinkhole terbentuk ketika lapisan tanah di permukaan runtuh atau tersedot ke dalam rongga kosong yang ada di bawahnya. Dalam kasus sungai, tekanan air yang deras menemukan celah yang baru terbuka atau melebar, menyebabkan air langsung 'tersedot' masuk dan membentuk sistem sungai bawah tanah.
Ini adalah proses alami dalam sistem hidrologi karst. Sungai yang tiba-tiba menghilang tersebut tidak benar-benar lenyap, melainkan berpindah jalur dari permukaan menuju saluran bawah tanah. Air ini akan muncul kembali di tempat lain—biasanya disebut mata air karst—setelah menempuh jarak tertentu di dalam rongga bumi.
Baca juga: Hutan Indonesia Kian Hilang, Bencana Alam Mengintai Tanpa Ampun
Potensi Bahaya dan Kebutuhan Kaji Cepat
Meskipun fenomena ini dapat dijelaskan secara ilmiah, Ade Edward memberikan peringatan serius mengenai risiko yang mengancam keselamatan warga.
"Fenomena ini dapat membahayakan warga, terutama jika terdapat permukiman di jalur aliran bawah tanah yang baru terbentuk," sebutnya.
Jika sinkhole terbentuk di bawah area pemukiman, risiko runtuhan tanah menjadi sangat tinggi. Struktur tanah di atas rongga menjadi tidak stabil, dan air sungai yang mengalir di bawahnya dapat mengikis pondasi batuan secara perlahan, berpotensi menyebabkan amblesan atau runtuhan besar.
Oleh karena itu, pakar mitigasi bencana ini menekankan pentingnya kaji cepat di lapangan. Penelitian mendesak ini diperlukan untuk memastikan secara tepat pemicu hilangnya air sungai dan memetakan jalur aliran air bawah tanah yang baru terbentuk. Pemetaan ini krusial untuk menentukan zona berbahaya dan mengambil langkah mitigasi yang tepat, termasuk kemungkinan relokasi jika permukiman berada tepat di atas jalur sinkhole aktif.
Fenomena 'sungai hilang' di Tanah Datar ini menjadi pengingat penting bagi Indonesia, khususnya wilayah Sumatera Barat yang secara geologis sangat aktif dan kompleks. Interaksi antara geologi karst yang rentan, curah hujan ekstrem akibat perubahan iklim, dan pergerakan tanah membutuhkan kewaspadaan dan perencanaan mitigasi bencana berbasis ilmu geologi yang lebih intensif, agar kejadian alam yang langka ini tidak berujung pada bencana bagi masyarakat.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

Tinggalkan Komentar