Teknologi.id - Diagnosis dini pada kanker sangat meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan. Namun banyak orang, terutama di negara berkembang, kekurangan fasilitas untuk mendeteksi penyakit.
Untuk mengatasi masalah ini, tim peneliti yang dipimpin Universitas di Buffalo sedang membuat pendeteksi kanker yang dapat digunakan oleh penyedia layanan kesehatan di area yang tidak memiliki rumah sakit, klinik, dan pusat perawatan lain.
Alat ini didasarkan pada biosensor unik dari emas yang dibuat tim peneliti. Ketika dipasangkan dengan komputer atau smartphone, sistem ini mampu mendeteksi kanker dari sampel darah.
"Smartphone dan komputer semakin umum ditemui. Sistem kami mengambil keuntungan dari itu. Kami telah merancang sistem skrining kanker yang sederhana namun efektif yang kami percaya pada akhirnya dapat digunakan untuk area yang paling membutuhkan," kata Qiaoqiang Gan, Ph.D., profesor teknik elektro di UB School of Engineering and Applied Sciences, dan penulis utama studi ini.
"Tes awal menunjukkan sistem kami sama efektifnya dengan tes diagnostik yang digunakan banyak rumah sakit. Kami berharap dapat memperbaiki sistem dan membawanya ke tangan orang-orang yang paling membutuhkannya. Semakin dini kita mendeteksi kanker, semakin baik hasil pengobatannya, "kata Yun Wu, Ph.D., asisten profesor teknik biomedis di UB, juga penulis utama studi ini.
Biomarker mengubah intensitas cahaya
Untuk menguji sistem, para peneliti memasang biosensor emas ke slide kaca. Mereka kemudian menempatkan sampel darah dari pasien kanker paru-paru di atas biosensor. Selanjutnya, mereka menyinari lampu LED ke sampel dan biosensor.
Darah mengandung partikel organik kecil yang disebut exosomes, yang mengandung biomarker kanker paru. Biomarker ini berikatan dengan biosensor dan menyebabkan intensitas cahaya berubah.
Dengan mengukur perubahan intensitas cahaya sebelum dan sesudah menerapkan sampel darah, peneliti dapat mendeteksi biomarker. Jenis penginderaan ini dikenal sebagai resonansi permukaan plasmon, atau penginderaan SPR.
Dalam percobaan dengan smartphone, peneliti memasang biosensor ke kamera ponsel. Sistem ini menyediakan pencitraan real-time dari exosomes yang mengandung reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EFGR). EFGR adalah protein yang biasa ditemukan pada pasien kanker paru-paru non-sel kecil yang dapat digunakan sebagai biomarker untuk skrining dan deteksi dini.
Sistem ini juga mampu mendeteksi biomarker lain yang disebut program kematian ligand 1 (PD-L1), yang merupakan protein yang dapat menghentikan sistem kekebalan dari menyerang sel kanker. Dokter mengukur tingkat PD-L1 pada pasien kanker paru untuk menilai efektivitas pengobatan.
Hasil keseluruhan menunjukkan sistem ini secara akurat melakukan penginderaan untuk tes diagnostik kanker umum.
Ada beberapa keuntungan dari sistem baru ini. Mungkin yang paling membantu, kata peneliti, adalah ukuran sistem yang kecil, kemudahan operasi dan biaya fabrikasi relatif rendah. Portabilitas sistem membuatnya ideal untuk area yang tidak memiliki akses ke layanan perawatan kesehatan.
(DWK)
Tinggalkan Komentar