Teknologi.id - Indonesia saat ini tengah mengembangkan layar ponsel anti retak dari bahan limbah kelapa sawit. Amanda Septevani, peneliti muda dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) adalah orang yang mencetuskan ide ini.
Layar ponsel dari limbah kelapa sawit ini dinilai lebih memiliki banyak keunggulan dibandingkan layar ponsel yang lain. Pasalnya, layar dari limbah kelapa sawit dikembangkan dengan teknologi nanoselulosa, yaitu teknologi yang dapat mengubah kandungan yang ada pada tumbuhan setelah melewati proses teknologi nano.
Dilansir dari DW, inspirasi untuk membuat penelitian ini datang dari kegiatan saat Amanda studi S3 di Australia. Ia juga pernah mengembangkan nanoselulosa dari rumput-rumput liar di Australia. Namun, saat ia pulang ke Tanah Air, gagasan tersebut dianggap tidak relevan, lalu ia pun memutuskan untuk membuat dengan bahan yang lain.
"Ketika saya pulang tentunya itu tidak relevan. Oleh karena itu, saya berusaha memikirkan aplikasi lain," ucapnya.
Baca Juga: Para Peneliti Oxford Ubah CO2 Menjadi Bahan Bakar Jet
Layar HP anti retak yang tengah dikembangkan oleh Amanda mempunyai substrat dari biomassa yang didapat dari limbah perkebunan dan pertanian.
Tandan kelapa sawit yang kosong kemudian menjadi sumber limbah yang digunakan sebagai bahan substrat. Selain kelapa sawit, tongkol jagung dan serat kenaf atau yute jawa juga memiliki potensi yang sama.
"Saat ini layar elektronik pada dasarnya didominasi dari substrat yang berasal dari gelas. Substrat yang berasal dari gelas ini tentunya akan mudah sekali retak. Penelitian yang kita kembangkan berasal dari nanoselulosa yang kemudian jadi lapisan tipis," jelas Amanda.
Lapisan tipis ini selanjutnya akan melalui teknik ultrafiltrasi dan hotpress. Setelah itu, dikeringkan menjadi lapisan tipis yang lebih fleksibel dan anti retak.
Baca Juga: Mediatek Berhasil Ungguli Qualcomm Jadi Chipset Terlaris
Limbah kelapa sawit dipilih dengan tujuan untuk menjadikan proses pembuatannya ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan banyak penelitian yang menggunakan substrat polimer yang tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu, ia memilih sumber yang dapat diperbaharui seperti limbah-limbah.
LIPI sendiri memberi dukungan penuh untuk Amanda dan penelitiannya ini, karena penelitiannya memiliki nilai ekonomis dan memberi inovasi dalam bidang kimia.
"Kami di LIPI sangat mendukung riset yang dilakukan generasi muda peneliti seperti Amanda. Jadi, kami membantu dengan men-support infrastruktur," kata Yenny Meliana, Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI.
(rh)
Tinggalkan Komentar