BRIN dan ROSATOM Rusia Kerja Sama Kembangkan Teknologi Nuklir untuk Kesehatan

Adellia Irmanda Azzahra . October 16, 2024

BRIN Rusia Teknologi Nuklir


Foto: BRIN


Teknologi.id - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) membangun kolaborasi bersama State Atomic Energy Corporation Rosatom (ROSATOM), sebuah perusahaan energi nuklir dari Rusia, untuk mengembangkan teknologi dalam memproduksi radioisotop dan radiofarmaka.


Tujuan kolaborasi ini adalah untuk meningkatkan kapasitas Indonesia dalam memproduksi dan menerapkan radioisotop serta radiofarmaka, yang sangat penting dalam bidang kesehatan, khususnya untuk diagnosis dan pengobatan berbagai penyakit, termasuk kanker.


“Kita berharap kerja sama dengan ROSATOM bisa mempercepat laju pengembangan teknologi dalam produksi radioisotop, yang menjadi concern (kekhawatiran) kita, baik berbasis reaktor maupun akselerator,” ujar Tita Puspitasari, Kepala Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri (PRTRRB) BRIN, dalam pertemuan kedua Joint Working Group (JWG) tentang Aplikasi Teknologi Nuklir Non-Energi, di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) B.J. Habibie, Serpong, Rabu (9/10).


Keputusan bekerja sama dengan ROSATOM ini mampu memperkaya dan meningkatkan teknologi dan berbagai inovasi yang sudah ada di BRIN sebelumnya.


Satu pemikiran dengan Tita, Rohadi Awaludin, Peneliti Ahli Utama PRTRRB BRIN, juga membeberkan bahwa saat ini BRIN sedang berfokus dalam memanfaatkan teknologi nuklir di sektor non-energi, di antaranya kesehatan, pertanian, dan pangan.


BRIN mempunyai program besar dalam memanfaatkan dan mengembangkan teknologi nuklir di bidang kesehatan. Program tersebut berfokus untuk menghasilkan radioisotop dan radiofarmaka, yang nantinya dapat digunakan untuk diagnosis dan terapi, terutama dalam diagnosis dan terapi kanker.


Pembahasan lebih lanjut bersama ROSATOM Rusia dinilai sangat penting agar BRIN dapat menetapkan bentuk kerja sama yang lebih konkret dalam memanfaatkan teknologi nuklir di sektor non-energi tersebut.


“Kita telah bertukar informasi dan berbicara terkait bentuk kerja samanya. Tentunya perlu dimatangkan lebih konkret lagi, sehingga, setelah pertemuan ini diharapkan akan ada pematangan lebih lanjut untuk kerja sama ke depan,” ungkap Rohadi, melansir brin.go.id, Sabtu (12/10).


Baca juga: BRIN & Jepang Kolaborasi Ciptakan Bahan Bakar Pesawat Ramah Lingkungan dari Kelapa


Sementara itu, Anna Belokoneva, Kepala Kantor Regional ROSATOM di Indonesia, memaparkan teknologi nuklir yang saat ini dimiliki oleh Rusia, termasuk yang digunakan di sektor pertanian dan kedokteran. Ia juga menyampaikan beberapa topik yang dapat menjadi bahan diskusi lebih lanjut untuk kerja sama yang lebih rinci dan terarah.


“Selama hampir 80 tahun Rusia aktif di bidang industri nuklir, sangat menyenangkan bisa berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan negara lain mengenai pemanfaatan tenaga nuklir, khususnya untuk kesehatan, kedokteran nuklir, teknologi radiasi, teknologi aditif, serta di berbagai bidang lainnya. Kami senang berbagi pengalaman yang kami yakini bisa berkontribusi pada kualitas hidup lebih baik,” Ucap Anna.



Foto: ANTARA


“Saat ini, ROSATOM berfokus dalam mengembangkan peralatan medis berteknologi tinggi dan menciptakan klaster medis lengkap untuk melayani masyarakat. Kami percaya semua teknologi yang kami tawarkan bisa memberikan kontribusi signifikan untuk masa depan yang lebih baik. Kami siap bekerja sama dengan Indonesia dan berbagi pengalaman dalam teknologi ini,” demikian pernyataan dari Wakil Kepala Divisi dan Direktur untuk Bisnis Internasional di ROSATOM, Boris Arseev.


Lebih lanjut, Direktur Kemitraan Riset dan Inovasi BRIN, Asep Riswoko mengatakan, Working Group on Non Power Applications merupakan salah satu working group yang menjadi bagian dari Joint Indonesian-Russian Coordinating Committee on Cooperation (JCC) in Nuclear Sphere, selain Working group on Nuclear Power Applications dan Working Group on Human Resources Development.


Berlangsungnya Joint Working Group (JWG) dan Joint Coordinating Committee (JCC) telah sesuai dengan perjanjian yang ditandatangani 1 Desember 2006 oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Rusia tentang pemanfaatan nuklir untuk tujuan damai.


Apa Itu Radioisotop dan Radiofarmaka?


Radioisotop adalah isotop radioaktif dari suatu elemen, yang dapat didefinisikan sebagai atom yang memiliki kombinasi neutron dan proton yang tidak stabil, atau mengandung energi berlebih di dalam nukleusnya. Penggunaan radioisotop dalam bidang medis telah dilakukan secara rutin selama lebih dari 30 tahun.


Sementara itu, radiofarmaka merupakan senyawa obat yang berlabel radioisotop dan dimanfaatkan dalam spesialisasi kedokteran nuklir untuk mendiagnosis dan menerapi berbagai penyakit.


Baca berita dan artikel yang lain di Google News.


(aia)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar