Tzipi Hotovely, saat ini menjabat sebagai menteri pemukiman Israel, merupakan pendukung kuat aneksasi tanah Palestina. Sumber Foto: Menahem Kahana/AFP/Getty Images.
Teknologi.id - Dalam wawancara yang mencuatkan perhatian, Duta Besar Israel untuk Inggris, Tzipi Hotovely, mengungkapkan pandangannya yang kontroversial terkait solusi konflik Israel-Palestina. Wawancara yang berlangsung bersama presenter SkyNews, Mark Austin, ini menjadi sorotan karena Hotovely terlihat sangat emosi ketika ditanya mengenai solusi dua negara yang selama ini diusung oleh komunitas internasional.
Hotovely memulai dengan menyatakan bahwa Perjanjian Oslo sudah tidak berlaku sejak serangan yang dilakukan oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober. Menurutnya, dibutuhkan suatu kesepakatan baru untuk menggantikan kerangka perjanjian yang sudah usang tersebut. Namun, ketika dia ditanya apakah kesepakatan baru tersebut akan mencakup pendirian negara Palestina, Hotovely dengan tegas menolaknya.
BREAKING: Israeli ambassador @TzipiHotovely rejects the idea of a two-state solution
"The answer is absolutely no", she says.https://t.co/cjkJJFipKp
📺 Sky 501, Virgin 602, Freeview 233 and YouTube pic.twitter.com/9z0fMWSSui
"Dunia harus tahu bahwa Perjanjian Oslo sudah gugur karena Palestina tidak pernah ingin membangun negara di sebelah Israel," ungkap Hotovely dengan nada tegas. Wawancara ini terjadi di tengah eskalasi kekerasan yang melibatkan gempuran brutal Israel ke Jalur Gaza Palestina dan Tepi Barat, yang telah menyebabkan lebih dari 18.600 korban jiwa sejak 7 Oktober. Sebagian besar korban tewas adalah anak-anak dan perempuan, yang semakin memperdalam keprihatinan dunia internasional terhadap konflik yang terus berkecamuk.
Hotovely juga menolak solusi dua negara, yang selama ini menjadi pendekatan yang dianjurkan untuk meresolusi konflik. Menurutnya, fokus pada formula tersebut dapat menciptakan gerakan radikal dan ekstremis di pihak Palestina. Mark Austin, presenter SkyNews, terus mendesak Hotovely untuk menjelaskan pandangan Israel terkait perdamaian dengan Palestina, khususnya melalui solusi dua negara.
"Bagaimana Anda bisa menjamin perdamaian di Israel tanpa menawarkan pendirian negara kepada Palestina?" tanya Austin.
Baca juga: Israel Mulai Banjiri Terowongan Hamas Pakai Air Laut
Palestina Disebut Tidak Mau Berdamai
Hotovely kembali menegaskan bahwa alasan tidak adanya perdamaian adalah karena, menurutnya, Palestina sendiri tidak berkeinginan untuk berdiri sebagai sebuah negara merdeka di samping Israel. Pernyataan tersebut menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang kemungkinan mencapai kesepakatan damai di masa depan.
Dengan kerumitan yang semakin bertambah di Timur Tengah, wawancara ini membuka ruang untuk refleksi lebih dalam tentang peran masing-masing pihak dan kemungkinan mencari pendekatan baru dalam menyelesaikan konflik yang telah lama berlangsung ini. Kritik dan reaksi terhadap pernyataan Hotovely mencerminkan kebutuhan mendesak untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak demi perdamaian yang berkelanjutan.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(tqhf)
Tinggalkan Komentar