Peta persaingan bisnis di dunia, khususnya Indonesia, perlahan mengalami perubahan yang cukup drastis. Kini, tidak hanya brand-brand besar dengan bentuk dan metode bisnis konvensional yang menguasai pasar dan industri, tetapi juga brand-brand sederhana dan kecil dengan kekhasan dan metode bisnis yang khas dan unik. Inilah yang kita sebut sebagai artisan brand.
Artisan brand memiliki beberapa ciri khas yang mencolok :
- Lahir dari passion dan minat sang pendiri terkait minat yang ia tekuni.
- Memiliki elemen personal sang pemilik yang kental.
- Membangun dan memasarkan brandnya dengan menekankan pada narasi dan aspek emosional.
- Muncul dan berkembangan dengan semangat komunitas yang diiringi dengan sentuhan kultur lokal.
Menurut Handoko Hendroyono, artisan brand selalu berawal dari kisah perjalanan dan proses pribadi sang pemilik yang umumnya terkait dengan kesadaran dan pengembangan potensi lokal yang ada di sekitarnya. Cara mereka membangun brandnya pun tergolong unik, sebab artisan brand banyak menggunakan teknologi Internet dan proses komunikasi yang engaging dan khas sehingga dapat mengikat perhatian dari masyarakat, khususnya kalangan anak muda.
Dengan proses pemasaran yang tidak konvensional, alih-alih mencari pembeli sebanyak mungkin, artisan brand lebih banyak mengumpulkan penggemar dan membangun basis komunitas dari brandnya itu sendiri. Alhasil, artisan brand banyak berfokus pada pengembangan komunitas dan pembeli loyal dari brand tersebut.
Belajar dari Pipiltin Cocoa & Lawless
Sebagian besar orang mungkin tidak tahu bahwa Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara penghasil cokelat terbesar di dunia. Fakta inilah yang mendorong Irvan Helmi, salah satu co-founder Anomali Coffee, untuk membangun kedai cokelat bernama Pipiltin Cocoa bersama kakaknya.
Irvan dan kakaknya melihat potensi cokelat Indonesia yang begitu besar, dan kemudian memutuskan untuk langsung terjun ke kebun-kebun cokelat di berbagai wilayah penghasil cokelat di Indonesia. Selain itu, ia juga ikut membeli hasil produksi dengan harga yang lebih tinggi dan hal tersebut ia barengi dengan membantu para produsen cokelat untuk meningkatkan kualitas produksinya.
Dari sini, mereka berdua ingin membangun kisah yang mengikat : bahwa produk cokelat di Indonesia beraneka ragam dan berkualitas dari tiap daerahnya dan setiap produk cokelat memiliki perjalanan dan proses yang begitu panjang untuk sampai di cangkir pelanggan. Dari sini, dapat ditumbuhkan semangat akan kelokalan yang bisa dijadikan senjata untuk menarik minat calon konsumen.
Baca juga: Ini Sektor Bisnis yang Tak Goyah Selama Krisis Pandemi
Jika Pipiltin Cocoa dikembangkan dengan semangat kelokalan, lain halnya dengan Lawless. Brand garapan Gofar Hilman dan kawan-kawannya ini mengusung passion akan kultur musik rock n’ roll, street art, dan tato. Hal ini disuntikkan secara konsisten ke dalam kegiatan pemasaran dan promosi mereka. Komunikasi pun dilakukan secara jujur dan begitu apa adanya. Hasilnya, mereka sukses untuk menggaet target pasar yang dituju. Terlebih lagi, kini Lawless telah berhasil melebarkan sayap mereka ke industri kuliner dengan menelurkan Lawless Burgerbar dan Lawless Dogbar yang juga konsisten dengan passion awal yang mereka bawa.
Perkembangan brand-brand kecil yang khas dengan keunikannya masing-masing membuat persaingan bisnis semakin ramai dan sengit. Dengan modal yang tidak terlalu besar, kamupun bisa mengembangkan artisan brand-mu sendiri dengan semangat dan ciri khas tertentu untuk membangun basis komunitasmu. Yang terpenting adalah bagaimana kamu dapat mengolah kreativitas dan narasi yang ingin kamu bangun sehingga bisnismu dapat menarik orang yang memiliki minat dan ketertarikan yang sama dengan bisnismu.
Tinggalkan Komentar