Foto: Head Topics
Teknologi.id – Pemerintah Arab
Saudi pada Desember lalu meluncurkan program metaverse yang memungkinkan umat Muslim di seluruh dunia mengunjungi
Ka'bah secara virtual.
Program ini bernama 'Virtual Hacerülesved' atau Hajar Al-Aswad Virtual ini diluncurkan
Imam Besar Ka'bah, Abdurrahman Sudeysi,
dan bekerja sama dengan Universitas Umm al-Qura serta Kementerian Pameran dan
Museum Arab Saudi.
Hal tersebut memunculkan ide,
jika Ka’bah sudah ada di metaverse, bagaimana kalau ibadah Haji juga dilakukan di metaverse.
Perdebatan ini tampaknya tidak
sampai ke Indonesia, tapi cukup
ramai di Timur Tengah. Hal tersebut
ditanggapi oleh Turki.
Kementerian Agama Turki atau yang lebih sering disebut Diyanet menyatakan bahwa mengunjungi
Ka'bah melalui metaverse tidak dianggap
sebagai 'ibadah haji sesungguhnya.'
Diyanet menyatakan pada Selasa
(1/2) bahwa mengunjungi Ka'bah secara virtual tidak akan dihitung sebagai
ibadah.
Baca juga: Game Duckie Land Tawarkan Cara Baru Bertani Virtual di Metaverse
"[Ibadah haji di metaverse]
ini tidak dapat terjadi," kata Remzi Bircan, Direktur Departemen Layanan
Haji dan Umrah Diyanet, seperti dikutip dari Hurriyet Daily News.
"Para kaum mukmin bisa
membayar untuk kunjungan ke Ka'bah di Metaverse, tetapi ini tak bisa dianggap
sebagai ibadah sesungguhnya," ujarnya.
Mereka memutuskan haji harus
dilakukan di dunia nyata. Ka’bah lewat VR dianggap sama saja dengan layanan VR
di sejumlah museum dunia.
(fpk)
Tinggalkan Komentar