Foto: KoinWorks
Teknologi.id - Mayoritas warga di Asia Tenggara cenderung memilih kode OTP (One Time password) sebagai jaminan keamanan aplikasi perbankan digital atau yang biasa dikenal dengan sebutan e-wallet.
Laporan Kaspersky, lembaga keamanan siber asal Rusia, menyatakan bahwa kesadaran pengguna dalam ruang digital terus meningkat. Salah satu laporannya yang bertajuk Mapping a secure path for the future of digital payments in APAC' menunjukkan bahwa 67% pengguna e-wallet di Asia Tenggara memilih penerapan OTP pada setiap transaksi digital.
Baca juga: Dompet Digital Tidak Menjamin Uangmu 100% Aman
Mengingat betapa kompetitifnya sektor perbankan digital, perusahaan harus berinovasi pula dalam penjagaan keamanannya. Apalagi, ukuran pasar Asia Tenggara yang cukup besar akan memberi dampak yang cukup signifikan apabila terjadi hal yang tidak diinginkan.
Beberapa fitur keamanan yang disediakan penyelenggara e-wallet antara lain yaitu OTP, otentikasi 2 faktor (2FA), keamanan biometrik seperti finger print dan pemindai wajah, serta tokenisasi.
Beragamnya pilihan fitur keamanan tetap membuat masyarakat Asia Tenggara untuk mempercayai OTP. Namun demikian, bukan berarti fitur lain lebih rentan dari segi keamanan.
Baca juga: Cuan Bareng Lewat Aplikasi Isi Survey Nusaresearch
Salah satu contoh fitur keamanan yang tidak kalah efektif dari OTP adalah keamanan biometrik melalui finger print dan pemindai wajah. Sayangnya, yang menjadi kekurangan adalah apabila jari terluka atau wajah tidak terlihat seperti saat dipindai, maka sulit melakukan verifikasi. Oleh karena itu, biasanya keamanan biometrik disertai dengan cadangan pin yang dapat dimasukkan.
(AVM)
Tinggalkan Komentar