Ilustrasi. Foto: Shutterstock/Paisit Teeraphatsakool
Teknologi.id - Rapyd, sebuah perusahaan fintech global, mengadakan survey tentang metode pembayaran yang paling banyak digunakan di Indonesia.
Hasilnya, OVO menjadi e-wallet paling banyak digunakan. Survey ini juga menujukan bahwa pembayaran online lebih populer di Asia daripada pembayaran melalui bank.
Baca juga: Teknologi Baru Zoom: Blokir Akun Berdasarkan Lokasi
Survey yang berjudul Asia Pacific E-commerce and Payment Guide 2020 menujukan bahwa OVO menjadi e-wallet paling banyak digunakan baik untuk pembayaran online maupun offline selama bulan Maret dan April, diikuti dengan pembayaran dengan menggunakan kartu debit, transfer ATM, lalu e-wallet milik Gojek, yakni GoPay.
Metode Pembayaran Paling Banyak Digunakan pada Bulan Maret 2020 di Indonesia. Foto: Rapyd
"Meskipun kartu debit sering digunakan, popularitasnya tidak sekuat e-wallet untuk transaksi sehari-hari," begitu isi laporan hasil survey tersebut.
Dari survey yang dilakukan, responden diminta memilih metode pembayan yang paling disenangi dan 17,8% diantaranya memilih untuk menggunakan OVO, 12,2% memilih untuk menggunakan klikBCA, 10,4% memilih ATM transfer, dan sebanyak 8,6% memilih menggunakan e-wallet DANA.
Persentase Metode Pembayaran yang Disukai Masyarakat Indonesia. Foto: Rapyd
Survey lain yang dilakukan oleh Ipsos Indonesia menujukan bahwa GoPay merupakan e-wallet paling populer di Indonesia, karena banyak digunakan sebagai metode pembayaran transportasi Gojek. OVO meraih popularitasnya setelah bekerja sama dengan Grab dan Tokopedia.
Laporan tersebut juga menujukan kartu kredit masih menjadi metode pembayaran paling populer di Jepang, Singapura, dan Taiwan. Indonesia, India, Malaysia, dan Thailand lebih memilih e-wallet sebagai metode pembayaran paling populer.
Berdasarkan laporan e-Conomy SEA tahun 2019 dari Google, Temasek dan Bain & Company, 47 juta penduduk Indonesia memiliki rekening bank, namun tidak memiliki kartu kredit, investasi, dan asuransi, sementara 92 juta penduduk lainnya tidak memiliki rekening bank sama sekali.
Baca juga: Modus Endorsmen Mulai Jadi Bahan Penipuan, Ini Tips dari YouTuber
Fintech menjadi pilihan karena dapat merangkul orang-orang yang tidak memiliki rekening bank dan penduduk di daerah terpencil untuk dapat mengakses layanan finansial.
Laporan e-Conomy memprediksi ekonomi digital Indonesia mampu berkembang sampai USD 130 miliar pada tahun 2025. Sementara itu, pembayaran digital di Asia Tenggara diharapkan bisa mencapai USD 1,1 triliun pada tahun 2025.
Transaksi dengan e-wallet juga diprediksi akan terus berkembang sampai 5 kali lipat dalam kurun waktu 5 tahun hingga melebihi USD 114 juta pada tahun 2025 nanti.
(im)
Tinggalkan Komentar