Foto: OpenXcell
Teknologi.id – Front-end developer dan back-end developer adalah dua pekerjaan yang berbeda.
Meskipun keduanya bekerja dengan memasukkan bahasa-bahasa program, front-end developer dan back-end developer itu memiliki tugas masing-masing yang berbeda. Front-end dan back-end itu bidang yang berbeda, tetapi tetap saling melengkapi.
Front-end developer adalah developer yang menggunakan koding untuk merancang kinerja situs web atau aplikasi yang dapat dilihat oleh user (pengguna).
Back-end developer adalah developer yang menggunakan koding untuk merancang kinerja situs web atau aplikasi yang tidak dapat dilihat oleh pengguna.
Berikut ini perbedaan front-end dan back-end developer dalam membangun sebuah web atau aplikasi.
Baca juga: Perbedaan Antara Front-end, Back-end, dan Full-Stack Developer
Front-End Developers
Karakteristik front-end developer:
Biasanya, bahasa koding yang mereka gunakan adalah HTML, CSS, dan JavaScript.
Frameworks dan libraries yang mereka gunakan ada AngularJS, React.js, jQuery, atau Sass.
Tugas seorang front end adalah untuk menuliskan kode alias menstrukturkan kinerja suatu web atau aplikasi yang dapat dipakai.
Selain bekerja sama dengan back end, front end juga bekerja sama dengan UI dan UX designers untuk rancangan estetika dan gaya.
HTML sebagai bahasa koding untuk merancang tampilan suatu situs web adalah bahasa yang paling standar. Pada umumnya, semua front end pasti kenal dengan HTML.
CSS biasanya menjadi kegemaran front end untuk mengatur warna, gaya, dan fonts (fon) yang ada di situs web. Seorang front end dapat mengkombinasikan CSS dengan framework Sass atau Less.
Javascript dikenal bagus jika membutuhkan tampilan yang memiliki video, audio, animasi, dan mainan.
Baca juga: Proses Kerja Front End Developer
Back-End Developers
Karakteristik seorang back-end developer:
Bahasa koding yang biasanya mereka gunakan adalah Python, JavaScript, Node.js, PHP, C++, Java, dan Ruby.
Frameworks dan libraries yang mereka gunakan ada Express, Django, dan Spring.
Tugas seorang back end adalah untuk menuliskan kode di balik layar yang tidak bisa bisa dilihat pemakai web atau aplikasi.
Contoh hasil kode back end itu, seperti menyimpan formulir pendaftaran pengguna web, melanjutkan pengguna pada halaman pembayaran, dan menghitung total suatu variabel.
Bahasa koding Python cukup mudah untuk digunakan. Biasanya back end mengkombinasikan bahasa ini dengan framework dari Flask, Django, dan NumPy.
Ruby sangat bagus jika suatu situs web atau aplikasi memiliki jumlah traffic penggunanya tinggi.
JavaScript, Node.js, PHP, dan C++ juga merupakan bahasa koding yang dapat dipakai, dengan cara yang cukup simpel.
Baca juga: Menyelami Dunia Back-end dan Front-end Developer
Kedua Bidang Patut Berkolaborasi
Kedua bidang kerja ini berbeda dan mereka akan selalu saling kerja sama. Salah satu bidang ini tidak bisa dihilangkan dan hanya mengandalkan satu untuk mendesain suatu web atau aplikasi.
Kedua bidang ini perlu saling berkomunikasi. Hal yang diperhatikan oleh front end ialah kinerja-kinerja visualnya situs web atau aplikasi, seperti tombol, pemutaran video, penampilan konten, link (tautan), dan sebagainya.
Back end mengisi kinerja di balik layar, seperti bagaimana data diolah ketika pengguna memakai web atau aplikasi-nya.
Tombol-tombol yang dipasang oleh front end harus berguna untuk sesuatu hal yang produktif. Misalnya, jika suatu web adalah sebuah online shop, front end bertugas untuk memastikan gambar-gambar terlihat dan tombol beli barang bisa digunakan.
Back end harus memastikan jika seorang pengguna menambahkan tombol jumlah suatu barang memang benar berjumlah demikian. Jika pengguna memutuskan untuk membeli dua kaos kaki, back end harus memastikan variabel kaos kaki yang terdaftar dalam sistem memang sudah benar ada dua.
(ras)
Tinggalkan Komentar