Foto: Pacific Dermatology Specialist
Teknologi.id - Badan Pengawas Obat dan Makanan
(FDA) Amerika Serikat telah memberikan persetujuan untuk perangkat genggam
pertama yang menggabungkan kecerdasan buatan (AI) guna membantu dokter dalam
mengidentifikasi tiga jenis utama kanker kulit, yakni melanoma, karsinoma sel
basal, dan karsinoma sel skuamosa.
Perangkat inovatif ini diproduksi oleh DermaSensor, perusahaan yang
berbasis di Miami, dan saat ini sudah dapat digunakan oleh sekitar 300.000
dokter umum di Amerika Serikat. Namun, FDA menetapkan batasan usia penggunaan
perangkat ini hanya untuk pasien yang berusia di atas 40 tahun.
Dokter disarankan menggunakan perangkat ini hanya untuk lesi yang sudah
diidentifikasi sebagai mencurigakan dan menunjukkan tanda-tanda kanker kulit.
Meskipun dapat menjadi alat bantu yang sangat membantu, perangkat ini tidak
boleh diandalkan sepenuhnya untuk keperluan diagnosis, sesuai dengan regulasi
FDA.
Baca juga Peduli Lansia, Jepang Kembangkan Teknologi AI untuk Memantau Pengemudi
Walaupun DermaSensor telah mendapatkan persetujuan untuk memasarkan
perangkatnya, FDA menekankan perlunya perusahaan melakukan pengujian klinis
pasca-pasar tambahan untuk memvalidasi kinerja perangkat ini pada kelompok
demografis lainnya.
Umumnya, dokter mendiagnosis kanker kulit melalui dermatoskopi, sebuah
prosedur di mana profesional medis memeriksa kulit pasien secara visual atau
menggunakan kaca pembesar khusus untuk mengevaluasi tahi lalat atau lesi.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), kanker kulit
merupakan jenis kanker paling umum di Amerika Serikat, dan umumnya terjadi pada
mereka yang berusia 60 tahun ke atas.
Melanoma, sebagai bentuk kanker kulit yang paling umum, menjadi penyebab kematian sekitar 9.000 orang setiap tahunnya di Amerika Serikat.
Persetujuan FDA terhadap perangkat DermaSensor didasarkan pada hasil
studi yang menunjukkan tingkat sensitivitas perangkat mencapai 96 persen dalam
mendeteksi 224 kasus kanker kulit. Hasil negatif dari perangkat ini juga
memiliki peluang sebesar 97 persen untuk bersifat jinak, menurut klaim dari
perusahaan.
Baca juga: Spine Clinic Family Holistic: Mitra Unggul dalam Teknologi Mengatasi Skoliosis
Dr. Maurice Ferre, salah satu pendiri dan ketua DermaSensor, menyatakan
bahwa pencapaian ini adalah bukti dari investasi besar perusahaan dalam
penelitian dan pengembangan selama 12 tahun. Perangkat ini akan tersedia
melalui layanan berbasis langganan, dengan biaya sebesar 199 dolar AS (sekitar
Rp 3,1 juta) per bulan untuk lima pasien atau 399 dolar AS (sekitar Rp 6,3
juta) per bulan untuk penggunaan tanpa batas.
Baca Berita dan Artikel yang lain
di Google News
(LF)
Tinggalkan Komentar