Microsoft Ungkap Fakta 92% Pekerja Indonesia Unggul dalam Pakai AI

Bunga Melssa Maurelia . June 14, 2024
pekerja indonesia menggunakan ai
Sumber: Unsplash.com/Matthew Manuel


Teknologi.id - Raksasa teknologi Microsoft dan platform jejaring profesional LinkedIn baru saja merilis laporan tahunan Work Trend Index 2024 pada Selasa (11/6/24). Laporan yang berjudul "AI at work is here, Now comes the hard part" ini membahas penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) di dunia kerja.

Laporan ini didasarkan pada survei terhadap 31.000 orang di 31 negara, termasuk Indonesia, serta tren ketenagakerjaan dan perekrutan di LinkedIn, dan pola produktivitas software Microsoft 365 (Word, Teams, PowerPoint, dll).

Indonesia Unggul dalam Penggunaan AI Generatif 


pekerja indonesia menggunakan ai
Sumber: Fortune Indonesia


Menurut data dari Microsoft Indonesia, sebanyak 92 persen pekerja kantoran (knowledge workers) di Tanah Air sudah menggunakan AI generatif di tempat kerja. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata global (75 persen) dan Asia Pasifik (83 persen).

Dharma Simorangkir, Presiden Direktur Microsoft Indonesia, menyatakan bahwa data ini membuktikan tingginya tingkat kreativitas dan rasa ingin tahu talenta-talenta Indonesia. “Angka ini secara global paling tinggi di seluruh dunia, yang menjadi nomor satu adalah Indonesia,” kata Dharma.

“Ini menjadi peluang besar bagi populasi produktif kita untuk tumbuh lebih besar,” tambahnya dalam acara media roundtable di kantor Microsoft Indonesia, Jakarta Selatan, Selasa (11/6/24).

Dharma juga menjelaskan bahwa kecepatan Indonesia dalam beradaptasi dan bertumbuh di era AI ini menunjukkan bahwa negara ini berada di jalur yang tepat untuk merealisasikan peluang ekonomi digital dan menciptakan dampak positif bagi masyarakat luas.

Pentingnya Adopsi AI bagi Para Pemimpin Perusahaan 


pekerja indonesia menggunakan ai
Sumber: Gizmologi


Laporan Microsoft dan LinkedIn juga menemukan bahwa sebanyak 91 persen pemimpin di Indonesia percaya akan pentingnya adopsi AI demi menjaga keunggulan kompetitif perusahaan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata global (79 persen) dan Asia Pasifik (84 persen).

Namun, sekitar 48 persen pemimpin tersebut khawatir bahwa organisasi mereka belum memiliki rencana dan visi yang jelas untuk menerapkan AI. Angka ini lebih rendah daripada rata-rata global (60 persen) dan Asia Pasifik (61 persen).

Karena kekhawatiran ini, sebanyak 76 persen karyawan di Indonesia mengambil inisiatif sendiri untuk membawa perangkat atau solusi AI mereka ke tempat kerja. Mereka secara mandiri berlangganan layanan AI seperti Microsoft Copilot atau ChatGPT dan menggunakannya di tempat kerja tanpa menunggu perusahaan menyediakan fasilitas tersebut.

Data menunjukkan bahwa 85 persen Gen Z (kelahiran 1997-2012), 78 persen Milenial (kelahiran 1980-1995), 76 persen Gen X (kelahiran 1965-1980), dan 73 persen Boomers (kelahiran 1946-1964) membawa teknologi AI sendiri ke tempat kerja.

Risiko dan Tanggung Jawab Pemimpin Perusahaan

Penggunaan AI secara mandiri (bring your own AI) berpotensi membawa risiko terhadap data perusahaan yang sensitif. Oleh karena itu, pemimpin perusahaan harus mempertimbangkan bagaimana menerapkan AI dalam skala besar sambil memastikan keamanan data dan menghasilkan pengembalian investasi (ROI) yang maksimal.

Dharma Simorangkir menekankan bahwa pemimpin harus menyalurkan antusiasme penggunaan AI dengan tiga langkah utama: 

  • Mengidentifikasi masalah bisnis dan mengintegrasikan AI ke dalam solusinya
  • Mengambil pendekatan top-down dan bottom-up dalam pengambilan keputusan
  • Memprioritaskan pelatihan keterampilan AI bagi setiap individu di perusahaan.

Peningkatan Standar dan Peluang Karier

Laporan Microsoft dan LinkedIn juga menunjukkan bahwa AI tidak hanya meningkatkan standar pekerjaan, tetapi juga membuka peluang karier.

Sebanyak 69 persen pemimpin di Indonesia enggan merekrut seseorang tanpa keterampilan AI, dan 76 persen cenderung lebih memilih kandidat dengan pengalaman kerja yang lebih sedikit tetapi mahir menggunakan AI, dibandingkan dengan kandidat berpengalaman tanpa keterampilan AI.

Rohit Kalsy, Indonesia Country Lead di LinkedIn, menekankan pentingnya profesional untuk fokus pada peningkatan keterampilan AI melalui pelatihan.

Data global menunjukkan peningkatan sebesar 142 kali dalam keanggotaan LinkedIn yang menambahkan keterampilan AI ke profil mereka. Ada juga peningkatan sebesar 160 persen dalam karyawan non-teknis yang menggunakan kursus LinkedIn Learning untuk mempelajari AI lebih dalam. Penyebutan AI dalam unggahan peluang kerja di LinkedIn meningkatkan lamaran kerja sebanyak 17 persen.

Baca juga: Terjawab Sudah! Ini Alasan Microsoft Yakin AI Tidak Akan Gantikan Pekerjaan Manusia

Fenomena AI Power User

Temuan terakhir dari laporan Microsoft dan LinkedIn mengungkapkan adanya fenomena AI Power User, yaitu pengguna yang memakai AI secara ekstensif dan menjadikannya bagian integral dari pekerjaan sehari-hari.

Sebanyak 93 persen power user di Indonesia menggunakan AI untuk memulai hari kerja mereka, dan 94 persen menggunakannya untuk mempersiapkan esok hari. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global (85 persen) dan Asia Pasifik (88 persen).

Selain itu, sebanyak 73 persen power user di Indonesia lebih tertarik untuk bereksperimen dengan AI, lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata global (68 persen) dan Asia Pasifik (51 persen).

Laporan tahunan Work Trend Index 2024 dari Microsoft dan LinkedIn menunjukkan bahwa pekerja kantoran di Indonesia unggul dalam penggunaan AI dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di negara lain.

Tingginya adopsi AI di Indonesia mencerminkan kreativitas dan rasa ingin tahu yang tinggi di kalangan pekerja pengetahuan. Meskipun ada kekhawatiran tentang kesiapan organisasi dalam menerapkan AI, inisiatif mandiri karyawan menunjukkan komitmen mereka untuk memanfaatkan teknologi ini.

Pemimpin perusahaan di Indonesia diharapkan untuk merangkul AI dengan strategi yang tepat, memastikan pelatihan keterampilan AI bagi karyawan, dan mengintegrasikan AI ke dalam solusi bisnis untuk menjaga keunggulan kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi digital.

Baca berita dan Artikel lain di Google News

(bmm)

author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar