Kalian mungkin enggak asing dengan cerita para karyawan yang kena PHK di masa kritis ini, saat virus corona melumpuhkan perekonomian Indonesia. Gue juga begitu.
Gue sama sekali enggak asing dengan cerita ini, karena gue adalah salah satu pemeran utamanya di sini. Lebih tepatnya…. keluarga gue adalah salah satu pemeran utama dari drama PHK yang enggak kelar-kelar ini.
Satu Keluarga Hampir Mati Waktu Bokap Di-PHK
Tapi untungnya, keuangan keluarga kita terselamatkan oleh Kakak gue yang punya ini!
Jadi ceritanya, 2 bulan kemarin, setelah satu bulan melakukan work from home, Bokap dapat kabar kalau dia resmi diberhentikan tanpa dibayar, alias unpaid leave.
Gue inget banget, waktu itu rasanya speechless denger kabar itu.Bukan karena enggak bisa terima… tapi gue takut kalau gue terpaksa harus berhenti kuliah di tengah jalan karena orangtua gue enggak sanggup bayar.
Karena… gue juga baru tahu kalau uang simpanan Bokap di rekening tinggal Rp 10 juta.Sementara bulan depan, gue butuh uang semesteran Rp 8 juta. Terus, sisanya Rp 2 juta. Memang cukup untuk penuhi kebutuhan bulan ini?Harga listrik di rumah aja, gue yakin di atas Rp 1 juta…
Baca juga: Taktik Berhenti Bokek Tiap Akhir Bulan Tanpa Kerja Tambahan
Gimana gue enggak speechless? Maksud gue, dengan gaji Rp 35 juta sebulan, masa Bokap sama sekali enggak punya simpenan? Padahal beliau udah kerja selama 10 tahun di hotel kenamaan di Tanah Air.
Kemudian besokannya, perubahan mulai terlihat. Mulai dari beberapa lampu yang dimatikan, sampai makanan yang dikurangi.Lalu satu bulan kemudian, perubahan-perubahan lainnya makin terlihat.
Makanan semakin berkurang, beberapa barang-barang antik di ruang tengah juga menghilang. Gue pun diam-diam membantu orangtua gue dengan menjual beberapa barang berharga yang enggak kepake, seperti kamera, atau iPhone lama gue di twitter.
Gue juga cerita ini sama Kakak gue yang lagi mengembangkan usaha kulinernya di Bandung dan enggak bisa pulang karena wilayah kita lagi PSBB.
Untung Ada Kakak!
“Bokap dipecat bulan lalu.” Kata gue memberi kabar Kakak gue di Bandung.
Untuk beberapa detik, kami berdua sama-sama diam. Enggak ada yang memulai pembicaraan.
“Terus?” Tanya Kakak.
“Bokap waktu itu jujur, simpenan di rekeningnya tinggal sepuluh juta.” Kata gue lamban dan hati-hati.
Enggak ada suara di sana, kemudian Kakak gue nyaut,
“Oke. Gue akan hubungi Nyokap.”Kelanjutannya, Gue bisa dengar Nyokap sesegukan di kamar menceritakan kronologi Bokap dipecat.
Tapi setelahnya, enggak ada suara lainnya, selain teriakan nyokap yang bersyukur kepada Tuhan.Gue enggak tahu apa yang terjadi di telepon. Tapi gue yakin, itu adalah kabar baik.
Baca juga: Seribu Perak Sehari Bisa Bantu Kamu Cicil Rumah? Seriusan?
Dan benar saja, keluarga kita tertolong oleh Kakak gue yang rela mengeluarkan dana daruratnya dan menjual beberapa aset investasinya untuk membantu perekonomian keluarga selama Bokap belum dapat pekerjaan baru.
Dalam telepon, dia cerita banyak bagaimana dalam satu tahun dia bisa memenuhi kebutuhan dana darurat dia. Dia kerja keras, enggak tidur, enggak pulang ke rumah, demi membesarkan usaha kulinernya yang sedang dia rintis sejak dua tahun lalu.
Dan ternyata bener aja, semua kerja kerasnya itu terbayarkan ketika dia bisa mengumpulkan dana darurat.Terus, ketika dia mulai melakukan investasi di beberapa instrumen.
Pokoknya dia menjadi sosok yang serba terencana.Kerja kerasnya untuk membesarkan bisnisnya juga enggak sia-sia. Sekarang dia udah punya 20 cabang tersebar di Indonesia, termasuk Bandung, di mana dia sedang menetap sementara saat ini.
Sejak saat itu… gue mulai berubah.Gue bertekad untuk menjadi orang yang serba penuh persiapan seperti Kakak. Gue ingin menjadi orang seperti Kakak.
Meski saat ini gue sedang S2, tapi gue punya sedikit penghasilan dengan menjadi freelance designer di beberapa media dan creative agency.
Baca juga: Dasar, Aplikasi Finansialku Emang Kampreeeeet!
Mungkin ini saatnya buat gue untuk mulai memikirkan masa depan, dengan sedikit demi sedikit mengumpulkan dana yang gue butuhkan.Maka akhirnya, gue mulai pelan-pelan mengumpulkan dana darurat setelah gue curhat lama dengan Kakak.
Dia juga merekomendasikan gue untuk menggunakan aplikasi Finansialku karena biaya langganannya cukup murah, cuma Rp 350.000 per tahun!Gue bahkan dapet potongan Rp 50.000 karena masukin kode HEMAT50 dari Kakak. Stres emang, Kakak gue keren banget!!
Ini, ‘kan sama aja gue cuma perlu bayar 800 perak doang per harinya, dan gue udah bisa rencanain dana semau gue!
Gue bahkan bisa konsultasi gratis dengan para perencana keuangan kapan pun dan di mana pun! Gimana enggak keren coba!
Fitur Konsultasi Keuangan dengan Perencana Keuangan di Aplikasi Finansialku
Anyway, Dia kemudian menuntun gue untuk merencanakan dana darurat dengan menggunakan menu ‘Rencana Keuangan’ di aplikasinya.
Fitur Rencana Keuangan Aplikasi Finansialku
Setelah dibuka, ternyata ada beberapa fitur yang ada di dalam menunya.
Fitur ‘Dana Darurat’ Rencana Keuangan di Aplikasi Finansialku
Gue kemudian pilih fitur paling pertama, yaitu Dana Darurat. Gue akhirnya mengisi formulir sederhana itu, kemudian menekan tombol ‘hitung’.
Form Isian Dana Darurat
Hasil Perhitungan Dana Darurat
Buset!!Gue kaget, dong, kenapa dana darurat yang gue butuhin di masa depan nanti banyak banget?!!!!Itu serius duit semua?!!!
Tapi….. setidaknya gue sudah mulai dari sekarang, ‘kan? Daripada gue harus keteteran di masa depan, gue lebih milih untuk hemat di masa sekarang dan mempersiapkan semuanya bareng aplikasi Finansialku, dan tentunya barengan dengan Kakak gue!
Setidaknya, sekarang gue dan orangtua gue dengan enggak mati kelaparan, dan gue makin dekat dengan tujuan keuangan pertama gue!
Btw, kalau lo, berapa jumlah dana darurat yang dibutuhin dan yang udah kekumpul? Kalau lo belum tau, coba cek deh pakai Aplikasi Finansialku. Gampang se gampang-gampangnya kok! Kamu tinggal download di Google Play Store atau di Apps Store.
Selamat mencoba...
Tinggalkan Komentar