Teknologi.id - Pada pekan lalu, Google Translate dilaporkan telah menambahkan lima bahasa baru dalam layanannya yang terdiri dari Kinyarwanda, Odia (Oriya), Tatar, Turkmen, dan Uyghur.
Penambahan bahasa ini merupakan yang pertama dilakukan Google dalam waktu empat tahun. Sehingga, jumlah total bahasa yang didukung layanan ini mencapai 108.
Google mengatakan populasi penutur bahasa kolektif dari lima bahasa tersebut adalah sekitar 75 juta orang di seluruh dunia. sebelumnya Google mengalami kendala dalam mempelajari bahasa-bahasa tersebut karena kurangnya teks online yang digunakan untuk melatih model pembelajaran mesin Google.
Baca juga : Sah! Skema Whitelist Dipakai untuk Blokir IMEI Ponsel BM
Kendala lainnya adalah kurangnya sumber daya komunitas yang dapat memperbaiki model mesin sehingga mampu menerjemahkan bahasa dengan akurat.
Tetapi Google mengatakan bahwa mereka melihat banyak kemajuan dalam beberapa tahun terakhir, baik dari segi peningkatakan mesin maupun sumber daya penutur asli.
"Google Translate belajar dari terjemahan yang ada di temukan di web dan ketika suatu bahasa tidak banyak memiliki konten, akan sulit bagi sistem Google untuk mendukungnya secara efektif," ujar pihak Google.
Namun karena kemajuan terbaru dalam teknologi pembelajaran mesin Google serta keterlibatan aktif dari anggota komunitas, Google Translate berhasil membantu menambahkan dukungan untuk kelima bahasa tersebut.
Pembaruan penambahan lima bahasa tersebut akan bisa diakses sebesar 1 persen dari pengguna Google Translate sejak tanggal 26 Februari 2020. Google juga akan meningkatkan stabilitas hingga basis para pengguna fitur translate secara penuh bagi yang menggunakan Android dan iOS.
Baca juga : Peneliti Kembangkan Teknologi Fast Charging dari Buah Durian, Kok Bisa?
Translate akan mampu mendukung terjemahan teks dan terjemahan situs web untuk lima bahasa baru dan input keyboard virtual pada tiga bahasa yaitu Kinyarwanda, Tatar, dan Uyghur.
Sorotan utama dukungan Google secara geopolitik adalah dukungan terhadap penterjemah bahasa Uyghur sebagai bahasa yang digunakan oleh 12 juta jiwa yang sebagian besar tinggal di wilayah otonomi Xinjuang di Barat Laut Cina.
Selama beberapa tahun terakhir, pemerintah Cina telah melancarkan kampanye melawan kelompok minoritas Muslim Turki yang tinggal di sana dan melibatkan pengawasan massal, pembatasan kerja dan perjalanan, serta penahanan di camp pendidikan ulang.
(mfd)
Tinggalkan Komentar