Foto: ANTARA FOTO/Demas Revlyanto
Uji praklinik I vaksin Merah Putih yang dilakukan oleh Tim
Peneliti Universitas Airlangga (Unair) pada tikus transgenik sebagai objek penelitian
menghasilkan aspek keamanan dan imunogenisitas yang baik.
Ketua Peneliti Vaksin Merah Putih Universitas Airlangga
(Unair), Fedik Abdul Rantam mengatakan bahawa progres uji vaksin Merah Putih saat
ini tengah berada di tahap uji klinik II pada hewan makaka atau primata sebagai
objek penelitian. Setelah uji praklinik tersebut telah selesai, selanjutnya
akan dilakukan uji klinik vaksin dengan sasaran manusia sebagai objeknya.
“Kami sudah sampai uji praklinik I dan II. Yang pertama
hasilnya baik dari sisi imunogenisitas, kemudian safety juga baik, termasuk
toxicity di dalamnya. Kemudian pendekatan respons imun tidak hanya humoral tapi
juga seluler, dan menghasilkan sesuatu hasil yang menjanjikan,” ujar Fedik
dalam konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube Badan POM RI, pada Hari
Rabu (18/8).
Fedik belum bisa memberikan informasi yang lebih detail
mengenai hasil uji klinik II pada hewan makaka tersebut dikarenakan saat ini
Unair masih dalam tahap proses untuk merampungkan uji praklinik pada hewan besar
tersebut.
Meskipun demikian, ia menilai bahwa uji klinik II ini
menghasilkan progres yang cukup baik.
“Namun, sementara respons beberapa imun yang kita dapatkan,
mulai dari fisik dan fisiologi makaka tersebut, dan adanya respons imun seluler
dan antibodi, ini menunjukkan tren yang lebih baik,” ujarnya.
Selain Unair, terdapat lima instansi lainnya yang ikut
mengembangkan vaksin Merah Putih, yaitu LBM Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, dan
Universitas Gadjah Mada.
Pada kesempatan yang sama, Kepala BPOM, Penny K Lukito mengatakan
bahwa dari enam lembaga dan universitas yang mengembangkan vaksin Merah Putih tersebut,
vaksin yang dibuat oleh Unair memiliki progres paling cepat jika dibandingkan
dengan lembaga lainnya.
(MB)