Heata, Startup Asal Inggris yang Olah Limbah Panas dari Cloud Computing

Ni'matul Rihhadatil Aisy . August 29, 2023


Teknologi.id – Pernahkah kalian berpikir jika komputer yang kita gunakan akan menghasilkan limbah dari suhu panas komputer tersebut?


Limbah suhu panas ini berasal dari komputasi awan (cloud computing) yang mengelola dan menyimpan sumber daya di pusat data yang terhubung dengan internet. Banyaknya data yang disimpan lama kelamaan menghasilkan limbah panas. Oleh karena itu, sebuah startup bernama Heata memberikan solusi mengenai hal tersebut.

 

Heata, startup asal Inggris telah merancang cara hebat untuk mengelola limbah panas dari komputasi awan tersebut untuk memanaskan air di rumah. Ide cemerlang ini bukan berasal dari laboratorium berteknologi tinggi, namun dari sebuah desa yang berada jauh di dalam hutan Godalming, Inggris.

 

Jordan, Co-Founder dan CTO dari Heata, mengungkapkan, “Disinilah dimana saya melakukan prototipe konduktor termal yang membawa panas dari processor komputer ke tabung berisikan air.” Saat melakukan tes pertama kali, Jordan bersama timnya merasa hal tersebut dapat bekerja dengan baik. 

 

Heata sendiri adalah startup yang membuat inovasi jaringan cloud dimana komputer dihubungkan ke ketel rumah orang-orang. Disamping ketel tersebut ada sebuah komputer yang diberi tanda dengan stiker yang tertera tulisan: “Server komputer yang kuat ini sedang memindahkan panas dari pemrosesannya ke dalam tabung air anda.”

 

Selanjutnya, sebuah lampu LED berwarna hijau dijadikan penanda bahwa ketel sedang bekerja. Sebagai Co-Founder dan CTO, Jordan juga menjelaskan jika mesin tersebut menerima data dan memprosesnnya. Mesin itu dapat mentransfer data setara dengan 4,8 kWh air panas, atau senilai dengan jumlah yang dipakai oleh rata-rata keluarga dalam sehari.

 

Baca Juga: Cara Kerja Liquid Cooling Pada HP, Benarkah Berbahaya?


Ketika mendaftar penggunaan Heata, mereka akan menempatkan sebuah server di rumah yang kemudian terhubung dengan jaringan WiFi ke server di rumah lainnya. Perlu diketahui, semua proses data yang dilakukan berasal dari perusahaan yang membayar untuk layanan cloud computing. Setiap server yang dipasang dapat mencegah 1 ton karbon dioksida yang dikeluarkan setiap tahunnya. 

 

Tak hanya itu, Heata juga menghemat senilai 250 poundsterling atau setara dengan 480 ribu rupiah untuk biaya air panas yang umumnya dikeluarkan oleh sebuah keluarga. Biaya tersebut juga senilai dengan potongan harga sebesar 13% dari harga normal. Tentunya hal ini sangat membantu bagi para keluarga atau pemilik rumah yang tidak sanggup untuk membayar mesin pemanas dengan harga aslinya.

 

Percobaan Heata ini juga dibiayai oleh sebuah agensi nasional pemerintah di Inggris yang bernama Innovate UK yang merupakan salah satu Agensi besar. Heata pun sudah menjadi bagian dari salah satu cabang Innovate UK yang bernama Innovate UK’s Net Zero Cohort. 

 

Innovate UK’s Net Zero Cohort tersebut telah di identifikasi sebagai salah satu dorongan yang berperan untuk mencapai sebuah ekonomi dimana emisi karbon di eliminasi atau diseimbangkan dengan teknologi lain.

 

Hingga saat ini, Heata telah memasang sebanyak 80 unit dan 30 unit lainnya dijadwalkan memiliki mesin ketel untuk memanaskan tersebut di akhir Oktober. 

 

Baca Juga: Meta Hentikan Layanan Messenger Lite di Perangkat Android


Proses kerja Heata sendiri, sebenarnya sederhana dengan memperkenalkan perputaran radikal terhadap manajemen keseimbangan pusat data. Kemudian, daripada komputer di dinginkan dengan kipas angin yang menggunakan energi secara intens dan mahal, komputer akan di dinginkan oleh jembatan thermal yang dipatenkan untuk mengangkut suhu panas dari prosesor menuju kerangka ketel.

 

Mike Paisley, desainer dan Co-Founder Heata menambahkan, daripada mendinginkan sebuah bangunan yang memilki banyak server, Heata dimanfaatkan untuk menyebarkan panas tersebut yang kemudian dibuah menjadi energi untuk menyediakan air hangat gratis bagi mereka yang membutuhkan.

 

Proyek Heata itu sendiri terdiri dari beberapa orang dengan usia dan latar belakang berbeda yang memiliki alasan tersendiri untuk bergabung. Ada yang tertarik karena kecintaannya pada lingkungan dan isu perubahan iklim, ada pula yang bergabung karena merasa takjub dengan kecanggihan teknologi yang bisa mengubah suhu panas komputer untuk memanaskan air.

 

Selain Heata, ada perusahaan lain yang menemukan cara untuk mengolah limbah panas dari server. Pusat data Microsoft di Finlandia juga mengumumkan akan menyalurkan limbah suhu panas mereka ke rumah para penduduk disana. Hal ini diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan pemanas untuk 250.000 orang. Tak mau kalah, Jepang juga dilaporkan telah menggunakan limbah panas ini di peternakan belut.

 

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.


(NRA)

Share :