Teknologi AI di Dunia Politik: Keajaiban atau Ancaman?

Lulua Ashila Wardhono . September 12, 2023


Foto: Devdiscourse


Teknologi.id - Dalam dunia politik modern yang semakin terkoneksi dengan teknologi, video kampanye dan gambar-gambar yang digunakan oleh para politisi menjadi semakin penting dalam menyampaikan pesan mereka kepada pemilih.

Namun, seiring dengan kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI), terdapat potensi besar untuk penyalahgunaan dalam pembuatan konten yang menipu. Pada bulan Juni lalu, muncul kontroversi ketika sebuah video kampanye dari Ron DeSantis menyerang mantan Presiden Trump, yang tampaknya menggunakan AI untuk menghasilkan gambar-gambar yang membingungkan. Video tersebut memicu perdebatan tentang perkembangan generative AI dan potensi konsekuensinya dalam politik.

Dalam video kampanye tersebut, tampak gambar-gambar yang menunjukkan mantan Presiden Trump dalam pelukan dengan Anthony Fauci, seorang anggota kunci dalam tim tugas penanganan COVID-19 di Amerika Serikat. Yang membuat gambar-gambar ini kontroversial adalah bahwa mereka tampaknya telah diubah dengan AI untuk menampilkan adegan ciuman di pipi. Sebagian besar penonton, bahkan yang tidak terlalu akrab dengan teknologi AI, dapat mencium ketidakwajaran dalam gambar tersebut.


Foto: The Verge


Para ahli kecerdasan buatan telah memberikan pandangan mereka tentang fenomena ini kepada BBC, mengingatkan kita bahwa sementara pengeditan gambar tidak asing dalam politik, perkembangan pesat dalam bidang generative AI adalah sesuatu yang harus kita waspadai. Kita berbicara bukan hanya tentang manipulasi foto yang lebih baik, tetapi juga potensi untuk menciptakan gambar, video, atau bahkan audio yang tampak atau terdengar sama sekali nyata, padahal semuanya palsu.


Kecemasan terbesar yang muncul adalah bagaimana generative AI dapat digunakan dalam politik dan kampanye. Apakah ini hanya menjadi bentuk seni digital yang inovatif, atau apakah kita akan menyaksikan penipuan massal yang menggunakan teknologi ini untuk memengaruhi pemilih? Ini adalah pertanyaan yang membingungkan, tetapi yang pasti, kita harus memahami potensi risiko yang ada.

Baca juga: Meta Siap Luncurkan Model AI Baru untuk Saingi ChatGPT

Salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, Google, telah menyatakan bahwa mereka terus berinvestasi dalam teknologi untuk mendeteksi dan menghapus konten semacam ini. Ini adalah langkah yang sangat penting dalam memerangi penyalahgunaan generative AI dalam politik. Namun, tantangan tetap besar, dan para ahli AI di seluruh dunia sedang bekerja keras untuk mengembangkan solusi yang lebih canggih dalam mendeteksi konten palsu ini.


Generative AI adalah cabang dari kecerdasan buatan yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan konten visual dan audio yang sangat meyakinkan. Ini dilakukan melalui algoritma yang telah dilatih dengan dataset besar dari gambar, video, atau suara yang ada. Dengan data tersebut, AI dapat "mempelajari" cara menghasilkan konten yang tampak nyata.


Potensi penggunaan generative AI dalam politik adalah topik yang perlu diperbincangkan lebih lanjut. Salah satu contoh kasus yang paling mencolok adalah video kampanye Ron DeSantis yang telah disebutkan di awal. Dalam video tersebut, AI digunakan untuk menggambarkan adegan yang seolah-olah mantan Presiden Trump dan Anthony Fauci saling mencium di pipi. Gambar ini tidak hanya menyesatkan, tetapi juga memicu perdebatan sengit tentang etika dalam politik.


Pentingnya etika dalam politik tidak bisa diabaikan. Pemilih memiliki hak untuk menerima informasi yang jujur ​​dan akurat dari kandidat mereka. Ketika teknologi AI digunakan untuk memanipulasi gambar dan video dengan cara yang membingungkan atau menyesatkan, ini bisa merusak proses demokratis dan kepercayaan publik.

Baca juga: Dianggap Salin Hasil Karya Tanpa Izin, Penulis Ramai-ramai Gugat ChatGPT

Selain itu, generative AI juga dapat digunakan untuk menciptakan citra palsu dari para politisi. Ini bisa menggambarkan mereka dalam situasi atau pernyataan palsu yang mencoreng reputasi mereka. Dalam dunia politik yang begitu kompetitif, penciptaan citra palsu seperti ini bisa menjadi senjata yang sangat mematikan.


Namun, penting juga untuk dicatat bahwa generative AI tidak selalu digunakan untuk kepentingan politik. Banyak seniman dan kreator konten digital telah menggunakan teknologi ini untuk menciptakan karya seni yang menakjubkan. Mereka mampu menghasilkan gambar-gambar dan video yang sebelumnya hanya dapat dibayangkan.


Namun, inilah dilema teknologi modern. Kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang indah dan kreatif juga bisa digunakan untuk menciptakan sesuatu yang menyesatkan dan merusak. Bagi para pengguna generative AI, tanggung jawab adalah kunci. Para pengembang dan pengguna teknologi ini harus memastikan bahwa kebijakan etika dan standar yang ketat diterapkan dalam penggunaan generative AI.


Google adalah salah satu perusahaan yang mengakui peran penting dalam memerangi penyalahgunaan generative AI. Mereka telah berkomitmen untuk terus mengembangkan teknologi deteksi yang lebih baik untuk mengidentifikasi konten palsu. Namun, pekerjaan ini tidak mudah, karena generative AI juga terus berkembang.


Tantangan utama adalah mengidentifikasi perbedaan antara konten asli dan palsu. Dalam beberapa kasus, perbedaannya sangat sulit untuk dikenali bahkan oleh mata manusia. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih canggih yang melibatkan analisis algoritma dan kecerdasan buatan untuk mendeteksi tanda-tanda penggunaan generative AI.

Baca juga: Kekeringan Melanda Dunia, ChatGPT Malah Habiskan Sebotol Air Tiap Jawab 5 Pertanyaan

Selain itu, penegakan hukum juga harus berperan dalam menghadapi penyalahgunaan generative AI. Hukum dan regulasi harus diperbarui untuk mencerminkan tantangan baru yang dihadapi oleh politik modern. Hukuman yang tegas harus diberikan kepada mereka yang dengan sengaja menyebarkan konten palsu untuk menguntungkan diri mereka sendiri atau merusak reputasi lawan politik mereka.


Foto: The Sociable


Generative AI adalah teknologi yang sangat kuat dan inovatif. Namun, dengan kekuatan itu juga datang tanggung jawab besar. Politisi, pengguna, dan pengembang teknologi harus bekerja sama untuk memastikan bahwa generative AI digunakan secara etis dan tidak merusak integritas politik dan demokrasi.


Sebagai masyarakat, kita juga memiliki peran dalam menghadapi tantangan ini. Kita harus mengembangkan literasi digital yang lebih baik, sehingga kita dapat lebih mudah mengenali konten palsu dan tidak terjebak dalam penipuan politik yang disebabkan oleh generative AI. Edukasi tentang cara kerja teknologi ini sangat penting untuk melindungi demokrasi kita.


Dalam era di mana informasi adalah kekuatan, kita harus menjaga agar kebenaran dan integritas tetap menjadi prioritas utama. Perkembangan generative AI adalah salah satu tantangan baru dalam mempertahankan integritas politik kita, tetapi dengan upaya bersama, kita dapat menghadapinya dan memastikan bahwa teknologi ini digunakan untuk kebaikan masyarakat.


Baca berita dan artikel lainnya di Google News. 


(law) 

Share :