Teknologi.id - Pada tahun 2021, meningkatnya jumlah properti hunian sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor konstruksi di Indonesia. Sektor tersebut menjadi salah satu sektor pendukung pertumbuhan ekonomi tertinggi. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), sektor konstruksi berada di posisi ketiga sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Nyatanya, masih banyak yang harus dievaluasi terutama pada sektor konstruksi. Sebagian pihak masih mengeluhkan mekanisme yang terjadi di pasaran, seperti halnya pada konstruksi properti hunian. Dari segi pembeli, tidak meratanya penggunaan properti disebabkan biaya yang terlalu tinggi dan kurang terjangkau. Sedangkan dari segi aktivitas konstruksi, masih banyak proses-proses yang kurang efektif sehingga berpengaruh pada siklus konstruksi itu sendiri. Selain itu, keinginan untuk mempercepat pembangunan proyek dan banyaknya bahan baku yang terbuang menjadi salah satu alasan mengapa sektor konstruksi masih tertinggal dibandingkan dengan sektor industri lainnya.
Secara umum, sektor konstruksi adalah sektor yang memiliki resiko mengalami kecelakaan kerja. Hal tersebut disebabkan oleh kurang efisiennya teknik konstruksi yang digunakan dan kelalaian tenaga kerja. Hal tersebut dilihat sebagai peluang bagi Autoconz untuk memulai menciptakan solusi bagi permasalahan konstruksi di Indonesia.
Autoconz merupakan perusahaan teknologi konstruksi yang saat ini mengembangkan teknologi 3D printing untuk konstruksi yang dipimpin oleh Raja Rizqi selaku CEO Autoconz yang saat ini berlokasi di Yogyakarta. Sebagai perusahaan teknologi konstruksi, Autoconz telah mengembangkan sendiri teknologi 3D printing construction berupa mesin, material, dan software secara in house yang juga dibantu oleh sister company dari UMG Idealab. Autoconz memiliki tujuan untuk menyediakan produk dan jasa konstruksi yang dapat diakses oleh orang banyak, sehingga semua orang berkesempatan memiliki tempat tinggal dengan infrastruktur yang layak.
“Idenya itu kita ingin terciptanya kesetaraan, saat ini yang mampu memiliki hunian sendiri adalah orang-orang dengan privilege tertentu, seperti mereka yang sudah settle dari segi income. Untuk orang yang baru merintis karir pasti mengalami kesulitan terutama dalam hal kepemilikan tempat tinggal, atau seperti pengusaha yang terbatas dalam pembuatan gedungnya ingin memiliki nilai estetik dengan efisien yang tinggi tetapi sedikit sekali opsinya. Maka kami disini mengembangkan teknologi 3D Printing dengan manfaat mempercepat dan mempermudah konstruksi.” ujar Raja Rizqi selaku CEO Autoconz, Kamis (14/10/2021)
Autoconz mulai dirintis pada tahun 2018 dalam naungan Venture Builder bernama UMG Idealab Indonesia dan pada tahun 2020 mampu merealisasikan teknologi 3D Printing untuk konstruksi yang dapat dipergunakan secara luas. Sementara ini, fokus utama mereka adalah memenuhi kebutuhan pembuatan bangunan dan tempat tinggal (properti hunian dan infrastruktur umum).
Penggunaan Teknologi pada Konstruksi Tidak hanya memiliki basis hardware oriented guna proses 3D printing, untuk menunjang proses mesin dan material pun Autoconz juga membutuhkan software dengan menggunakan pendekatan IoT atau Internet of Things, dimana pemantauan tahap-tahap dalam konstruksi dapat dilakukan secara jauh atau remote dan dapat diakses melalui website. “Penggunaan teknologi Hardwarenya sendiri basically robotic, sedangkan untuk 3D printing secara umum itu merupakan bagian dari Industri 4.0 dengan sebutan manufacturing. Maka di era saat ini, Konstruksi itu tidak ingin ketinggalan dalam mengadopsi teknologi yang merupakan bagian dari Industri 4.0.” ujar Raja. Dari hal tersebut Autoconz melihat adanya peluang untuk memberikan solusi pada permasalahan konstruksi. Melalui pengembangan teknologi 3D Printing, mereka mulai melakukan pembenahan dari segi safety yaitu dapat mengurangi tenaga kerja manual, kemudian segi rantai pasok seperti penggunaan bahan baku lebih efisien, dan segi produktivitas agar konstruksi bisa lebih cepat sesuai estimasi. Selain itu, Autoconz memiliki layanan berupa “End to End Service” dimana mereka merencanakan, membangun, hingga finishing dari bangunan tersebut. Hal ini cocok untuk pengguna yang sibuk sehingga tidak memiliki waktu untuk melakukan perencanaan dan juga pengawasan dalam proses pembangunan. “Dalam layanan End to End Service itu kita memberikan layanan berupa penentuan Material pendukung, pengoperasian mesin, dan dari segi perencanaan di lapangan itu semua dikelola oleh Autoconz. ” ungkap Raja. Untuk Saat ini, Autoconz sendiri telah berkolaborasi dengan banyak mitra. Salah satunya adalah BUMN konstruksi PT PP (Persero) dalam pengembangan dan pengujian 3D Printing untuk konstruksi di Indonesia. Autoconz membuat public space dan kursi taman berbahan semen atau concrete proyek PT PP di daerah Tangerang Selatan dengan nama Sudimara Forestwalk. Di masa Pandemi, Autoconz mengalami tantangan dalam proses pengembangan teknologinya. Seperti mengelola pekerjaan di lapangan, mobilisasi yang terbatas, dan supply chain yang terhambat dikarenakan vendor yang tutup sementara. Tetapi mereka sendiri membuktikan bahwa dari tantangan tersebut mereka selalu on estimated target. Kedepannya, Autoconz sebagai 3D construction printing akan mengupayakan teknologi 3D printing ini akan bekerja lebih mutakhir, efektif dan efisien guna menunjang kebutuhan pasar. Selain itu, targetnya pada tahun 2022 nanti agar bisa membangun 10 hunian/bangunan masing - masing ukuran luas 36m²-49m² dengan tujuan memperbanyak portofolio dan menunjukan bahwa bangunan yang dibuat dengan teknologi konstruksi yang kembangkan Autoconz sendiri layak di huni dan memenuhi standar pembangunan di Indonesia. Saat ini Autoconz dapat dikunjungi melalui situs resminya www.autoconz.com dan juga media sosial Seperti Instagram, Facebook, dan juga YouTube. Dokumentasi terkait: Online Interview Autoconz bersama Raja Rizqi Apriandi (selaku CEO), Mukhtar Anggit, Lutfi Hakim, Nurul Fadhilah (selaku tim Business Development)