Foto: The Business Times
Teknologi.id - Perusahaan elektronik besar asal Jepang, Toshiba, berencana melakukan PHK terhadap sekitar 4.000 karyawannya sebagai bagian dari percepatan restrukturisasi di bawah pemilik baru. Jumlah ini setara dengan 6 persen dari total pekerja Toshiba di negara asalnya.
Toshiba resmi keluar dari bursa Tokyo pada Desember lalu setelah diakuisisi oleh konsorsium yang dipimpin oleh perusahaan ekuitas swasta Japan Industrial Partners (JIP) dengan nilai US$13 miliar atau sekitar Rp207,69 triliun, mengakhiri skandal dan pergolakan yang berlangsung selama satu dekade.
Upaya konsorsium untuk mengubah arah Toshiba dipandang sebagai ujian bagi ekuitas swasta di Jepang, yang dulunya dikenal sebagai "hagetaka" atau burung nasar karena reputasinya yang rakus.
Pada Kamis (16/05/2024), Toshiba melaporkan kerugian bersih sebesar 74,8 miliar yen, atau sekitar 481 juta dolar, untuk periode 12 bulan yang berakhir pada Maret. Penjualan konsolidasi menurun 2 persen dari tahun sebelumnya menjadi 3,3 triliun yen atau sekitar 21 miliar dolar.
Penurunan kinerja Kioxia Holdings, perusahaan semikonduktor terkemuka yang sahamnya sekitar 40 persen dimiliki Toshiba, sangat mempengaruhi pendapatan Toshiba. Akibatnya, pendapatan operasional Toshiba turun hampir 64 persen menjadi sedikit di bawah 40 miliar yen atau sekitar 256 juta dolar.
Selain mengumumkan PHK, Toshiba juga berencana memindahkan kantornya dari pusat kota Tokyo ke Kawasaki, sebuah kota di sebelah barat Tokyo. Dengan perubahan-perubahan ini, perusahaan mengharapkan peningkatan margin keuntungan sebesar 10 persen dalam tiga tahun ke depan.
Langkah PHK ini menambah daftar perusahaan Jepang yang melakukan hal serupa. Pembuat mesin fotokopi Konica Minolta, perusahaan elektronik Omron, dan perusahaan kosmetik Shiseido juga telah memangkas sejumlah karyawan, menurut laporan Reuters pada Senin (20/5/2024).
Baca juga: Hindari Rekayasa AI, Jepang Ciptakan Tanda Tangan Digital dan Otentikasi Foto
Pengambilalihan Toshiba
Setelah 74 tahun tercatat di bursa Tokyo, Toshiba memutuskan untuk delisting menyusul satu dekade pergolakan dan skandal yang menghancurkan salah satu merek terbesar di Jepang dan menciptakan ketidakpastian bisnis di masa depan.
Perusahaan konglomerasi ini diambil alih oleh sekelompok investor yang dipimpin oleh perusahaan ekuitas swasta Japan Industrial Partners (JIP), yang juga mencakup perusahaan jasa keuangan Orix, Chubu Electric Power, dan produsen chip Rohm.
Akuisisi ini mengembalikan Toshiba ke tangan domestik setelah perselisihan panjang dengan investor aktivis asing yang melemahkan bisnis baterai, chip, serta peralatan nuklir dan pertahanan perusahaan tersebut.
Toshiba menyatakan bahwa mereka "sekarang akan mengambil langkah besar menuju masa depan baru dengan pemegang saham baru," sambil menghargai dukungan berkelanjutan dari para pemangku kepentingannya.
Meskipun belum diketahui secara pasti langkah yang akan diambil Toshiba di bawah pemilik barunya, Chief Executive Taro Shimada akan tetap menjabat setelah akuisisi ini. Perusahaan diperkirakan akan fokus pada layanan digital dengan margin tinggi.
Dukungan JIP terhadap Shimada telah menggagalkan rencana sebelumnya untuk bekerja sama dengan dana yang didukung negara. Beberapa orang dalam industri menyatakan bahwa memisahkan Toshiba mungkin merupakan pilihan yang tepat.
“Kesulitan Toshiba pada akhirnya disebabkan oleh kombinasi keputusan strategis yang buruk dan nasib buruk,” ujar Damian Thong, kepala penelitian Jepang di Macquarie Capital Securities.
Skandal dan masalah
Beragam masalah internal ini membuat manajemen Toshiba bingung mengenai masa depan perusahaan mereka, mungkin agar reputasi perusahaan tetap baik di mata publik.
Berbagai opsi pun muncul, seperti memecah Toshiba menjadi beberapa perusahaan kecil atau mengubahnya menjadi perusahaan swasta. Opsi kedua ini tampaknya menjadi pilihan Toshiba, dan kini perusahaan tersebut sepenuhnya dimiliki oleh JIP sebagai perusahaan swasta.
Perubahan status Toshiba ini kabarnya akan terus dipantau oleh pemerintah Jepang, karena Toshiba merupakan raksasa elektronik dengan lebih dari 100.000 karyawan.
Selain itu, beberapa proyek Toshiba memiliki keterkaitan erat dengan pemerintah Jepang, terutama dalam hal keamanan nasional. Oleh karena itu, wajar jika pemerintah Jepang akan terus mengawasi Toshiba dalam beberapa waktu ke depan.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ny)