OpenAI Dihantam Tantangan, Banyak Pengguna ChatGPT, Tapi Sedikit yang Mau Bayar?

Mohammad Owen . October 31, 2025

Sumber: Zac Wolff / Unsplash

Teknologi.id- Bayangkan kamu bikin aplikasi yang dipakai 800 juta orang tiap minggu, tapi… cuma 5% yang mau bayar. Sounds crazy, right? Tapi itulah kenyataan yang lagi dihadapi OpenAI, otaknya ChatGPT.

Baca juga: OpenAI Rilis Fitur Parental Controls di ChatGPT untuk Lindungi Remaja

Di balik kecanggihan AI yang sering bantu kita bikin skripsi, ngerapihin email, atau sekadar cari ide caption, OpenAI ternyata punya masalah serius. Mereka butuh uang yang banyak. Bukan cuma miliaran dolar, tapi lebih dari USD 1 triliun untuk bangun infrastruktur AI masa depan. Ini angka gila yang bahkan bikin raksasa teknologi pun mikir dua kali.

Dengan rencana pengeluaran sebesar itu, OpenAI jelas butuh pemasukan yang stabil dan besar. Masalahnya? Mayoritas pengguna ChatGPT masih gratisan. Iya, kita semua suka AI, tapi belum tentu mau bayar bulanan.

Ledakan Pengguna, Tapi Pendapatan Stagnan

CEO OpenAI, Sam Altman, sempat bangga bilang ChatGPT dipakai oleh 800 juta orang tiap minggu. Keren banget, tapi angka itu menipu. Dari jumlah itu, cuma sekitar 5% yang bayar langganan.

Dan kini, tanda-tanda pertumbuhan subscriber ChatGPT mulai melambat, terutama di Eropa. Data Deutsche Bank menunjukkan bahwa pengeluaran pengguna Eropa untuk ChatGPT stagnan sejak Mei 2025. Artinya, meski hype AI masih besar, makin sedikit orang yang memutuskan buat upgrade ke versi berbayar.

Ironisnya, pengguna Eropa sebenarnya lebih royal ke ChatGPT dibanding Disney+, bahkan diprediksi bakal nyalip Spotify dan Netflix kalau tren terus naik. Tapi nyatanya? Pertumbuhan stuck.

Jadi, walaupun ChatGPT sempat booming, menjaga momentum ternyata nggak semudah itu. 

Biaya AI Itu Brutal

Kalau kamu pikir bayar Netflix, Spotify, atau paket Wi-Fi itu udah bikin kantong menjerit, tunggu sampai lihat tagihan operasional OpenAI. Levelnya bukan lagi miliaran, tapi game level triliunan dolar.

OpenAI baru saja tanda tangan komitmen penyediaan 26 gigawatt kapasitas komputasi, ini bukan angka kecil. Untuk gambaran gampangnya, itu hampir setara energi yang dibutuhkan satu negara bagian New York saat jam penggunaan puncak. Bayangin server-server raksasa yang harus nyala 24/7 buat latih dan jalankan AI sebesar ChatGPT. Tagihan listriknya aja sudah bikin kepala muter, belum termasuk pendinginan, perawatan, dan infrastruktur jaringan global.

Belum lagi kerja sama mereka dengan dua raksasa chip dunia: Nvidia dan AMD. Chip AI itu ibarat “mesin otak” di balik teknologi ini, dan harganya?
Jangan tanya, satu unit chip kelas H100 dari Nvidia aja bisa menyentuh puluhan ribu dolar per unit. Dan sistem AI seperti ini butuh ribuan hingga puluhan ribu chip.

Jadi wajar kalau biaya OpenAI disebut brutal. Setiap pertumbuhan AI berarti pembakaran uang dalam skala industri. Makanya, meski teknologi AI terasa seperti sulap, di balik layar ada mesin bisnis dan anggaran yang jauh lebih gila daripada imajinasi kita.

Intinya, dunia AI bukan cuma soal inovasi dan kecerdasan digital—tapi juga adu napas finansial. Yang kuat modalnya, dialah yang bertahan. Yang lemah? Bisa jadi tinggal nama dalam sejarah teknologi.

Jurus Baru OpenAI: Iklan, Sora, dan… Konten Dewasa?

Dengan performa pendapatan ChatGPT yang mulai datar, OpenAI mulai mencari sumber cuan lain.
Beberapa langkah yang lagi mereka eksplorasi:

- Iklan di ChatGPT (yup, AI-mu bakal ngasih rekomendasi iklan)
- Monetisasi Sora, AI pembuat video super realistis
- Gadget AI baru bersama mantan desainer Apple, Jony Ive
- Dan paling kontroversial? ChatGPT bakal longgarkan konten erotis untuk pengguna dewasa

Yep, AI doin' “premium content”.

Ini tanda jelas: OpenAI serius banget cari cara buat naikin income. Strateginya? Gabungkan inovasi, user experience, dan—yah—sentuhan kontroversi biar makin menarik pasar.

Belum Mengejar Profit, Tapi… Sampai Kapan?

Uniknya, Sam Altman mengatakan bahwa profit bukan prioritas utama. Fokus mereka masih pada pembangunan ekosistem AI jangka panjang. Tapi realistisnya, walau idealisme bagus, perusahaan tetap butuh nafas finansial buat bertahan.

Dengan biaya triliunan dolar di depan mata dan pertumbuhan langganan melambat, akan sangat menarik melihat strategi mereka selanjutnya. Apakah iklan dan konten dewasa cukup untuk bantu pendanaan AI masa depan? Atau justru bakal muncul model bisnis baru yang belum pernah kita lihat sebelumnya?

Yang jelas, industri AI lagi masuk fase survival of the smartest, dan OpenAI harus tetap inovatif supaya nggak kehabisan tenaga.

Baca juga: OpenAI o3 vs Grok 4: Duel Catur di Kaggle, Disaksikan Magnus Carlsen

Era Baru AI, Tapi dengan Harga yang Tinggi

Eksplosi AI dua tahun terakhir membawa kita ke era yang seru: teknologi super canggih, akses mudah, dan potensi tanpa batas. Tapi sisi lain dari inovasi adalah biaya besar dan kompetisi brutal.

OpenAI sudah menggoyang dunia teknologi, tapi perjalanan baru dimulai.
Dan pertanyaannya sekarang bukan lagi “AI bisa apa?”, tapi:
“Siapa yang bisa bertahan mendanai AI sampai benar-benar menghasilkan?”

(mo)

Share :

Berita Menarik Lainnya