Foto: CNN Indonesia
Teknologi.id - Pembatasan sosial yang hingga kini masih berlangsung demi mencegah transmisi COVID-19 membuat pertemuan virtual menjadi pilihan yang paling memungkinkan untuk menggantikan tatap muka langsung.
Seiring melambungnya penggunaan aplikasi video conference dan frekuensi pertemuan virtual, timbul fenomena gangguan kesehatan yang disebut Zoom fatigue.
Baca Juga: Cara Mute Mikrofon Secara Otomatis di Zoom Saat Gabung Rapat
Zoom fatigue muncul sebagai akibat dari kekacauan dan ketidakmampuan yang dialami seseorang untuk menentukan keberadaan sumber suara menggunakan telinganya. Tanda yang dialami pengguna yang mengalaminya berupa rasa lelah yang berkepanjangan setelah menyelesaikan suatu kegiatan pertemuan virtual.
Untuk mengatasi Zoom fatigue akibat faktor suara tersebut, beberapa perusahaan yang bergerak di bidang audio digital mengembangkan teknologi audio tiga dimensi (3D). Salah satu perusahaan tersebut adalah Dirac, perusahaan riset audio asal Swedia.
"Dengan suara 3D, audio akan dipisahkan dari sumbernya dan ditempatkan di sekeliling pendengar sehingga menciptakan pengalaman mendengarkan yang lebih nyata dan alami. Pendengar akan merasa seolah-olah dia sedang mendengarkan suara dari berbagai titik dalam ruangan tempatnya sedang melakukan pertemuan virtual, alih-alih mendengarkan dari loudspeaker atau headphone," jelas Mathias Johansson, CEO dari Dirac.
Baca Juga: Zoom Kembali Pulih Setelah Sempat Alami Gangguan
Selain akibat sumber suara, Zoom fatigue juga diduga disebabkan oleh layar piranti. Cahaya yang terpancar dari layar mengganggu siklus bangun dan tidur tubuh, atau yang dikenal dengan ritme sirkadian. Hal ini diungkapkan oleh Stephanie Wijkstrum, pendiri Counseling and Wellness Center of Pittsburgh.
"Gangguan ini juga dapat meningkatkan respon kita terhadap stres dan juga meningkatkan kortisol," tutur Wijkstrum.
Seorang dosen komunikasi di Universitas Duquesne, Dr. Janie Fritz, memberikan beberapa solusi yang dapat mencegah terjadinya Zoom fatigue.
Dr. Fritz menyarankan para pengguna untuk mengikuti video conference di luar rumah atau di lokasi yang berbeda dari biasanya. Selain itu, mengubah gallery view menjadi speaker view dapat mengurangi kecemasan yang timbul akibat melihat deretan kotak-kotak kecil pada layar. Mematikan kamera juga dapat mengurangi kecanggungan yang dialami.
Selain saran-saran di atas, yang terpenting menurutnya adalah memberikan jeda antar video conference yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat membuat pengguna merasa lebih nyaman dan tidak cepat lelah.
(rf)