Teknologi.id - Intel mengkonfirmasi keberhasilannya mengakuisisi Moovit, sebuah startup Israel pembuat aplikasi transportasi publik, dengan nilai akuisisi mencapai 900 juta dollar AS atau sekitar Rp 13,5 triliun.
Intel mengatakan, akuisisi Moovit ini akan membantu pihaknya masuk ke industri mobility termasuk percepatan pengembangan layanan "Robotaxi" yang direncanakan beroperasi pada awal 2022.
Dengan akuisisi ini, Moovit akan tetap menjadi perusahaan independen, namun data dari 800 juta penggunanya di 102 negara akan diintegrasikan ke dalam unit mobil otonom Intel yakni Mobileye. Mobileye sendiri juga merupakan startup asal Israel yang berfokus pada produksi kamera untuk mobil tanpa awak yang sudah lebih dulu diakuisisi Intel pada 2017.
Baca Juga: Layaknya Manusia, Robot Berbentuk Jari Ini Bisa Mengeluarkan Keringat
"Setelah terintegrasi dengan Mobileye, aplikasi akan menjadi platform untuk memesan Robotaxi dan data real-time akan memastikan kendaraan dikerahkan di daerah permintaan tinggi," kata CEO Mobileye, Amnon Shashua kepada Reuters, Selasa (5/5).
Dalam pengembangan layanan Robotaxi, Mobileye juga bekerja sama dengan startup asal China, Nio, yang membuat kendaraan tanpa awak elektrik. Intel sebelumnya telah menguji coba layanan taksi tanpa awak di Israel dan berencana menguji coba lanjutan di Korea Selatan.
Sementara itu, Nir Erez, co-founder dan CEO Moovit mengungkapkan rasa senangnya untuk bergabung dengan Mobileye dalam pengembangan layanan mobilitas yang baru.
"Kami sangat senang untuk bergabung dengan Mobileye dan memimpin revolusi masa depan layanan mobilitas baru," kata Nir Erez.
Baca Juga: Intel Luncurkan Spring Hill, Chipset Pertama dengan Kecerdasan Buatan
Shashua menerangkan bahwa keputusan Intel untuk mengakuisisi Moovit saat ini adalah waktu yang tepat, ketika sebagian besar ekonomi dunia terhenti karena wabah COVID-19.
"Untuk perusahaan seperti Intel, yang memiliki rencana sangat teratur tentang bagaimana masa depan harus dibuka, COVID-19 seharusnya tidak menjadi kemunduran. Sebaliknya, Anda harus melihat krisis kemudian menemukan peluang," terang Shashua.
Intel memperkirakan, bisnis Robotaxi nantinya akan menjadi pasar yang besar dengan proyeksi nilai mencapai 160 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2.400 triliun pada 2030.
(Rmn)