Teknologi.id - Ditengah pandemi COVID-19 yang sedang mewabah di seluruh bagian dunia, rupanya masih ada saja pihak tak bertanggung jawab yang memperburuk keadaan.
Beberapa waktu belakangan ini beredar pesan berantai di platform perpesanan WhatsApp tentang penambahan kuota data gratis 100 GB dari semua operator.
Pesan berantai tersebut beredar dengan menggunakan kalimat yang bersifat persuasif yang disertai tautan link dengan alamat situs yang meragukan berdomain (dot)xyz. "Untuk melawan virus Corona, kami menawarkan Anda 100 GB koneksi internet gratis untuk tetap di rumah dengan selamat dan menikmati internet."
Setelah dikonfirmasi ke sejumlah operator seluler dan perusahaan keamanan digital di Indonesia, dipastikan pesan berantai tersebut adalah hoax yang dilakukan pihak tak bertanggung jawab.
Baca Juga: Apple Akan Merancang dan Menyediakan Alat Pelindung Wajah untuk Pekerja Medis
"Bukan situs resmi itu, refer (merujuk) ke website, aplikasi resmi, atau social media kami saja ya," ujar perwakilan Indosat Ooredoo, dikutip dari KompasTekno, Selasa (7/4).
Selain Indosat, Telkomsel pun juga telah membantah soal kuota data 100 GB itu dan mengatakan bahwa info tersebut adalah hoax. "[Informasi itu] nggak ada, paket Telkomsel yang tersedia hanya ada di website resmi Telkomsel www.telkomsel.com ataupun yang tercantum pada Apps MyTelkomsel," ujar perwakilan Telkomsel.
Senada dengan Indosat dan Telkomsel, operator XL Axiata bersama Axis juga menyatakan pesan berantai gratis internet 100 GB adalah berita bohong di mana mereka hanya memberikan 2 GB setiap hari dengan total 60 GB per bulan dan untuk mendapatkannya pun harus melalui aplikasi myXL atau menggunakan aplikasi XLpostpaid dan juga menggunakan aplikasi AXISnet.
Mirip sebelumnya
Sementara itu, CEO Digital Forensic Indonesia Ruby Alamsyah juga mengatakan bahwa pesan berantai tersebut adalah hoax.
"Konfirmasi (koneksi internet gratis 100 GB) itu hoax dan sangat mirip dengan yang sebelumnya," tegas Ruby seperti dikutip dari detikINET, Selasa (7/4).
Menurut Ruby, modus pesan berantai ini mirip dengan pesan berantai sebelumnya dan pelaku mengincar kontak-kontak hingga mencuri browsing history korban. Kejahatan siber macam ini banyak beredar ketika orang-orang melakukan work from home.
"Kali ini pelaku hanya memodifikasi script di tampilan awalannya saja sedikit. Selanjutnya, proses yang sama akan dilalui oleh korban sehingga datanya dapat diambil pelaku," tuturnya.
Baca Juga: Salip Mozilla Firefox, Microsoft Edge Jadi Mesin Pencari Terpopuler Kedua di Dunia
Ruby pun mengimbau siapa pun yang menerima pesan serupa seperti di atas, agar memikirkan dampak yang akan didapat sebelum mengklik suatu link.
"Sangat penting dilakukan saat kita berinteraksi di dunia digital. Sebelum klik apapun, dari siapapun, kita perlu memastikan bahwa tidak akan ada dampak negatif bagi kita ataupun orang lain bila klik link tersebut," ungkap Ruby.
(ay)