Peneliti Ciptakan Alat Guna Bantu Penderita Stroke Berbicara

Muhammad Iqbal Mawardi . July 19, 2021

Foto: UC San Fransisco

Teknologi.id – Peneliti asal Amerika Serikat untk pertama kalinya di dunia sukses mengembangkan perangkat neuroprostetik yang dapat menerjemahkan gelombang otak dari pasien koma menjadi kalimat utuh.

“Ini adalah tonggak sejarah teknologi untuk seseorang yang tidak bisa berkomunikasi secara alamiah,” ucap David Moses, teknisi post-doktoral di University of California San Fransisco (UCSF).

Selain menjadi teknisi post-doktoral di University of California San Fransisco, David juga merupakan seorang penulis dari penelitian yang diterbitkan The New England Journal of Medicine.

David menjelaskan bahwa temuannya ini mendemonstrasikan potensi pendekatan teknologi dalam memberi suara pada orang atau pasien yang mengalami kehilangan kesadaran atau suara.

Teknologi ini melibatkan sekitar 36 lansia yang mengalami stroke saat berusia 20 tahun hingga membuatnya menderita anarthria. Anarthria merupakan sebuah kondisi di mana seseorang tidak daoat berbicara dengan jelas, meskipun fungsi kognisinya tetap normal.

Baca juga: Ilmuwan MIT Kembangkan Benang Robot untuk Obati Pasien Stroke

Banyak orang yang kehilangan kemampuan berbicara akibat stroke, kecelakaan, atau penyakit setiap tahunnya. Berdasarkan penelitian sebelumnya dalam bidang ini, penelitian memfokuskan pada pembacaan gelombang otak via elektroda untuk mengembangkan prosthetik mobilitas guna memungkinkan pengguna mengeja huruf.

Pendekatan baru ini bertujuan untuk menyediakan komunikasi yang lebih alami dan cepat. Dalam penelitian sebelumnya, para peneliti meletakkan susunan elektroda pada pasien dengan kemampuan berbicara normal dalam kondisi tengah menjalani operasi otak.

David bersama dengan tim kemudian meluncurkan penelitian baru berjudul ‘Brain-Computer Interface Restoration of Arm and Voice’. Partisipan pertama yang bergabung dalam penelitian tersebut disebut sebagai BRAVO1.

Sejak menderita stroke, ini membuat gerakan kepala, leher, dan anggota tubuh BRAVO1 sangat terbatas. Untuk berkomunikasi, BRAVO1 hanya menggunakan batang penunjuk yang dipasang pada topi baseball guna menyodok huruf di layar.

Para ilmuwan mengembangkan kamus berisi 50 kata bersama dengan BRAVO1. Sebagian besar kata merupakan jenis kata penting yang kerap dipakai dalam aktivitas sehari-hari, seperti ‘air’, ‘keluarga’, dan ‘bagus’.

Lebih lanjut, peneliti juga melakukan operasi penanaman elektroda berdensitas tinggi di atas korteks motorik.

Selama beberapa bulan ke depan, peneliti merekam aktivitas saraf seiring upaya BRAVO1 dalam mengucapkan 50 kata yang sudah disiapkan. Lalu, Kecerdasan Buatan ini digunakan untuk membedakan pola dalam data yang mengikatnya dengan kata-kata.

Hasilnya, sistem yang dikembangkan David bersama tim mampu mendekodifikasi lebih dari 18 kata per menit dengan rata-rata akurasi mencapai 75 persen. Dan fungsi Koreksi Otomatis, seperti yang bisa kita temukan pada ponsel, berkontribusi besar dalam kesuksesan tersebut.

(MIM)

Share :