Hi App – Telepon umum adalah fasilitas layanan telepon yang dapat digunakan oleh publik dengan cara memasukan uang atau kartu untuk melakukan panggilan. Sedangkan Wartel adalah singkatan dari Warung Telekomunikasi atau Warung Telepon. Wartel juga menjadi tempat untuk memberikan pelayanan jasa telekomunikasi untuk umum dan biasanya ada orang yang menjaga.
Kedua fasilitas publik ini pernah berjaya di Indonesia dan sempat populer di kalangan orang-orang kelahiran 80-an sampai 90-an. Melalui artikel ini, kita akan mengenang sejenak kejayaan kedua fasilitas tersebut dalam memberikan layanan telekomunikasi di tanah air.
Telepon Umum di Indonesia
Sejarah telepon umum di Indonesia bermula dari gagasan sekelompok karyawan Perusahaan Umum Telekomunikasi (Perumtel) yang telah melakukan perjalanan dinas ke London, Inggris. Di sana, para karyawan melihat betapa baiknya layanan dan ketersediaan telepon umum. Namun, usulan awal untuk menghadirkan telepon umum di Indonesia tersebut ditolak.
Salah satu alasan penolakan yaitu karena fasilitas komunikasi jarak jauh ini akan menuntut ketersediaan dan persebaran kartu untuk pengoperasian. Nah, sebagai jalan tengah, Perumtel meluluskan ide ini pada 1981 dengan menghadirkan jenis yang berbeda yakni telepon umum koin.
Kehadiran telepon umum di Indonesia ketika itu menjadi angin segar. Sebelumnya, fasilitas telepon hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu saja dan surat menjadi pilihan komunikasi bila tidak punya telepon. Singkat cerita, popularitas telepon umum koin di Indonesia pun meningkat drastis dan membuka jalan untuk kehadiran telepon umum yang menggunakan kartu.
Pada 1993, popularitas telepon umum di Indonesia bisa dibilang mencapai puncaknya. Jumlah telepon umum koin di Indonesia mencapai 41.104 pesawat telepon. Sementara jumlah telepon umum kartu di Indonesia mencapai 7835 buah pesawat telepon.
Jasa telepon umum di era kejayaan cukup banyak. Ada yang memakainya untuk menghubungi keluarga, pacar, sampai menjadi penolong ketika baterai ponsel habis. Sayang, seiring dengan adopsi ponsel genggam yang makin meluas, telepon umum semakin ditinggalkan. Selain itu, tangan-tangan jahil yang sering mengakali telepon umum hingga rusak juga menjadi penyebab lainnya.
Wartel di Indonesia
Selain telepon umum, fasilitas telekomunikasi yang menjadi primadona di tahun 1990-an adalah Wartel. Kehadiran Wartel yang muncul pada 1984-1988 dengan jumlah hanya mencapai 48 buah adalah jawaban Telkom untuk penggunaan telepon yang terus meningkat di masa itu. Sama halnya dengan telepon umum, jumlah wartel di Indonesia juga meningkat tajam pada 1993 hingga mencapai 1190 buah.
Hadirnya wartel di Indonesia menjadi alternatif bagi masyarakat. Apalagi bila mengingat fasilitas yang ditawarkan wartel itu lebih baik ketimbang telepon umum yang berada di tempat terbuka.
Di wartel, pelanggan bisa menggunakan pesawat telepon dengan nyaman karena biasanya terdapat bilik untuk menelepon. Sehingga, pelanggan bisa memiliki privasi ketika berbicara. Di samping itu, beberapa wartel juga pada umumnya berada dalam ruangan dan terkadang memiliki pendingin ruangan.
Layanan wartel di Indonesia bisa dibilang lebih mampu bertahan dari gempuran ponsel genggam bila dibandingkan dengan telepon umum. Buktinya, menurut data Badan Pusat Statistik 2016 yang dikutip Katadata, layanan wartel masih hidup hingga tahun 2014. Padahal di tahun tersebut ponsel pintar sudah melenggang bebas di pasar Indonesia.
Namun, teknologi terus berkembang dan harga ponsel juga menjadi kian terjangkau oleh masyarakat. Pada akhirnya, layanan wartel menyerah. Pada 2015, tercatat sudah tidak ada lagi sambungan wartel. Sedangkan di tahun sebelumnya masih ada sekitar 836. Itupun jumlahnya menurun drastis bila dibandingkan tahun 2013 yang masih mencapai 227.555 buah.
Era Digital
Kisah tentang kejayaan layanan telepon umum dan wartel di Indonesia kini sudah berakhir. Wartel sudah ditinggalkan, begitu juga dengan telepon umum. Kini, masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan ponsel pintar yang canggih.
Keberadaan ponsel pintar juga telah meleburkan batas antara komunikasi dan jasa. Hanya melalui satu perangkat, kita bisa berkomunikasi sambil berbelanja, mentransfer uang, bahkan memesan makanan.
Era digital, itulah sebutan orang-orang yang menikmati segala kemudahan dalam genggaman tangan mereka. Di era digital ini, komunikasi jarak jauh juga tidak lagi sebatas telepon dan SMS. Kita bisa menghubungi dan mengirim berbagai konten kepada siapa saja melalui sebuah aplikasi.
Contohnya, dengan menggunakan aplikasi chatting seperti Hi App yang memfasilitasi komunikasi melalui pesan teks, gambar, dan video. Di samping itu, pengguna juga bisa membuat grup dan mengundang hingga 300 kontak agar tetap terhubung. Ruang obrolan pribadi dan grup di Hi App juga terpisah sehingga pengguna tidak perlu khawatir salah kamar ketika mengirim pesan.
Hi App adalah aplikasi komunikasi sosial multifungsi buatan Indonesia yang dirancang untuk memfasilitasi gaya hidup digital yang dinamis. Di tengah keragaman unik dalam masyarakat kita, Hi App berupaya memfasilitasi interaksi dinamis melalui obrolan, pesan video, dan berbagai fitur lain yang akan dikembangkan secara berkala. Yuk, ajak teman-teman dan kerabat kamu untuk pakai Hi App sekarang. Hi App bisa diunduh gratis melalui Play Store dan Apps Store!
Penulis: Adjie Priambada
Sumber Gambar: Photo by Laurentiu Morariu on Unsplash