Foto: Reuters
Teknologi.id – Sistem Iron Dome anti rudal milik
Israel akhir-akhir ini menjadi bahan perbincangan karena dianggap berhasil
menambak jatuh roket kelompok bersenjata Palestina ke wilayah Israel.
Palestina telah menembakkan
setidaknya 2.800 roket ke Israel dalam konflik sepekan ini. Namun klaim Israel
serangan itu hanya berdampak pada 10 kematian. Dikatakan jika tidak ada Iron
Dome, korban tewas dari kubu Israel tentu akan jauh lebih banyak.
Iron Dome merupakan sistem pertahanan
udara yang berbasis di darat serta berdampak dalam mengintervensi roket dan
artileri jarak dekat. Sistem pertahanan ini bekerja menggunakan rudal dan
teknologi radar.
Singkatnya radar akan membaca objek yang masuk, dalam hal ini adalah roket. Informasi kemudian diproses. Dari sana sistem mengetahui berbagai informasi mengenai objek, terutama soal kecepatan dan lintasan. Setelah itu rudal penangkal akan dikirim untuk mencegatnya dengan meledakkan muatan di dekat objek, sehingga menghancurkan rudal di udara.
Baca juga: Teknologi Asal Israel yang Kita Gunakan Sehari-Hari
Variabel lain, seperti kondisi
atmosfer dan pola cuaca juga diperhitungkan sebelum rudal penangkal
diluncurkan.
Iron Dome mirip dengan sistem anti-rudal
lain seperti sistem Patriot buatan AS dan S-400 buatan Rusia.
Namun, Iron Dome berbeda dalam hal
jangkauan dan jenis objek yang dapat mereka jatuhkan. Iron Dome hanya dapat
mendeteksi ancaman yang masuk antara empat dan 70 km jauhnya, sedangkan S-400
memiliki jangkauan hingga 400 km tetapi jangkauan awalnya jauh lebih tinggi,
yaitu 40 km.
Oleh karena itu, Iron Dome milik
Israel dikhususkan untuk ancaman jarak pendek di darat dan laut, menurut Middle
East Eye.
Selain itu Iron Dome juga disebut punya
kelemahan. Melansir Forbes, Iron Dome hanya mampu mengatasi roket dalam jumlah
tertentu. Jika jumlah roket yang masuk terlampaui, roket yang lain akan lolos.
Sebab itu sebagian wilayah Israel tetap mengalami kehancuran meski mempunyai
Iron Dome.
(MIM)