Foto: Republika
Teknologi.id - Lumpur Lapindo adalah bencana proyek yang terkenal dan mulai terjadi di tahun 2006. Namun, baru-baru ini, Badan Geologi Kemertrian Energi dan Sumber Daya Alam membagikan fakta baru mengenai 'harta karun' yang terkandung di dalam lumpur lapindo itu sendiri.
Harta karun yang disebut-sebut terkandung dalam jumlah banyak di Lumpur Lapindo ini adalah lithium dan stronsium. Dua kandungan tersebut adalah kandungan penting dalam pengembangan dan pembuatan baterai untuk kendaraan listrik.
Baca juga: Kaget Naik Mobil Listrik Genesis, Jokowi: Gak Ada Suaranya!
Sebelumnya, dua harta karun ini memang sudah ditemukan terkandung dalam Lumpur Lapindo, namun kini fakta baru mengungkapkan bahwa kandungannya ternyata sangat tinggi.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Eko Budi Lelono, membagikan bahwa pada tahun 2020, potensi Lithium di Lumpur Lapindo memiliki kadar 99,26 sampai 120 part per million atau PPM. Sementara itu, Stronsium sendiri memiliki kandungan yang jauh lebih besar dengan kadar kandungan mencapai 244 sampai dengan 650 PPM.
Eko juga menyebutkan bahwa pihaknya masih terus melakukan penelitian dan penyelidikan dengan sistem pengeboran dan grinding di wilayah dimana ditemukannya senyawa tersebut dengan konsentrasi yang cukup tinggi.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa memang lithium dan stronsium akan digarap besar-besaran pada 2023 dengan melibatkan berbagai pihak termasuk Energy Resources Government Initiative dari Amerika Serikat, kini setelah ada fakta baru terungkap, makin banyak industri lain yang melirik penggarapan Lumpur Lapindo ini.
Menurut catatan Kementerian ESDM, kebutuhan lithium untuk kepentingan pengembangan kendaraan listrik hingga 2030 mencapai 758.693 ton. Jumlah tersebut sendiri akan digunakan untuk kebutuhan baterai 2 juta unit mobil listrik dan 13 juta unit motor listrik. Dengan banyaknya kebutuhan penggunaan lithium dan stronsium, maka tidak heran jika proyek penggarapan ini akan mulai dilakukan secara besar-besaran mulai tahun depan.
(AR)