Waspada Digital Hoarding! Ini Ciri-ciri Kebiasaan Menimbun File di Dunia Maya

Aisyah Khoirunnisa' . October 07, 2025

digital hoarding

Foto: Wikipedia

Teknologi.id – Di era serba digital, hampir setiap aktivitas meninggalkan jejak berupa file: mulai dari tangkapan layar obrolan penting, foto duplikat, hingga e-mail promosi. Bagi sebagian orang, hal ini sekadar masalah kapasitas penyimpanan. Namun, bagi sebagian lainnya, kebiasaan menyimpan dan enggan menghapus file bisa menjadi tanda dari digital hoarding — perilaku menimbun data digital secara berlebihan.

Apa Itu Digital Hoarding?

Digital hoarding adalah perilaku menyimpan data digital dalam jumlah besar karena takut kehilangan informasi atau terlalu sayang untuk menghapusnya. Fenomena ini kian umum terjadi seiring meningkatnya kapasitas penyimpanan perangkat dan kemudahan layanan cloud seperti Google Drive, iCloud, atau Dropbox.

Meskipun tampak sepele, kebiasaan ini dapat menimbulkan beban mental, stres, dan penurunan produktivitas, terutama di lingkungan kerja digital yang serba cepat.

Baca juga: Prompt Gemini AI Foto Prewedding Adat Jawa Elegan untuk Undangan Digital

Dampak Negatif Digital Hoarding pada Mental dan Produktivitas

Tanpa disadari, tumpukan file yang tak terkendali bisa menimbulkan rasa kewalahan dan stres kronis. Pikiran terasa penuh karena terlalu banyak hal yang “tersimpan” tapi tidak tertata.

Bahkan, menurut sejumlah studi psikologi digital, kondisi ini bisa menyebabkan kehilangan fokus, menurunkan efisiensi kerja, hingga memicu kecemasan karena takut kehilangan data.

4 Ciri-Ciri Digital Hoarding yang Perlu Kamu Waspadai

1. Menyimpan Semua File, Termasuk yang Tidak Penting

Ciri paling umum adalah kebiasaan menyimpan semua bentuk data digital tanpa pertimbangan. Mulai dari e-mail promosi, foto buram, hingga dokumen kerja lama.

Perilaku ini muncul dari rasa aman semu: keyakinan bahwa suatu saat file itu akan berguna. Padahal, justru memperburuk kemampuan memilah informasi dan membuat penyimpanan cepat penuh.

2. Enggan Menghapus File Lama

Penderita digital hoarding biasanya sulit menghapus file, bahkan yang sudah tidak relevan. Mereka merasa takut kehilangan informasi atau menyesal di kemudian hari.

Akibatnya, dokumen, pesan, dan video lama dibiarkan menumpuk, memperparah beban mental setiap kali muncul notifikasi “penyimpanan hampir penuh”.

3. Sulit Menemukan File Saat Dibutuhkan

Ketika data sudah terlalu banyak dan tidak terorganisasi, pengguna akan kesulitan mencari file penting saat diperlukan.

Fitur pencarian canggih sekalipun tak banyak membantu bila folder dan nama file tidak tertata. Waktu terbuang hanya untuk mencari satu dokumen, dan produktivitas pun anjlok.

4. Terikat Emosional pada File

Seperti penimbun barang fisik, digital hoarder sering memiliki keterikatan emosional terhadap file mereka.

Foto lama, pesan pribadi, atau dokumen tertentu terasa “sayang dihapus” karena nilai sentimentalnya. Namun, para ahli menyarankan untuk hanya menyimpan file yang benar-benar penting — bukan semuanya.

Baca juga: 8 Layanan Web Tech dengan Desain UI/UX Profesional untuk Bisnis Modern

Kesimpulan: Mulailah Digital Decluttering Sekarang

Digital hoarding adalah konsekuensi dari kemudahan penyimpanan di era modern. Mengenali gejalanya adalah langkah pertama untuk mengatasinya.

Kunci untuk keluar dari kebiasaan ini adalah melatih kemampuan memilah, menghapus file yang tidak perlu, dan menyadari bahwa kualitas data jauh lebih penting daripada kuantitas.

Lakukan digital decluttering secara rutin agar pikiran lebih tenang, perangkat lebih ringan, dan hidup digitalmu terasa lebih seimbang.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(ak)

Share :