AS Buat Regulasi Baru untuk Cegah China Kuasai Teknologi AI

Elysa Magrisia Herdiani . November 01, 2024

AS China

Teknologi.id – Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengeluarkan regulasi baru yang membatasi aliran investasi AS ke China di sektor teknologi, terutama di bidang kecerdasan buatan (AI), semikonduktor, dan teknologi kuantum. Langkah ini diambil untuk memperketat keamanan nasional AS dan memastikan teknologi canggih tidak jatuh ke tangan yang dapat mengancam kepentingan nasional mereka.

Keputusan ini adalah bagian dari rangkaian kebijakan yang dimulai sejak Presiden Joe Biden mengeluarkan perintah eksekutif pada Agustus lalu, yang menginstruksikan Departemen Keuangan AS untuk membuat regulasi final guna mengawasi dan membatasi investasi teknologi canggih ke China. Menurut keterangan pejabat Departemen Keuangan AS, Paul Rosen, regulasi ini bertujuan untuk "melindungi AS dari risiko keamanan nasional yang mungkin timbul dari bantuan keuangan yang dapat meningkatkan teknologi canggih di China."

Baca juga: China Luncurkan 100 Model AI Tantang ChatGPT, Google Gemini, dan Microsoft Copilot

Regulasi Baru dan Dampaknya untuk China

Regulasi baru ini diatur oleh Office of Global Transactions, lembaga baru yang dibentuk untuk mengawasi dan menegakkan kebijakan investasi AS di negara-negara yang dianggap berisiko tinggi terhadap keamanan nasional, terutama China. Kebijakan ini akan resmi berlaku pada 2 Januari 2025. Setelah tanggal tersebut, seluruh investasi dari AS ke perusahaan di China yang bergerak dalam pengembangan AI, semikonduktor, teknologi kuantum, dan bidang teknologi lain yang dianggap sensitif akan dibatasi atau dilarang sepenuhnya.

Menurut Rosen, larangan ini tidak hanya mencakup investasi langsung berupa dana, tetapi juga berbagai manfaat tidak berwujud yang biasanya menyertai aliran modal, seperti akses ke jaringan investasi, bantuan manajerial, hingga pengetahuan teknis. Pemerintah AS menilai bahwa bantuan-bantuan seperti ini tidak boleh digunakan untuk memperkuat teknologi di negara yang dianggap sebagai ancaman, seperti China. Rosen juga menegaskan bahwa setiap bentuk investasi atau kerja sama yang menyangkut perusahaan China dalam bidang teknologi canggih perlu mendapatkan izin dan memenuhi kriteria tertentu.

Mengapa AS Melakukan Pembatasan Investasi Teknologi ke China?

Alasan utama di balik kebijakan ini adalah untuk menjaga keamanan nasional AS. Pemerintah AS khawatir bahwa perkembangan pesat China di bidang teknologi canggih, terutama dalam kecerdasan buatan dan semikonduktor, dapat menjadi ancaman bagi posisi AS sebagai pemimpin teknologi global. Selain itu, teknologi AI dan komputasi kuantum memiliki potensi penggunaan dalam aplikasi militer, yang membuat AS semakin waspada terhadap perkembangan teknologi di China.

Dengan membatasi akses perusahaan China terhadap investasi dan sumber daya dari AS, pemerintah AS berharap dapat memperlambat kemajuan teknologi canggih di China yang dapat memperkuat kemampuan militer atau mengubah keseimbangan kekuatan geopolitik.

Entity List dan Regulasi Tambahan untuk Pembatasan Teknologi

Regulasi baru ini juga sejalan dengan kebijakan Entity List yang sudah lebih dulu diberlakukan oleh AS. Entity List adalah daftar perusahaan yang dilarang untuk melakukan ekspor, impor, atau transaksi teknologi canggih dengan perusahaan di AS tanpa izin khusus. Beberapa perusahaan teknologi China, termasuk Huawei dan SMIC, telah masuk dalam daftar ini, yang artinya mereka tidak bisa mengakses produk atau teknologi canggih dari AS tanpa izin khusus.

Pada 6 September 2024, pemerintah AS mengeluarkan peraturan tambahan melalui Biro Industri dan Keamanan serta Departemen Perdagangan AS yang melarang ekspor berbagai komponen semikonduktor dan teknologi komputasi kuantum ke China. Dengan regulasi-regulasi tambahan ini, AS berusaha untuk menutup celah yang memungkinkan China mengakses teknologi AS yang dapat meningkatkan kemampuan AI dan semikonduktor mereka.

Dampak Kebijakan Baru untuk Perusahaan Teknologi AS dan China

Kebijakan ini tentu berdampak luas, terutama bagi perusahaan teknologi di AS yang selama ini memiliki investasi di China. Banyak perusahaan teknologi AS yang telah lama menjalin hubungan dengan perusahaan di China karena adanya potensi pasar yang besar dan peluang pertumbuhan. Namun, dengan adanya pembatasan ini, perusahaan AS harus lebih berhati-hati dalam berinvestasi atau berkolaborasi dengan perusahaan China di sektor teknologi canggih.

Di sisi lain, perusahaan teknologi di China juga diperkirakan akan menghadapi kesulitan dalam mengakses modal dan sumber daya teknis yang selama ini didapat dari AS. Meskipun pemerintah China telah berupaya untuk meningkatkan kapasitas teknologi domestiknya, terutama di sektor semikonduktor dan AI, pembatasan ini dapat memperlambat pertumbuhan dan inovasi mereka di bidang tersebut.

Baca juga: Orang Tua Siswa Ini Tuntut Sekolah yang Hukum Anaknya Karena Kerjakan Tugas Pakai AI

Implikasi Jangka Panjang terhadap Persaingan Teknologi Global

Kebijakan baru ini merupakan tanda bahwa AS semakin serius dalam persaingan teknologi global dengan China. Dengan pembatasan yang ketat ini, AS berharap dapat menjaga keunggulannya dalam teknologi canggih dan mencegah China mengambil alih posisi dominan di sektor AI dan semikonduktor.

Bagi China, kebijakan ini kemungkinan akan menjadi dorongan untuk semakin mempercepat program-program teknologi nasional mereka, seperti inisiatif Made in China 2025 yang bertujuan untuk menjadikan China pemimpin dalam bidang teknologi tinggi, termasuk semikonduktor, AI, dan teknologi lainnya.

Langkah AS yang membuat regulasi baru untuk mencegah perkembangan AI di China adalah bagian dari upaya komprehensif untuk menjaga keamanan nasional dan menghalangi akses China terhadap teknologi canggih yang dapat meningkatkan kapasitas militer dan industri mereka. Kebijakan ini diprediksi akan berdampak luas pada perusahaan di kedua negara dan meningkatkan tensi dalam persaingan teknologi global.

Sebagai salah satu negara yang mendominasi teknologi canggih, AS akan terus memantau dan menilai kebijakan ini untuk menjaga kepentingan nasional mereka. Di sisi lain, China kemungkinan akan terus mencari cara untuk memperkuat teknologi dalam negeri dan mencapai kemandirian di sektor-sektor teknologi tinggi.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News

(emh)


author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar