Waspada! Inilah 4 Potensi Serangan Siber yang Terjadi di Tahun 2019

Eko Rizal . January 08, 2019
Waspada! Inilah 4 Potensi Serangan Siber di 2019
Foto: Tekno Tempo.
Teknologi.id - Beberapa waktu yang lalu, perusahaan keamanan siber Avast meluncurkan sebuah laporan tentang potensi serangan siber di 2019. Laporan tersebut berhasil dikumpulkan oleh tim Avast Threat Labs. "Tahun ini, kita merayakan peringatan 30 tahun World Wide Web. Setelah 30 tahun yang singkat dan lanskap ancaman secara eksponensial menjadi sangat kompleks. Dan permukaan serangan yang tersedia tumbuh lebih cepat daripada yang ada di titik lain dalam sejarah teknologi," kata President of Consumer Avast Ondrej Vlcek, dikutip dari Tempo, Selasa (8/1/2019). Tim ini menemukan bahwa hampir sekitar satu juta file baru setiap harinya dan mencegah dua miliar serangan setiap bulannya. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan wawasan penting berkenaan dengan ancaman yang paling umum. Serta, kemampuan memetakan tren untuk memprediksi serangan yang akan terjadi di masa mendatang. Berikut beberapa tren keamanan inti yang akan berevolusi atau terus berdampak menjadi potensi serangan siber di tahun 2019.

4 Potensi Serangan Siber di 2019

1. Kemunculan Adversarial AI

Potensi serangan siber di 2019 yang pertama, yaitu adanya kemunculan adversarial AI. Avast memperkirakan munculnya kategori serangan yang dikenal dengan nama 'DeepAttacks' yang menggunakan AI-generated content untuk menghindari kontrol keamanan AI. Pada 2018, tim Avast mengamati banyak contoh para peneliti menggunakan algoritma adversarial AI untuk membodohi masyarakat. Contohnya, termasuk video palsu Obama yang dibuat oleh Buzzfeed. Dalam video tersebut, Presiden Obama terlihat menyampaikan kalimat palsu, dengan cara penyampaian yang meyakinkan. Pada 2019, Avast memprediksi DeepAttacks akan lebih banyak disebar secara umum dalam upaya menghindari deteksi manusia dan pertahanan cerdas.

Baca juga: Kejahatan Siber Semakin Merajalela, Bagaimana Melawan Peretas?

2. IoT akan Menjadi Lebih Canggih

Tren ke arah perangkat pintar akan sangat menonjol pada tahun mendatang, sehingga akan sulit untuk membeli peralatan atau elektronik rumah yang tidak terhubung ke internet. Sementara perangkat pintar yang populer sering memberikan opsi keamanan yang tertanam atau menyatu pada perangkat. Ada pula beberapa produsen yang melakukan penghematan mengenai keamanan ini dengan tujuan menjaga biaya tetap rendah, tujuannya agar konsumen atau karena produsen tersebut tidak ahli dalam bidang keamanan. Mempertimbangkan sebuah smart home akan seaman tautan terlemahnya adalah suatu kesalahan. Sejarah cenderung akan terulang. Jadi masyarakat akan melihat bagaimana malware IoT terus berevolusi dan menjadi lebih canggih dan berbahaya, mirip dengan bagaimana malware PC dan ponsel berkembang.

3. Serangan Router Semakin Maju

Router telah terbukti menjadi target yang mudah dan marak bagi gelombang serangan siber. Avast tidak hanya melihat peningkatan malware berbasis router pada 2018, tapi juga perubahan dalam karakteristik serangan tersebut. Pada 2019, Avast memprediksi peningkatan pembajakan router yang digunakan untuk mencuri kredensial perbankan, misalnya. Router yang terinfeksi menyuntikkan frame HTML berbahaya ke halaman web tertentu saat ditampilkan di ponsel. Router akan terus digunakan sebagai target serangan, tidak hanya untuk menjalankan scripts kriminal atau memata-matai pengguna, tapi juga bertindak sebagai tautan perantara dalam serangan berantai.

Baca juga: Kelompok Peretas Lazarus Gunakan Malware untuk Bobol ATM

4. Evolusi Ancaman Seluler

Potensi serangan siber di 2019 yang terakhir, yaitu tentang evolusi ancaman seluler. Pada 2019, taktik terkenal seperti periklanan, phishing, dan aplikasi palsu akan terus mendominasi lanskap ancaman seluler. Pada 2018, Avast melacak dan menandai banyaknya aplikasi palsu yang menggunakan platform apklab.io Avast. Beberapa aplikasi palsu ini bahkan ditemukan di Google Play Store. Aplikasi palsu menjadi begitu umum, sehingga aplikasi nyaris tidak menjadi bahasan utama ketika aplikasi palsu baru tersebut muncul untuk menggantikan aplikasi yang sudah ditandai untuk dihapus. Aplikasi palsu akan terus bertahan sebagai tren pada 2019 dan akan diperburuk oleh versi palsu dari aplikasi populer yang melakukan putaran di Google Play Store. Pada 2018, kembalinya Trojan perbankan juga sangat menonjol untuk segi mobile. Tumbuh sebesar 150 persen dari tahun ke tahun, dari yang awalnya hanya tiga persen menjadi lebih dari tujuh persen dari keseluruhan deteksi yang Avast termukan di seluruh dunia. Meski mungkin tidak digolongkan sebagai perubahan besar dalam segi volume secara keseluruhan, Avast percaya bahwa kriminal di dunia maya menemukan perbankan sebagai cara yang lebih diandalkan untuk menghasilkan uang daripada cryptomining. (ERS)
author0
teknologi id bookmark icon

Tinggalkan Komentar

0 Komentar