Siapa sih yang tidak tahu dengan Google Maps, pasti kamu pernah menggunakannya. Google Maps
adalah layanan pemetaan web yang dikembangkan oleh Google. Layanan ini memberikan citra satelit, peta jalan, panorama 360°, kondisi lalu lintas dan perencanaan rute untuk bepergian dengan berjalan kaki, mobil, sepeda atau angkutan umum.
Pada awal pekan ini,
Google Maps meluncurkan fitur baru yang disebut Globe Mode. Fitur ini akan membuat peta Bumi di Maps menjadi berbentuk globe atau bulat jika di-zoom out yang memungkinkan pengguna menjajal peta digital. Misalnya saja, penambahan status baterai pada fitur “location sharing”, serta rekomendasi restoran yang dianggap cocok dengan pengguna. Selain itu Google Maps pun merilis pemutakhiran antarmuka.
Peta digital di Google Maps kini tidak lagi divisualkan secara 2D atau datar, melainkan 3D atau globe. Perubahan tampilan peta digital ini diklaim mampu memberikan gambaran bumi lebih akurat.
Sebelumnya Google Maps menggunakan proyeksi Mercator, yang membuat bumi terlihat datar. Model ini ternyata bermasalah karena menggambarkan suatu area dengan luas yang lebih besar dari yang sebenarnya. Dengan model Mercator, Google Maps memperlihatkan Greenland punya ukuran yang sama dengan benua Afrika. Padahal kenyataannya, Afrika memiliki luas 14 kali lebih besar dibanding Greenland.
Google Maps mengumumkan pembaharuan antarmuka layanannya melalui akun Twitter personalnya yaitu (@googlempas), sebagaimana dihimpun KompasTekno, Minggu (5/8/2018).
Perubahan antarmuka ini dapat dibilang tak relevan dibandingkan fitur-fitur lain yang dirilis Google Maps sepanjang pekan. Tetapi, hal ini sekaligus menunjukan bahwa Google adalah pendukung bumi bulat, bukan bumi datar. Untuk sementara, Google Maps 3D Globe Mode cuma tersedia untuk akses dekstop. Belum jelas kapan bakal dibawa pula ke aplikasinya. Kita tunggu saja.
Namun dilain sisi tidak semua pengguna senang dengan perubahan ini. Sebagian dari mereka yang kecewa adalah para pendukung teori Bumi datar mereka mengatakan bahwa Globe Mode merupakan teknik pemetaan yang cacat.
"Dari sudut pandang Bumi datar, ini merupakan perubahan dari satu proyeksi yang tidak akurat (Mercator) ke yang lainnya (globe)," ujar Social Media Manager Flat Earth Society, Pete Svarrior.
"Google Maps adalah produk yang mencoba untuk memperlihatkan apa yang pelanggannya inginkan. Banyak orang yang percaya bahwa Bumi berbentuk globe," tutupnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Google Maps Tampilkan Bumi Bulat, Tak Datar Lagi", https://tekno.kompas.com/read/2018/08/05/10180037/google-maps-tampilkan-bumi-bulat-tak-datar-lagi.
Baca Juga: Tak Mau Kalah, Badan Informasi Geospasial Rancang Aplikasi Peta Digital Seperti Google Maps
Tinggalkan Komentar